Konten dari Pengguna

Penerapan Prinsip Kesantunan Berbahasa Leech dalam Bahasa Indonesia

Frixilla Angeliq Cinta Maras Siahaan
Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Pamulang jurusan Akuntansi
30 Juni 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Frixilla Angeliq Cinta Maras Siahaan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar (sumber: https://pixaby.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar (sumber: https://pixaby.com/id/)

Apa itu kesantunan berbahasa Leech?

ADVERTISEMENT
Leech (1983) memaparkan bahwa dalam kesantunan berbahasa beralaskan pada prinsip kesantunan. Prinsip kesantunan tersebut menjelaskan di dalam penggunaan bahasa harus diperhatikan oleh penutur. Leech menyampaikan terdapat enam buah maksim dalam prinsip kesantunan.
ADVERTISEMENT

Berikut penjelasan dari setiap maksim dan bagaimana menerapkannya dalam bahasa Indonesia:

1. Maksim Kebijaksanaan (Tact Maxim)
Dalam maksim ini dipaparkan bahwa untuk bertutur santun, pembicara harus 'meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain'
Contoh penerapan: seorang remaja memberikan kursinya kepada seorang lansia yang baru saja menaiki bis dan berkata, "silakan nek, duduk saja di sini"
Dalam contoh, remaja tersebut menerapkan maksim kebijaksanaan di mana ia meminimalkan kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan dengan memberikan kursinya kepada lansia yang lebih membutuhkannya
2. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Maksim ini menegaskan agar seseorang harus berbicara sesimpel dan sesederhana mungkin dengan 'meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri'
Contoh penerapan: seorang siswa bertemu dengan gurunya di lorong sekolah dan melihat guru tersebut. "Mari saya bawakan tasnya Bu, tampaknya berat," kata siswa tersebut.
ADVERTISEMENT
Contoh di atas menjelaskan bahwa siswa tersebut melaksanakan maksim dari kedermawanan di mana ia memaksimalkan kerugian dirinya sendiri pada saat kondisi tersebut.
3. Maksim Penerimaan/ Pujian (Approbation Maxim)
Maksim penerimaan menggarisbawahi agar seseorang 'meminimalkan cercaan pada orang lain dan memaksimalkan pujian pada orang lain'
Contoh penerapan: "Kamu hari ini cantik sekali, makep up nya sangat cocok denganmu!" seru gadis itu pada temannya.
Dari kalimat di atas, gadis itu telah menerapkan maksim penerimaan/pujian ketika ia memaksimalkan pujian dengan memuji temannya.
4. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)
Dalam maksim kerendahan hati ditegaskan bahwa seseorang harus 'meminimalkan pujian pada diri sendiri dan memaksimalkan cercaan pada diri sendiri'
Contoh penerapan: seseorang berkata, "ah tidak juga. Biasa saja" ketika ia menerima pujian.
ADVERTISEMENT
Orang tersebut melangsungkan maksim kerendahan hati pada saat itu juga di mana ia meminimalkan pujian pada dirinya sendiri.
5. Maksim Persetujuan (Agreement Maxim)
Maksim ini memaparkan bahwa agar seseorang dikatakan santun, haruslah ia 'meminimalkan ketidaksetujuan orang lain dan memaksimalkan kesetujuan orang lain'
Contoh penerapan:
A: "drama itu sangat seru sekali ya!
B: "betul, tapi sangat disayangkan endingnya kurang mengena di hati"
Percakapan di atas menunjukkan bahwa B menerapkan maksim persetujuan di mana ia meminimalkan ketidaksetujuan terhadap A
6. Maksim Kesimpatian (Sympathy Maxim)
Dalam maksim kesimpatian dijelaskan bahwa seseorang haruslah 'memaksimalkan simpati terhadap orang lain dan meminimalkan antipati terhadap orang lain'
Contoh penerapan: "aku turut berdukacita ya" ujar temanku ketika ia mendengar berita itu.
ADVERTISEMENT
Dapat dilihat dari contoh di atas bahwa temannya mengimplementasikan maksim kesimpatian dengan memaksimalkan rasa simpatinya dan mengucapkan turut berduka cita.