Konten dari Pengguna

Menilik Keanekaragaman dan Kegunaan Lumut Kerak (Lichen) di Indonesia

Fandri Sofiana Fastanti
Staff peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN
5 April 2024 15:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fandri Sofiana Fastanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak banyak orang yang mengetahui lumut kerak di sekitar kita. Lumut kerak biasanya mudah dikenali karena menempel pada batang pohon, dedaunan dan bebatuan. Selain itu lumut kerak juga dapat ditemukan di atas permukaan tanah ataupun menempel pada organisme. Lumut kerak atau Lichen merupakan organisme yang terbentuk dari jamur (Ascomycota atau Basidiomycota) dan mikroalga atau cyanobacteria.
ADVERTISEMENT
Interaksi ini merupakan bentuk simbiosis mutualisme karena menguntungkan bagi jamur dan juga organisme fotosintetis (mikroalga dan cyanobacteria). Secara taksonomi, lumut kerak tergolong ke dalam klasifikasi kelompok Fungi dan mengikuti aturan penamaan yang diterapkan pada Fungi. Sebagai negara tropis, Indonesia tentunya menyimpan kekayaan jenis lumut kerak yang tinggi mengingat iklim tropis sangat cocok untuk pertumbuhan jamur.
Menurut Retnowati dkk, di tahun 2019 keanekaragaman lichen di Indonesia saat ini diketahui sebanyak 512 jenis yang didominasi oleh suku Parmeliaceae disusul oleh Lobariaceae dan Graphidaceae. Pulau Jawa diketahui memiliki keanekaragaman lumut kerak tertinggi dibandingkan kawasan lainnya yang ada di Indonesia.
Hal ini tidak lepas dari sejarah penelitian lumut kerak yang telah diinisiasi sejak zaman Belanda dengan adanya para ahli botani masuk ke Indonesia. Hingga saat ini penelitian yang berkaitan dengan biodiversitas lumut kerak di Indonesia masih terus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Penemuan rekaman baru lumut kerak (Coniocarpon cinnabarinum) asal Maluku Utara dan Bali pada tahun 2022 menunjukkan bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang berpotensi untuk diungkap keanekaragamannya melalui kegiatan eksplorasi.
Lumut kerak, Parmotrema sp. hidup menempel di dahan yang ternaungi (Sumber: dokumentasi pribadi)
Lumut kerak seringkali dikenal sebagai organisme bioindikator kualitas lingkungan. Selain itu, lumut kerak juga berguna sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Di Indonesia, pemanfaatan lumut kerak masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Meski demikian, beberapa jenis lumut kerak telah digunakan sebagai bahan baku obat dan diperjualbelikan di pasar tradisional.
Berdasarkan hasil penelitian Jannah dan Afifah 2020, ditemukan sebanyak 14 jenis lumut kerak dari marga Usnea yang digunakan sebagai bahan baku obat untuk berbagai penyakit, seperti asam urat, penyakit jantung, stroke, asma, kencing manis, masuk angin dan lain-lain. Selain sebagai sumber bahan baku obat, lumut kerak juga berpotensi sebagai pewarna alami.
Lumut kerak, Usnea sp. di alam berperawakan menggantung (Sumber: dokumentasi pribadi)
Kusmoro dkk pada tahun 2018 menulis tentang potensi penggunaan lumut kerak sebagai sumber pewarna alami. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa Parmotrema memberikan warna yang berbeda berdasarkan lama perendaman dengan menggunakan metode AFM (Ammonia Fermentation Methods).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, pemanfaatan lichen di alam perlu memperhatikan kelimpahan jenisnya mengingat lumut kerak hidup liar di alam mengalami rerata pertumbuhan yang sangat lambat yaitu 0.5-8 mm setiap tahunnya.