Konten dari Pengguna

Gen Z untuk Indonesia Emas 2045

Furaihan Kamyl Arnazaye
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara di Universitas Indonesia
2 Januari 2023 14:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Furaihan Kamyl Arnazaye tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Generasi muda untuk Indonesia Emas 2045. Sumber: Shutterstock (berlisensi)
zoom-in-whitePerbesar
Generasi muda untuk Indonesia Emas 2045. Sumber: Shutterstock (berlisensi)
ADVERTISEMENT
“Di tahun 2045, satu abad kemerdekaan Indonesia, akan menjadi tahun Emas untuk Indonesia, Indonesia Emas. Ini adalah visi besar Indonesia, Indonesia Emas yang diwujudkan melalui industri 4.0” — Presiden Joko Widodo dalam Kanal Youtube Sekretariat Presiden (12/4/2021).
ADVERTISEMENT
Visi besar Indonesia telah di depan mata. 2045 akan menjadi tahun yang dinantikan masyarakat Indonesia. Tidak dapat dipungkiri karena Indonesia memiliki bonus demografi yang besar di tahun 2030.
Indonesia akan didominasi oleh penduduk yang berada di usia produktif. Penduduk yang berada di usia produktif tersebut yakni Gen Z, generasi manusia yang lahir di tahun 1996—2009.
“Indonesia memiliki bonus demografi. Pada tahun 2030, jumlah usia produktif di Indonesia tumbuh dua kali lipat. Tantangannya adalah penyiapan SDM yang mampu menghadapi tantangan masa depan,” lanjutnya.
Di samping bonus demografis, Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa penyiapan SDM yang berkualitas menjadi tantangan di masa depan. Institut manajemen, Soil (2021), dalam laman websitenya, menyatakan bahwa pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam menyiapkan manajemen SDM yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, untuk menyiapkan SDM yang berkualitas, terutama di sektor publik, dibutuhkan peran pemimpin yang siap menghadapi dinamika yang akan terjadi di masa depan. Lantas pemimpin bagaimana yang siap untuk menghadapi dinamika di masa depan, sehingga followers-nya yang berisi Gen Z dapat lebih produktif untuk menggapai Indonesia Emas 2045?

Ribetnya Gen Z

Para pemimpin di tahun 2030 akan menemui sejumlah tantangan yang unik. Dewantara (2022) merangkum dua hal penting yang harus diperhatikan untuk memimpin, yakni budaya organisasi dan etika kerja.
Kemungkinan, Gen Z di masa depan akan memiliki budaya organisasi yang unik. Mereka menginginkan budaya kerja yang sehat, gak boring, atau kalau bisa kerja dari rumah.
Bekerja di rumah menjadi pilihan yang menjanjikan untuk Gen Z karena dapat bekerja sambil liburan. Sumber gambar: Shutterstock.com (berlisensi)
Survei terhadap Gen Z oleh IDN Research Institute (2022) menemukan bahwa 47% Gen Z akan memerhatikan lingkungan kerja terlebih dahulu sebelum menentukan karirnya, 69% Gen Z ingin memiliki budaya kerja yang balance dengan kehidupannya ‘work-life balance’, dan 36% Gen Z memilih untuk bekerja di rumah dari pada bekerja di kantor yang hanya didukung oleh 33% Gen Z.
ADVERTISEMENT
Budaya kerja ini cukup unik, mengingat Gen Z merupakan generasi digital natives. Sehingga budaya organisasi yang dianut Gen Z selalu mengarah kepada hal-hal terkait otomasi dan digital, yang mana sangat dinamis dan tidak pasti.
Terkait etika kerja, Gen Z memiliki etika kerja yang luar biasa kompetitif. Saat ini, Gen Z memiliki obsesi yang luar biasa untuk dapat bekerja di tempat yang mereka inginkan. Mengejarnya, bahkan mereka sampai mengabaikan kesehatan mentalnya. Kebiasaan yang kompetitif ini disebut toxic productivity.
Jika dinamika Gen Z diatas dibandingkan dengan kondisi kepemimpinan sektor publik saat ini yang masih cenderung tradisional, birokratis, kaku, dan terpaku dengan sistem, maka tidak akan cocok untuk diterapkan di masa depan.
Gen Z memiliki dinamika yang sangat kompleks dan fleksibel baik dari cara mereka menentukan pekerjaan hingga sengitnya kompetisi mereka dalam bekerja.
ADVERTISEMENT

Pemimpin yang Dibutuhkan Gen Z

Menjawab dinamika yang ada, dibutuhkan pemimpin yang mampu beradaptasi dengan ketidakpastian di masa depan. Reiner Turangan (dalam Alma’arif, 2017) merekomendasikan pemimpin ideal yang mampu menjawab semua tantangan di masa depan yakni pemimpin yang adaptif.
Pemimpin yang adaptif artinya adalah pemimpin yang pintar dalam mengondisikan diri dan lingkungannya terhadap perubahan (Alma’arif, 2017). Apabila pemimpin sektor publik dapat secara adaptif merespons perubahan yang terjadi di lingkungannya, maka organisasi pemerintahan dapat berevolusi lebih cepat untuk mencapai tujuan organisasi, dalam konteks ini Indonesia Emas 2045.
George Bradt (dalam Dewantara, 2022), memberikan lima rekomendasi yang dapat digunakan untuk menjadi pemimpin yang adaptif:
ADVERTISEMENT
Tidak hanya adaptif, jika kita menilik sejumlah karakter Gen Z pada bagian sebelumnya, pemimpin sektor publik juga harus memiliki budaya yang people-oriented. Hal ini sangat dibutuhkan mengingat budaya pemimpin organisasi publik saat ini masih cenderung stable culture. Dimana budaya organisasi stable culture berorientasi pada sistem dan birokratis karena ditujukan untuk efisiensi yang maksimal.
Perusahaan konsultasi bisnis, Inscape (2021), menjelaskan bahwa budaya organisasi yang people-oriented yakni budaya organisasi yang adil, suportif, dan memegang asas kemanusiaan. Aspek budaya organisasi people-oriented, seperti:
Kesimpulannya, untuk meningkatkan produktivitas Gen Z dalam menyokong cita-cita besar Indoenesia Emas 2045, dibutuhkan pemimpin yang adaptif dan berbudaya organisasi yang people-oriented.
ADVERTISEMENT

Referensi