Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bapak Presiden Dekatkan Telinga Anda Ke Mulut Rakyat
9 Oktober 2020 6:26 WIB
Tulisan dari Furqan Jurdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Surat Terbuka dari Furqan Jurdi
Kumparan.com ~ Ini sudah tak terkendali Bapak Presiden, Amukan Massa dan Mahasiswa sudah melebar kemana~kemana. Saya melihat banyak sekali foto dan video yang beredar tentang amukan yang membakar fasilitas umum dan tempat~tempat keramaian.
ADVERTISEMENT
Apakah ini tidak cukup bagi presiden Untuk menyatakan sikapnya berdiri bersama Massa dan Mahasiswa membatalkan UU Omnibus law Cipta Lapangan Kerja dengan menerbitkan Perppu?
Pak Presiden, negara kita sedang dalam bahaya. Pandemi Covid-19 yang belum teratasi, Krisis ekonomi yang semakin gawat, dan rakyat bisa mengamuk lebih ngeri lagi bapak presiden.
Krisis tidak mampu dihadapi dengan bedil dan peluru, atau barisan aparat yang kuat, sebab amukan massa bukan amukan biasa, tapi amukan frustasi.
Bapak Presiden, saatnya bapak lebih mendekatkan telinga bapak ke mulut rakyat, dengarkan pembicaraan mereka. tinggalkan ambisi dan hasrat pribadi, kalau memang menginginkan bangsa ini selamat.
Bapak Presiden, seandainya dari awal anda mendengarkan Suara dari Muhammadiyah dan organisasi~organisasi masyarakat, juga lembaga~lembaga lainnya saya yakin keributan ini tidak akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Jangan terlalu percaya kepada orang di dekat Bapak, mereka hanya mendendangkan lagu merdu, tapi percayalah mereka yang senantiasa mengoreksi lebih banyak benarnya daripada salahnya.
Bapak Presiden, dengarkanlah koreksi dan keluhan rakyat. Sebelum mereka murka dan bertindak lebih revolusioner lagi.
Ingat pak, kemarahan rakyat ini akan memperburuk keadaan bangsa kita. Ini tidak bisa diatasi dengan ancaman, hadapilah dengan kepala dingin dan hati yang lapang serta gagasan yang mumpuni.
Bapak Presiden, tidak cukup kuis bersepeda untuk menghentikan amukan ini, pun bagi~bagi kekuasaan tidak lagi mampu mengatasi krisis yang sedang kita hadapi.
Ambillah langkah terbaik bapak presiden. Kalau bapak masih menghindari dialog dengan massa, maka kebuntuan ini akan menimbulkan ledakan yg lebih besar.
ADVERTISEMENT
Bapak Presiden, Kalau semua urusan hanya cukup di atasi dgn aparat, sama halnya mempercepat kita memasuki krisis politik, dan massa akan segera mengalihkan kemarahannya ke Istana.
Tuntutan tidak lagi Omnibus Law, tapi "turunkan presiden". Kalau itu terjadi, pasti akan menimbulkan kekacauan dan korban yang banyak, kalau bapak tidak sebijak Soeharto yang memilih mundur daripada menggunakan tentara untuk mempertahankan kekuasaannya.
Kalau seandainya soeharto berpikir hanya untuk dirinya dan mempertahankan kekuasaannya mungkin kita tidak lagi melihat Indonesia, kita sudah seperti Libya atau Suriah.
Tapi Pak Harto jauh lebih berjiwa besar dibanding Khaddafi dan Assad di Suriah. Kalau bapak tidak melihat gejala ini dengan pikiran yang cemerlang dan hati yang lapang kita benar2 dalam ancaman.
ADVERTISEMENT
Kondisi kita sekarang semakin kritis. pembelahan ditengah masyarakat, penegakan hukum yang kacau, praktek penyelenggara negara yang bermasalah, akan memperbesar tensi kemarahan publik.
Apabila bapak berdiri dengan gagah hanya untuk menang~menangan kemudian berhadap~hadapan dengan kelompok massa yang protes, tentu akan menimbulkan perpecahan, mengingat pembelahan ini sudah terjadi sedemikian lama.
Bapak Presiden, rakyat tidak menuntut banyak, UU Ciptaker mereka tidak terima. Kalau ini ditangkap secara benar maka semua urusan selesai, dan kita bisa berdamai dan aman kembali.
Sambil meminum secangkir kopi, semoga bapak presiden berpikir.
Sekian
Furqan Jurdi
Ketua Lembaga Dakwah DPP IMM.