Konten dari Pengguna

Banyak Artis Terjun Politik: Tren Semata atau Masa Depan Demokrasi?

fyosvida
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya angkatan 2024.
9 Oktober 2024 13:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari fyosvida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: instagram @amanatnasional @ritchieismail @raffinagita1717
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: instagram @amanatnasional @ritchieismail @raffinagita1717
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa tahun terakhir, sudah sering kita saksikan fenomena artis yang memasuki ranah politik. Mulai dari selebriti layar kaca hingga penyanyi ternama, sudah banyak publik figur yang beralih peran menjadi politikus. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara, menimbulkan perdebatan publik tentang efektivitas dan niat sebenarnya dari terlibatnya mereka dalam dunia politik. Apakah artis yang terjun ke politik ini benar-benar mampu membawa perubahan yang berarti, ataukah ini hanya sekadar fomo untuk memperluas popularitas dan keuntungan pribadi? Peristiwa yang baru-baru ini terjadi yakni sejumlah artis yang berhasil menduduki kursi di legislatif, membuat kita bertanya-tanya tentang motivasi dan dampak dari fenomena ini.
ADVERTISEMENT
Popularitas yang dimiliki artis memungkinkan mereka untuk lebih mudah mendapatkan perhatian publik dan suara dalam pemilu. Tak bisa dipungkiri bahwa sebenarnya popularitas seorang artis menjadi modal awal yang kuat untuk terjun ke politik. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah hanya dengan popularitas semata cukup untuk memimpin dan mengambil keputusan-keputusan penting bagi masyarakat? Di sisi lain, fenomena ini juga menunjukkan adanya keterkaitan antara dunia hiburan dan politik, dua ranah yang pada dasarnya berbeda, namun seringkali saling memanfaatkan.
Secara teoritis, dalam studi komunikasi politik, artis yang terjun ke politik bisa dianggap sebagai bentuk “mediatisasi” politik. Mediatisasi adalah proses di mana politik dan media saling terkait, di mana figur yang dikenal luas oleh media, seperti artis yang memiliki keunggulan dalam berkompetisi di dunia politik. Namun, keunggulan ini belum tentu berkorelasi dengan kompetensi mereka dalam memimpin atau mengelola isu-isu politik atau pemerintahan yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Memang Artis memiliki daya tarik yang besar di mata masyarakat karena mereka sudah dikenal masyarakat melalui media sosial maupun layar kaca. Namun, ketika berbicara soal politik, yang sebenarnya dibutuhkan adalah pemahaman mendalam tentang isu-isu sosial, hukum, dan pemerintahan, bukan hanya sekadar popularitas. Dunia politik jauh lebih rumit dibandingkan sekadar tampil akting atau berpose di panggung hiburan. Salah satu contoh paling menarik dari fenomena ini adalah saat sejumlah artis Indonesia berhasil menduduki posisi di DPR atau menjadi kepala daerah. Sebut saja Raffi Ahmad yang beberapa kali disebut-sebut tertarik masuk ke dunia politik. Raffi adalah salah satu contoh bagaimana artis dengan pengaruh besar di media sosial yang dimana kita tahu sudah memiliki banyak pengikut instagram, Ia bisa dengan mudah mengumpulkan dukungan melalui kepopularitasannya di media soaial dan layar kaca. Namun, tantangan sesungguhnya adalah bagaimana mereka dapat mewujudkan aspirasi masyarakat dalam kebijakan nyata. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, kita melihat tokoh-tokoh seperti Arnold Schwarzenegger dan Donald Trump yang berawal dari dunia hiburan lalu mencapai jabatan publik. Keduanya sukses secara elektoral, namun juga tak lepas dari kontroversi. Hal ini merupakan contoh yang menunjukkan bahwa figur publik dari kalangan selebritas bisa saja sukses di politik, tapi tidak terlepas dari tantangan besar dalam meyakinkan publik bahwa mereka lebih dari sekadar bintang yang tampil di media.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, fenomena artis yang terjun ke politik ini perlu kita sikapi dengan lebih bijak lagi. Tidak bisa dipungkiri popularitas memang bisa menjadi modal awal yang kuat, namun itu saja tidak cukup untuk menjadi seorang pemimpin yang kompeten. Artis yang masuk ke politik harus mampu mengombinasikan karisma mereka dengan pengetahuan yang mendalam tentang isu-isu sosial dan kebijakan publik di Indonesia. Sebagai masyarakat, kita perlu lebih kritis dalam memilih pemimpin. Jangan sampai hanya karena pesona selebritas dan kepopuleran mereka mengaburkan penilaian kita terhadap kemampuan mereka dalam menjalankan tugas kenegaraan. Jika artis benar-benar serius dan kompeten, tentu mereka patut didukung. Namun, jika hanya sekadar memanfaatkan popularitas, kita perlu mempertanyakan apa niat dan tujuan mereka dalam dunia politik.
ADVERTISEMENT