Lepas Asumsi Buruk, Ngapain Mengkhawatirkan Perspektif Orang Terhadap Kita?

Glorya Rebecca Yustar Stefanie Putri
Student of Public Health, Sriwijaya University
Konten dari Pengguna
28 April 2023 9:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Glorya Rebecca Yustar Stefanie Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi burnout. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burnout. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kamu kerap berasumsi negatif atau buruk mengenai pandangan orang lain terhadap dirimu? Kerap berpikir negatif dan khawatir akan opini orang lain? Bagaimana cara melepaskanya?
ADVERTISEMENT

Bagaimana Asumsi Buruk Tercipta?

Saat sedang melakukan suatu hal, kadang kala kita merasa khawatir akan pandangan orang lain terhadap kinerja dan hasil kerja diri. Bukan hanya dari pekerjaan, dari tampilan pun kita sering merasa cemas. Apakah saya terlihat buruk? Apakah baju yang saya gunakan sesuai? Apakah mereka menyukai tampilan saya?
Ada banyak hal yang sering kita khawatirkan. Namun, apakah itu adalah suatu hal yang nyata? Apakah opini orang lain terhadap kita itu adalah fakta? Realitanya, itu semua hanya kemungkinan. Mengapa hal tersebut terjadi?
Umumnya, manusia hanya berfokus pada asumsi buruk yang kita wujudkan tentang orang lain. Manusia cenderung hanya memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif. Hal tersebut juga menyebabkan mengapa kita selalu memahami kekurangan kita dibandingkan dengan kelebihan kita.
ADVERTISEMENT

Pengaruh Asumsi Buruk bagi Kita

Terciptanya asumsi buruk juga akan menciptakan imajinasi yang buruk. Imajinasi buruk akan melahirkan pikiran-pikiran tentang orang lain terhadap kita secara negatif. Hal ini mendorong timbulnya ketidakpercayaan diri manusia. Sehingga, kita menjadi insecure terhadap segala hal, bahkan terhadap bidang yang paling diungguli.
Di samping itu, asumsi yang buruk dapat memengaruhi kesehatan mental dan emosional manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh David Dozois (2009), pikiran negatif bisa mengakibatkan individu menderita kecemasan, stress, dan depresi. Kemudian, perasaan tidak nyaman akan muncul secara berlanjut. Kita merasa tidak dihargai dan merasa bahwa orang lain tidak memperhatikan kita dengan baik.
Asumsi buruk akan menyebabkan perasaan ketidakpuasan diri. Kita merasa bahwa umpan balik negatif dari orang lain adalah hal yang menyakitkan bagi diri (Newman dan Newman, 2015). Dengan demikian, kemauan serta kemampuan kita untuk mencapai impian akan terhambat.
ADVERTISEMENT

Cara Melepeskan Asumsi Buruk

Ilustrasi Perfeksionis. Foto: Shutterstock
Asumsi buruk dapat dilepas dengan kesadaran bahwa orang lain tidak menganggap diri kita spesial. Kita kerap berpikir bahwa orang lain selalu memperhatikan sikap dan perilaku kita. Namun, kenyataannya orang lain tidak selalu memusatkan fokus pada kita.
Manusia cenderung berfokus pada diri sendiri atau sesuatu yang lebih penting. Untuk itu, jangan merasa kita selalu menjadi objek perhatian orang lain karena masih banyak hal esensial yang lebih baik untuk diperhatikan.
Lalu, sadari bahwa setiap orang memiliki hak untuk berpendapat. Hal ini juga ada dalam regulasi negara kita, yakni Undang-Undang Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi, kita tidak bisa bertentangan dengan pendapat buruk orang lain terhadap kita karena itu adalah hak mereka. Kita harus menerima segala pendapat ataupun perspektif, baik negatif maupun positif.
ADVERTISEMENT
Terakhir, jangan menjadikan pendapat orang sebagai patokan pada diri. Ingat, pendapat orang hanyalah pandangan yang objektif dan relatif. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan orang berpandangan buruk pada kita.
Kekurangan informasi atau hanya first impression semata dapat menjadi alasan pendapat negatif. Namun, kita tidak boleh menganggap serius tentang hal tersebut.
Berasumsi itu baik, tetapi berasumsi buruk terhadap diri dapat menurunkan keinginan dan kualitas hidup kita. Ada baiknya berfokus pada suatu yang baik. Karena apa yang kita pikirkan akan terjadi nantinya.
Jika kita berpikir secara positif, maka hal-hal positif akan terwujud. Tetap optimistis dan menjalani kehidupan dengan bahagia. Tidak lupa memperbaiki diri dengan kegiatan-kegiatan produktif.