Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Benarkah Ada Erosi di Kepulauan Seribu?
3 April 2021 8:13 WIB
Tulisan dari Gabriella Alodia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jika Anda coba berjalan-jalan ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu secara berkala, Anda akan menyadari bahwa pemandangan pantai-pantai berpasir putih kian lama kian bersanding dengan tembok-tembok pembatas antara laut dan darat, atau biasa disebut sebagai beach walls. Konstruksi pantai ini dibangun dengan motivasi untuk menghindari proses erosi, atau pengikisan pasir di area pantai akibat energi yang berasal dari gelombang, arus, maupun angin. Motivasi ini tentunya hadir dari kegelisahan warga serta pemerintah setempat ketika pasir-pasir yang biasa mereka temui tiba-tiba menghilang. Namun, benarkah pasir-pasir tersebut benar-benar hanyut dan menghilang? Apakah ada proses-proses pantai lain yang mungkin tidak terlihat secara kasat mata?
ADVERTISEMENT
Erosi sebagai bagian dari siklus transpor sedimen
Sesuai definisinya, erosi merupakan proses di mana sekumpulan sedimen terkikis oleh energi-energi yang bekerja di sekitarnya. Proses ini dapat diidentifikasi dengan mudah. Setiap kali kita melihat adanya pengurangan volume sedimen di suatu area, kita dapat menyimpulkan bahwa ada energi-energi yang mampu mengangkat dan memindahkan sedimen-sedimen tersebut ke tempat lain.
Hal yang sering kali luput dari pemahaman kita akan proses erosi adalah bahwa proses tersebut sebenarnya merupakan bagian dari sebuah siklus besar yang dapat disebut sebagai siklus transpor sedimen. Jika erosi berbicara mengenai pengurangan volume sedimen, proses pemindahan sedimen tersebut ke tempat lain dapat didefinisikan sebagai proses transpor, hingga akhirnya energi bekerja mengalami pengurangan secara drastis dan sedimen pun terdeposisi di suatu tempat.
ADVERTISEMENT
Dengan pemahaman ini, tentunya kita sudah dapat bertanya. Ke manakah sedimen-sedimen, atau pasir yang secara visual terkikis dari pantai-pantai di Kepulauan Seribu berpindah hingga akhirnya terdeposisi?
Siklus sedimen di Pulau Semak Daun, Kepulauan Seribu
Mari kita mengambil Pulau Semak Daun sebagai area studi kita. Pulau Semak Daun merupakan bagian dari Kepulauan Seribu yang panjangnya tidak lebih dari 200 meter. Artinya, kita dapat mengelilingi seluruh pulau dalam waktu kurang dari 30 menit. Pulau tak berpenghuni ini memiliki pasir putih dan didominasi oleh pepohonan liar.
Pada gambar pertama, kita dapat membandingkan citra satelit Pulau Semak Daun pada dua epok yang berbeda, yaitu pada bulan Juli 2008 dan bulan Desember 2009. Kedua citra dipilih sebagai perwakilan dua puncak musim yang terjadi di Indonesia, yaitu puncak musim kemarau pada bulan Juli dan puncak musim penghujan pada bulan Desember.
ADVERTISEMENT
Musim kemarau di Indonesia umumnya didominasi oleh angin yang bertiup dari arah timur hingga tenggara, maka itu sering kali disebut sebagai musim timur. Pada periode ini, dapat dilihat bahwa pasir lebih mendominasi area barat laut pulau. Sementara pada musim penghujan, angin yang bertiup dari barat laut jauh lebih mendominasi, sehingga pada musim barat ini sedimen cenderung terakumulasi di area tenggara.
Kita juga dapat memahami proses pantai di pulau ini dengan melakukan pemodelan arus di sekitar pulau, dilengkapi dengan informasi arah angin yang bertiup sepanjang tahun. Pemodelan arus pada tahun 2012 membuktikan bahwa arah arus cenderung mengikuti arah angin musiman dengan kecepatan yang cukup setara. Utamanya pada musim timur (SE Net Current pada gambar), kita bisa melihat tumpukan pasir di ujung barat pulau, sesuai dengan arah arus yang didapatkan dari simulasi perhitungan arus sepanjang pantai.
Jadi benar, erosi itu terjadi?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari kedua jenis pengamatan yang telah dilaksanakan kita dapat menyimpulkan bahwa, ya, erosi itu memang benar terjadi di area Kepulauan Seribu. Namun kini kita telah memahami bahwa proses erosi tersebut sebenarnya merupakan bagian dari siklus transpor sedimen yang secara alami terjadi di pulau-pulau kecil di wilayah khatulistiwa, di mana pergerakan arusnya didominasi oleh arah angin musiman. Erosi memang benar terjadi di beberapa titik, namun perlu disadari pula bahwa ketika sebuah area mengalami erosi, akan selalu ada area lain yang malah mengalami penumpukan sedimen.
Kesetimbangan sedimen di pulau kecil layaknya menjadi pengetahuan umum, khususnya di kalangan masyarakat dan pemerintah yang tinggal di Kepulauan Seribu. Pembangunan beach walls yang dimulai dengan motivasi baik, yaitu sebagai sarana perlindungan pantai, malah cenderung berisiko merusak proses-proses erosi, transpor, dan deposisi yang secara musiman terjadi di pulau-pulau kecil tersebut. Dengan memahami keseluruhan proses transpor sedimen di pulau kecil ini, kita akan semakin dibuat takjub dengan cara alam untuk senantiasa mencapai kesetimbangan dan memperbaiki dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT