Kampung Penas Tanggul : Dulu dan Sekarang

Gabrielle Putrinda
Panggil saja Gebi.
Konten dari Pengguna
3 November 2017 16:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gabrielle Putrinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Perbandingan Kampung Penas Tanggul dan Kampung Warna-Warni dan Tanpa Rokok - foto: atas LSM FAKTA - bawah Maria Gabrielle)
ADVERTISEMENT
Kampung Penas Tanggul yang terletak di Kelurahan Cipinang Besar Selatan saat ini lebih dikenal dengan nama Kampung Warna-Warni dan Tanpa Rokok. Diresmikan pada 10 Juni 2017, Kampung Warna-Warni dan Tanpa Rokok ini menjadi tempat tinggal bagi 120 kepala keluarga. Banyak di antara mereka yang sudah bermukim lebih dari 10 tahun.
Seperti Yati (65) yang ditemui (Jumat, 3 November 2017) di kediamannya. Bu Yati bercerita, dirinya sudah menempati rumah di Kampung Warna-Warni sejak tahun 1985. Kondisi sejak pertama kali beliau tinggal hingga saat ini, tentu sudah banyak berubah. Awalnya, kampung hanyalah tanah kosong dan digunakan sebagai tanah pengairan. Rumah yang dibangun pun masih sangat sederhana, hanya dari papan dan triplek. Lama-kelamaan banyak pendatang dari Jawa terutama dari daerah Tegal, dan Sunda yang bermukim dan membangun rumah yang lebih layak.
ADVERTISEMENT
Tinggal di tanah pinggiran sungai, tentu saja memiliki bahaya. Saat musim penghujan, volume air menjadi meningkat dan menyebabkan banjir. Banjir terparah yang dialami terjadi pada 2002 dan 2007, luapan air sungai menenggelamkan rumah. Warga kemudian diungsikan ke pengungsian terdekat menggunakan perahu karet. Namun, sejak adanya BKT (Banjir Kanal Timur) volume air sungai tidak mengalami peningkatan yang berarti, jika terjadi banjir hanya sampai semata kaki orang dewasa.
Keadaan di Kampung Penas Tanggul semakin baik sejak LSM FAKTA (Forum Kota Warga Jakarta) mengajak warga untuk mengecat rumah dengan warna cerah agar kampung terlihat lebih bersih dan menarik. Pemasangan pagar besi sepanjang pinggiran sungai dan di hiasi tanaman hijau menambah kesan asri. Yati mengungkapkan sejak menjadi kampung warna warni, kampung kedatangan banyak pengunjung, bukan hanya warga yang ingin berfoto namun juga wartawan dari luar dan dalam negeri. Selain itu, pelayanan posyandu atau puskesmas menjangkau kampung ini, satu kali dalam sebulan petugas datang melayani warga, seperti penyuluhan makanan bergizi. Terselip harapan sederhana dari ibu yang sudah menetap lama ini, "Ya semoga tidak di gusur, kan sudah jadi rapih, bersih, mau kemana kami kalau di gusur" ujarnya.
ADVERTISEMENT