Susu Kedelai Akankah Dapat Gantikan Susu Sapi di Masa Depan?

Gading Nasywaa Aji Azzahra
Saya merupakan mahasiswi aktif semester 4 di Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan konsentrasi jurusan D4 Kebidanan, Fakultas Kedokteran. Selain aktif dalam akademik saya juga aktif mengikuti organisasi dan konferensi skala internasional.
Konten dari Pengguna
12 Juni 2022 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gading Nasywaa Aji Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Susu kedelai jenis edamame. Source : https://www.canva.com/design/DAFDSGSJTQk/iNHh8-LqAyLKFkivvuAT-g/view?utm_content=DAFDSGSJTQk&utm_campaign=share_your_design&utm_medium=link&utm_source=shareyourdesignpanel
zoom-in-whitePerbesar
Susu kedelai jenis edamame. Source : https://www.canva.com/design/DAFDSGSJTQk/iNHh8-LqAyLKFkivvuAT-g/view?utm_content=DAFDSGSJTQk&utm_campaign=share_your_design&utm_medium=link&utm_source=shareyourdesignpanel

Susu Kedelai Jenis Edamame Miliki Kandungan Gizi Setara Susu Sapi

ADVERTISEMENT
Kandungan Setara Akankah Susu Kedelai Edamame Gantikan Susu sapi di Masa Depan? Pernahkah anda membayangkan makanan yang kita konsumsi dalam sepuluh tahun yang akan datang? Dalam buku terbarunya yaitu "Moo's Law", Jim Mellon memberikan gambaran mengenai masa depan makanan dalam sepuluh tahun mendatang. Salah satunya adalah peran susu sapi yang akan digantikan oleh susu nabati (Mellon, 2020)
ADVERTISEMENT
Hampir semua orang telah mengenal susu, bahkan kehadirannya sudah mengambil peran sangat penting sedari manusia dilahirkan, yaitu dalam bentuk ASI. Susu sendiri merupakan hasil emulsi lemak di dalam air dengan kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh (Sukiran et al., 2019). Kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi, serta cita rasa yang nikmat menjadikan susu sebagai minuman primadona baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa.
Namun, tidak sedikit anak-anak yang mengalami intoleransi laktosa pada susu sapi atau kerap disebut alergi susu sapi. Kenali terlebih dahulu ciri-ciri alergi susu sapi pada si Kecil, berikut ciri-cirinya (Zainal, 2007):
ADVERTISEMENT
Penyebab alergi tersebut adalah diakibatkan oleh adanya sistem imunitas dan faktor genetic (Asmawati dan Maryati, 2016). Pada kasus bayi yang mengalami alergi susu sapi terpapar bahan makanan alergi bukan hanya melalui apa yang dimakan secara langsung oleh bayi, melainkan juga dapat disebabkan makanan yang dimakan oleh ibu menyusui. Pada umumnya dalam jangka pendek kulit akan terasa gatal dan muncul reaksi anafilaksis. Tetapi, jika dibiarkan dalam jangka panjang maka timbul dermatitis, asma, dan gangguan saluran pencernaan (Asmawati dan Maryati, 2016). Untuk itu, berbagai penelitian dikembangkan secara pesat.
Indonesia memiliki tanaman yang berpotensi sebagai pangan fungsional, yaitu kedelai jenis edamame. Dilansir oleh PT Perkebunan Nusantara (2021), kedelai jenis edamame memiliki kandungan protein terlengkap yang bahkan mampu menandingi telur, daging, dan susu. Sayuran dengan cita rasa yang luar biasa ini mengandung 9 jenis asam amino esensial, asam folat, vitamin A, B1, B2, B3, C, serta mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, dan besi (Ariyani, 2019). Karakteristik fisik edamame lebih unggul dibanding kedelai lokal biasa, kandungan protein edamame lebih tinggi 36% (ptpn10, 2021). Bahkan dalam penelitian sebelumnya diketahui kandungan gizi susu edamame setara dengan susu sapi (Sukiran et al, 2019). Sehingga dapat menjadi salah satu alternatif bagi penderita alergi susu sapi.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa sebab, selain aman dikonsumsi oleh penderita intoleransi laktosa sapi produk olahan susu nabati juga dinilai lebih aman untuk dikonsumsi jangka panjang karena pada produk hewan seperti susu ini ditemukan residu antibiotik enrofloksasin yang apabila dikonsumsi oleh manusia dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi pada mikroflora di usus, anemia hemolitik, trombositopenia, nefritis, erithema, dan toxic epidermal necrolysis. Maka dari itu, European Medicines Agency (EMA) telah menetapkan adanya nilai Acceptable Daily Intakes (ADI) terhadap makanan yang mengandung residu antibiotik. Hal serupa dilakukan oleh Indonesia dengan menetapkan Permentan No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan bahwa pemerintah melarang penggunaan Antibiotic Growth Promotors (AGP).