Konten dari Pengguna

Koperasi Wana Lestari Menoreh: Majukan Kelestarian Kayu Rakyat

Gadis Ranty
Diplomat Indonesia yang melayani dan membumi, penggiat diplomasi komoditas, anggota Sa75et, tulisan berangkat dari pandangan dan pengalaman pribadi
18 November 2023 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gadis Ranty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jauh dari kesan mewah, Kantor Koperasi Wana Lestari Menoreh yang terletak di Dusun Jogobayan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berperan penting bagi perekonomian rakyat sekitar.
Kantor Koperasi Wana Lestari Menoreh
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Koperasi Wana Lestari Menoreh
Kurang lebih 75 persen dari masyarakat yang tinggal di daerah ini mengais peruntungan dengan menjadi pekebun kecil berbagai komoditas yang ditanam di Hutan Rakyat dekat Perkebunan Menoreh. Kopi, kakao dan utamanya kayu, menjadi komoditas unggulan yang dikelola rakyat.
Pertemuan masyarakat dusun setempat di kantor Koperasi Wana Lestari Menoreh
Koperasi Wana Lestari Menoreh fokus pada pengelolaan komoditas kayu rakyat. Berdiri sejak tahun 2009, koperasi ini terbentuk akibat adanya gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhani). Pada tahun 2023, koperasi ini berkembang pesat dengan 11.700 anggota dengan 957 hektar luas lahan yang dikelola.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya aspek pengelolaan, seperti pengaturan bagi hasil, koperasi Wana Lestari Menoreh turut ajarkan kelestarian. Koperasi memberikan tiga bibit pohon untuk satu pohon yang telah ditebang dan melakukan pemeliharaan mata air pada kawasan hutan industri. Di samping itu, koperasi membantu penerapan sertifikasi kelestarian kayu, yakni SVLK yang dahulu dikenal sebagai Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu, kini bermakna Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian maupun FSC (Forest Stewardship Council).
Kalau ditanya mana yang lebih menguntungkan, Bagyo – Ketua Koperasi Wana Lestari menjawab, “Ya lebih untung dengan FSC, karena jelas insentifnya.” Terdapat perbedaan harga pasar sebesar 15% antara produk kayu yang tersertifikasi FSC dan non-FSC. Di samping itu, menurutnya, sertifikasi FSC masih lebih komprehensif dalam pengukuran kelestariannya.
Bapak Bagyo, Ketua Koperasi Wana Lestari Menoreh, didampingi timnya
Sertifikasi FSC yang umumnya diterima pasar Amerika dan Eropa memang terkenal mahal. Biaya sertifikasi FSC ini bernilai 70 sampai dengan 100 juta rupiah per tahun (termasuk untuk inspeksi dan pengambilan sampel). Sebagai pembanding, biaya sertifikasi SVLK hanya bernilai 15 juta rupiah per tiga tahun.
ADVERTISEMENT
Guna membantu sertifikasi FSC para pekebun kecil, beberapa koperasi di beberapa penghasil kayu Indonesia, termasuk koperasi Wana Lestari Menoreh, menggabungkan diri ke dalam PT. Social Business Indonesia (SOBI). Perusahaan ini juga menjadi alat pemasaran berbagai produk kayu koperasi bersertifikasi FSC ke luar negeri. Organisasi non-pemerintah Komunitas Telapak mendirikan SOBI pada tahun 2016.
Lantas, sebagai wujud sertifikasi yang diinisiasi Pemerintah Indonesia, ke mana produk-produk bersertifikasi SVLK?
“Produk kayu bersertifikasi SVLK tetap dikirim untuk kebutuhan industri di Tiongkok dan negara Asia lainnya, sementara yang bersertifikasi FSC ditujukan bagi produk mebel di pasar Eropa dan Amerika,” jelas Bagyo,
Dalam kenyataannya, masih terdapat pasar yang luas untuk produk kayu yang belum tersertifikasi, semisal di Amerika Latin dan Afrika (pasar non-tradisional).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat ada sekitar 601,60 Hektar kawasan hutan produksi di Kabupaten Kulon Progo di bawah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Yogyakarta. Beberapa hasil utama hutan, antara lain kayu jati, sengon, mahoni, dan bambu.
Kondisi Hutan Rakyat dekat Perbukitan Menoreh, Daerah Istimewa Yogyakarta, sehabis tebang
Dengan maraknya standarisasi kelestarian yang diberlakukan di pasar Amerika dan Eropa, diplomasi Indonesia diarahkan untuk dapat melindungi akses pasar untuk komoditas yang dihasilkan oleh pelaku usaha berskala kecil. Skema koperasi dapat menjadi model bisnis untuk senantiasa mengikuti tuntutan pasar, dalam hal sertifikasi kelestarian. Di samping itu, diplomasi turut diharapkan dapat senantiasa memajukan promosi dan perluasan pasar ekspor, khususnya di pasar-pasar non-tradisional, untuk produk mebel dan furnitur kayu berkelanjutan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari berbagai sentra kayu Indonesia (GR).
ADVERTISEMENT