Konten dari Pengguna

Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan Perangkap Kuning (Yellow Trap)

Naufal Mulya Andzaka
Mahasiswa Universitas Diponegoro Jurusan Teknik Mesin 2021
12 Februari 2025 11:07 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Mulya Andzaka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto bersama warga (sumber: dokumentasi sendiri)
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama warga (sumber: dokumentasi sendiri)
ADVERTISEMENT
Desa Jetis, Klaten – Pada tanggal 22 Januari 2025, mahasiswa Natasya Kodew Diasdamai dari jurusan Agroekoteknologi angkatan 2021 dari Tim I KKN Universitas Diponegoro (UNDIP) 2025 mengadakan pelatihan inovatif bertajuk “Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan Perangkap Kuning (Yellow Trap) untuk Pengendalian Hama” di Tempat Kelompok Tani Desa Jetis, Klaten. Pelatihan ini diikuti oleh sekitar 20 warga di sekitar desa. Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk mengajarkan para peserta cara membuat perangkap kuning yang ramah lingkungan dan efisien dalam mengendalikan hama tanaman yang sering merusak hasil pertanian mereka.
ADVERTISEMENT
Di Desa Jetis, yang merupakan kawasan agraris, serangan hama menjadi salah satu kendala utama yang dihadapi oleh para petani. Hama seperti kutu daun, lalat buah, dan berbagai jenis serangga lainnya sering mengganggu pertumbuhan tanaman pangan seperti padi, jagung, dan sayuran. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan lingkungan dan manusia, tetapi juga dapat merusak kualitas tanah dalam jangka panjang.
Melihat hal ini, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro merancang pelatihan yang mengedepankan pengendalian hama secara alami dan ekonomis dengan menggunakan bahan-bahan sederhana yang dapat dengan mudah ditemukan di sekitar desa, seperti botol plastik bekas, lem tikus, cat kuning, plastik, dan tali rafia.
Pelatihan ini bertujuan untuk:
Mengajarkan Pengelolaan Hama yang Ramah Lingkungan: Memberikan pengetahuan kepada petani tentang alternatif pengendalian hama dengan menggunakan perangkap kuning yang efektif dan terjangkau.
ADVERTISEMENT
Memanfaatkan Bahan-bahan Sederhana dan Bekas: Membantu peserta untuk mengurangi limbah plastik dengan mendaur ulang botol plastik bekas sebagai perangkap hama.
Mengurangi Penggunaan Pestisida Kimia: Memberikan solusi untuk mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Meningkatkan Produktivitas Pertanian: Membantu petani mengatasi masalah hama dengan cara yang lebih hemat biaya, aman, dan efisien.
Pelatihan dimulai pada pukul 09.30 WIB dengan sambutan dari ketua kelompok tani. Para peserta sangat antusias mengikuti sesi ini, karena mereka berharap bisa mempraktikkan langsung cara membuat perangkap kuning di lahan mereka.
Sesi pertama diawali dengan penjelasan mengenai fungsi dan manfaat perangkap kuning. Perangkap ini sangat efektif dalam menarik serangga hama, seperti kutu daun dan lalat buah, yang tertarik dengan warna kuning. Serangga tersebut akan mendekati perangkap dan terjebak oleh lapisan lem tikus yang telah dipasang pada permukaan botol.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, mahasiswa KKN mulai memberikan tutorial langkah demi langkah tentang bagaimana cara membuat perangkap kuning dengan bahan-bahan sederhana yang mudah didapatkan:
Menyiapkan Botol Plastik Bekas: Peserta diminta untuk membawa botol plastik bekas yang dapat didaur ulang, seperti botol air mineral atau botol kemasan lainnya.
Mengecat Botol dengan Cat Kuning: Botol plastik dicat dengan cat kuning untuk menarik perhatian serangga. Warna kuning sangat efektif karena banyak jenis serangga yang tertarik dengan warna ini. Setelah dicat, botol dibiarkan kering.
Menambahkan Lem Tikus: Setelah botol kering, lem tikus diaplikasikan pada bagian luar botol plastik. Lem ini akan berfungsi untuk menempelkan hama yang terjebak pada botol.
Membuat Penyangga dan Pengikat: Botol yang sudah terpasang lem kemudian diberi tali rafia yang digunakan untuk menggantung botol di sekitar tanaman yang rentan diserang hama. Tali rafia ini diikat pada mulut botol untuk menggantungnya di area yang tepat.
ADVERTISEMENT
Menambahkan Plastik di Bagian Dasar Botol: Plastik bening atau plastik hitam dapat dipasang di dasar botol untuk mencegah hujan atau air masuk ke dalam perangkap, menjaga agar lem tetap efektif.
Setelah semua bahan siap, salah satu peserta dipandu untuk membuat perangkap kuning mereka sendiri. Para peserta begitu antusias dalam proses pembuatan, dan beberapa di antaranya bahkan sudah memikirkan untuk menerapkan metode ini di kebun mereka.
Penggunaan perangkap kuning memiliki banyak manfaat bagi petani, di antaranya:
Efektif dalam Menangkap Hama: Serangga yang tertarik dengan warna kuning akan terjebak dalam lem yang telah dipasang pada botol. Hal ini sangat efektif untuk mengurangi serangan hama tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya.
Mengurangi Ketergantungan pada Pestisida Kimia: Dengan menggunakan perangkap kuning, petani dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang tidak hanya mahal, tetapi juga bisa mencemari lingkungan.
ADVERTISEMENT
Mudah dan Murah: Perangkap kuning ini dibuat dengan bahan yang sederhana dan mudah ditemukan, seperti botol plastik bekas, lem tikus, dan cat kuning. Biaya pembuatan yang rendah membuatnya sangat terjangkau bagi petani lokal.
Ramah Lingkungan: Selain efektif untuk mengendalikan hama, perangkap kuning ini juga membantu mengurangi sampah plastik dengan mendaur ulang botol bekas menjadi alat yang bermanfaat.
Meningkatkan Hasil Pertanian: Dengan berkurangnya kerusakan akibat hama, hasil pertanian menjadi lebih optimal, sehingga meningkatkan kesejahteraan petani.
Usai pelatihan, banyak peserta yang menyampaikan apresiasi dan antusiasme mereka. Pak Tarmudji, selaku ketua kelompok taniorang petani, mengungkapkan, “Saya merasa pelatihan ini sangat bermanfaat. Selama ini saya kesulitan mengatasi hama dengan cara yang ramah lingkungan, tetapi sekarang saya bisa membuat perangkap ini dengan bahan yang mudah didapatkan dan murah. Semoga ini bisa meningkatkan hasil panen saya.” Dengan menggunakan perangkap kuning, petani dapat mengendalikan hama secara alami, ramah lingkungan, dan lebih hemat biaya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pertanian mereka. Program ini membuktikan bahwa dengan kreativitas dan pemanfaatan bahan-bahan sederhana, masalah besar seperti pengendalian hama dapat diatasi dengan cara yang inovatif dan berkelanjutan. Semoga metode ini dapat diterapkan lebih luas di desa-desa lainnya untuk menciptakan pertanian yang lebih sehat dan produktif.
ADVERTISEMENT