Konten dari Pengguna

Lomba Dakwah Digital IRMA Jabar: Remaja Ubah Wajah Dakwah Melalui Media

Galang Ikhwan Aji Sabda
I am a lecturer at the Faculty of Communication Sciences, Padjadjaran University (FIKOM Unpad), specializing in Media Communication, Tourism Communication, and Political Communication
17 Maret 2025 17:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Galang Ikhwan Aji Sabda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi informasi, khususnya dalam media digital, tidak hanya mempengaruhi aspek sosial-ekonomi, tetapi juga aspek agama dan dakwah. Pada hari Minggu (16/3/2025), sekitar 440 pelajar dari 44 sekolah di Bandung memenuhi Masjid Baitush Sholihin, kantor Dinas Pendidikan Jawa Barat. Mereka hadir bukan untuk pengajian biasa, melainkan berlomba dalam ajang yang mungkin belum banyak orang dengar: Lomba Dakwah Digital Pesantren Digital IRMA Jawa Barat 1446 H.
Gambar Peserta dan Pembina Lomba Dakwah Digital IRMA Jawa Barat 1446 H (Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Peserta dan Pembina Lomba Dakwah Digital IRMA Jawa Barat 1446 H (Dok. Istimewa)
Dibuka secara resmi oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Erwan Setiawan, acara ini mengusung tema "Berbagi di Bulan Suci Ramadan, Raih Berkah dan Pahala". Lomba ini bukan sekadar kompetisi biasa. Di balik antusiasme generasi muda itu, terselip pesan penting tentang masa depan dakwah Islam yang kini semakin erat kaitannya dengan komunikasi massa dan media digital.
Gambar Sambutan dari Wakil Gubernur Jawa Barat H. Erwan Setiawan (Dok. Istimewa)
Dakwah di Era Media Baru: Dari Mimbar ke Gadget
ADVERTISEMENT
Zaman terus berubah, begitu pula cara berdakwah. Jika dulu dakwah hanya identik dengan ceramah di masjid atau pengajian, kini digitalisasi mengubah segalanya. Anak muda hari ini berdakwah lewat Instagram, TikTok, YouTube, hingga podcast. Mereka sadar betul bahwa dakwah di era media sosial membutuhkan kreativitas, bukan sekadar kalimat-kalimat bijak yang monoton.
Denis McQuail, seorang pakar komunikasi massa ternama, pernah mengatakan bahwa media digital memiliki kekuatan unik: cepat, interaktif, dan mampu menjangkau audiens tak terbatas. Dalam teori Komunikasi Massanya, McQuail menyebut media digital sebagai platform yang tak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga bisa membentuk opini dan perilaku masyarakat secara luas.
Inilah yang dipahami betul oleh IRMA Jawa Barat. Dengan mengadakan lomba dakwah digital, IRMA ingin menunjukkan bahwa pesantren dan masjid bukan lembaga yang kaku, melainkan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan teknologi komunikasi.
Gambar Wakil Gubernur Jawa Barat dengan Peserta Lomba Dakwah Digital (Dok. Istimewa)
Mengapa Lomba Dakwah Digital Menjadi Penting?
ADVERTISEMENT
Wakil Gubernur Jawa Barat, H. Erwan Setiawan, dalam pembukaannya menggarisbawahi pentingnya literasi digital bagi remaja muslim. Menurutnya, media digital harus dimanfaatkan secara maksimal oleh para pemuda Islam untuk menghasilkan konten-konten yang positif, inspiratif, dan edukatif, khususnya di bulan Ramadan ini.
Di sinilah kita kembali pada gagasan klasik Marshall McLuhan yang sangat relevan hingga kini: "The medium is the message." McLuhan meyakini bahwa media yang kita gunakan untuk menyampaikan pesan sama pentingnya dengan isi pesan itu sendiri. Dakwah lewat media sosial, misalnya, akan berbeda dampaknya dengan dakwah melalui ceramah tradisional. Platform digital memungkinkan anak muda menyampaikan dakwah lebih segar, interaktif, dan jauh lebih mudah diterima oleh audiens seumuran mereka.
Bayangkan, sebuah konten video pendek tentang hikmah Ramadan bisa jauh lebih viral dan menyentuh generasi muda ketimbang ceramah panjang yang sulit dipahami anak muda masa kini.
Gambar Wakil Gubernur dengan Para Santri Peserta Lomba Dakwah Digital (Dok. Istimewa)
Lomba Sebagai Media Literasi Digital
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini juga sejalan dengan teori Difusi Inovasi dari Everett M. Rogers, yang menjelaskan bagaimana sebuah inovasi baru—seperti dakwah digital ini—akan diterima secara bertahap oleh masyarakat. Dengan lomba ini, para siswa secara langsung dikenalkan sekaligus didorong untuk mengadopsi model dakwah baru ini.
Yang menarik, lomba ini juga mengajak generasi muda tak hanya membuat konten menarik, tetapi juga bertanggung jawab dalam mengelola informasi digital. Literasi digital menjadi kunci. Tanpa literasi digital, dakwah di dunia maya justru bisa berubah menjadi bumerang karena ancaman hoaks atau ujaran kebencian.
Dakwah Digital: Tantangan dan Peluang
Lomba dakwah digital ini tidak hanya menarik perhatian karena uniknya, tetapi juga karena pesan besar yang dibawanya. Ia menjadi semacam "wake-up call" bagi kita semua bahwa dakwah Islam kini butuh model baru yang lebih kreatif dan relevan dengan dunia anak muda.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan penulis, acara ini perlu diperluas bukan hanya di Bandung atau Jawa Barat saja. Indonesia, dengan populasi muslim terbesar, sangat membutuhkan generasi muda yang mampu berdakwah secara cerdas dan kreatif di ruang digital.
Dengan memanfaatkan media sosial, generasi muda Islam punya kesempatan besar untuk menjadi influencer positif yang tidak hanya menyebar pesan kebaikan tetapi juga membangun opini publik yang lebih sehat dan damai.
Jadi, selamat datang era dakwah digital, era di mana generasi muda bukan sekadar penonton, tetapi pemain utama yang menentukan masa depan wajah Islam di ruang media digital.