Konten dari Pengguna

Strategi Memperkuat Identitas Budaya dalam Pariwisata Lokal

Galang Ikhwan Aji Sabda
Saya adalah seorang dosen tetap dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Saat ini saya aktif mengajar di Prodi Ilmu Komunikasi K. Pangandaran. Selain mengajar saya aktif juga di IRMA Jawa Barat
3 Februari 2025 12:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Galang Ikhwan Aji Sabda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Melalui Pengukuhan Dewan Kebudayaan Pangandaran 31 Januari 2025

Gambar Pelantikan Dewan Kebudayaan Pangandaran yang dihadiri Langsung Oleh Bupati Pangandaran H. Jeje Wiradinata dan Gubernur Jawa Barat Terpilih Kang Dedi Mulyadi (Sumber Foto: https://portal.pangandarankab.go.id/)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Pelantikan Dewan Kebudayaan Pangandaran yang dihadiri Langsung Oleh Bupati Pangandaran H. Jeje Wiradinata dan Gubernur Jawa Barat Terpilih Kang Dedi Mulyadi (Sumber Foto: https://portal.pangandarankab.go.id/)
Mengapa Kebudayaan Perlu Diperkuat dalam Pariwisata?
Pariwisata berbasis budaya kini menjadi tren global yang semakin diminati. Wisatawan modern tidak lagi hanya mencari keindahan alam semata, tetapi juga pengalaman autentik yang mencerminkan kearifan lokal suatu daerah. Pangandaran, yang selama ini dikenal dengan pantai dan ekowisatanya, mulai menyadari bahwa kekayaan budaya lokal adalah aset penting yang bisa memperkuat daya tarik wisata. Inilah yang melatarbelakangi pengukuhan Dewan Kebudayaan Pangandaran (DKP) pada 31 Januari 2025, yang diharapkan menjadi garda terdepan dalam pelestarian budaya sekaligus pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Menurut Pitana dan Gayatri (2005:95), pemerintah daerah memiliki tiga peran utama dalam pengembangan pariwisata berbasis budaya, yaitu sebagai motivator, fasilitator, dan dinamisator. Sebagai motivator, pemerintah perlu mendorong partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan untuk terlibat aktif dalam melestarikan budaya lokal. Sebagai fasilitator, pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang keberlangsungan budaya, baik dalam bentuk ruang ekspresi seni maupun regulasi yang mendukung. Sedangkan sebagai dinamisator, pemerintah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inisiatif budaya, termasuk melalui event budaya dan festival tahunan.
Tantangan dalam Pelestarian Budaya Lokal
Namun, langkah ini tidaklah mudah. Globalisasi dan arus modernisasi kerap kali mengikis identitas budaya daerah. Kompasiana (2023) mencatat bahwa globalisasi membawa budaya dominan yang sering kali menggantikan budaya lokal, menyebabkan generasi muda lebih tertarik pada budaya asing daripada tradisi mereka sendiri. Jika tidak diantisipasi, budaya lokal dapat semakin terpinggirkan dan kehilangan relevansi di tengah masyarakatnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Komersialisasi budaya juga menjadi tantangan lain. Dalam dunia pariwisata, budaya sering kali dikemas menjadi atraksi yang kehilangan makna aslinya. Pakar pariwisata budaya, Edward Bruner (2005), dalam bukunya Culture on Tour: Ethnographies of Travel, mengkritik bagaimana banyak tradisi yang seharusnya bersifat sakral berubah menjadi sekadar tontonan bagi wisatawan. Fenomena ini disebut sebagai staged authenticity, di mana budaya yang ditampilkan di depan wisatawan sering kali merupakan hasil rekonstruksi yang disesuaikan dengan selera pasar, bukan representasi asli dari kehidupan masyarakat setempat.
Peran Komunikasi dalam Pelestarian Budaya
Salah satu elemen krusial dalam pelestarian budaya adalah komunikasi yang efektif. Menurut Rogers & Shoemaker (1971) dalam teori difusi inovasi, budaya dapat bertahan dan berkembang jika ada proses komunikasi yang baik dalam menyebarkan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi. Tanpa komunikasi yang baik, budaya bisa terputus dan dilupakan.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks pariwisata, komunikasi juga menjadi jembatan antara budaya lokal dengan wisatawan. McKercher & du Cros (2002) dalam studi mereka tentang pariwisata budaya menekankan pentingnya pendekatan edukatif dalam menyampaikan nilai-nilai budaya kepada wisatawan. Ini berarti bahwa Dewan Kebudayaan Pangandaran tidak hanya berperan dalam menghidupkan kembali seni dan tradisi, tetapi juga dalam mengkomunikasikan esensi budaya tersebut dengan cara yang menarik dan informatif kepada wisatawan.
Solusi dan Langkah Strategis Dewan Kebudayaan Pangandaran
Untuk menjawab tantangan di atas, Dewan Kebudayaan Pangandaran perlu menerapkan strategi komunikasi budaya yang efektif. Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:
1. Mendokumentasikan dan Mempromosikan Tradisi Lokal
Banyak tradisi khas Pangandaran seperti Ronggeng Gunung, Sintren, dan Angklung Buhun yang mulai jarang dipentaskan. DKP perlu berperan dalam mendokumentasikan tradisi ini dalam bentuk tulisan, video, dan digitalisasi agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
ADVERTISEMENT
2. Meningkatkan Edukasi Budaya melalui Pariwisata
Pariwisata budaya tidak hanya harus menghibur tetapi juga mendidik. Festival Budaya Pangandaran, misalnya, dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan wisatawan pada ritual adat seperti Hajat Laut, yang merupakan upacara syukuran para nelayan. Namun, festival semacam ini harus tetap mempertahankan esensi spiritualnya, bukan hanya menjadi atraksi tontonan semata.
3. Kolaborasi dengan Akademisi dan Komunitas Lokal
Studi dari UNESCO (2019) menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan komunitas budaya dapat meningkatkan efektivitas pelestarian budaya. Dengan melibatkan akademisi dalam penelitian budaya lokal dan mengajak komunitas setempat dalam implementasinya, program-program DKP dapat lebih berakar di masyarakat.
4. Mengembangkan Desa Wisata Berbasis Budaya
Konsep Desa Wisata Budaya bisa menjadi model yang efektif dalam menjaga keseimbangan antara pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi. Desa-desa yang masih memiliki praktik budaya tradisional bisa dijadikan destinasi wisata yang memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung, seperti belajar membatik, membuat kerajinan tangan khas, atau mengikuti ritual adat.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan: Pangandaran sebagai Destinasi Wisata Budaya Berkelanjutan
Pengukuhan Dewan Kebudayaan Pangandaran adalah langkah penting dalam membangun identitas budaya yang kuat sebagai bagian dari daya tarik wisata. Namun, upaya ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menjadikan budaya sekadar objek komersialisasi. Komunikasi yang efektif antara masyarakat lokal, pemerintah, dan wisatawan menjadi kunci dalam memastikan bahwa budaya tidak hanya dipertontonkan tetapi juga dipahami dan dihargai.
Sebagaimana dikatakan oleh pakar komunikasi budaya, Geert Hofstede (1980), budaya bukanlah sesuatu yang statis tetapi terus berkembang seiring waktu. Oleh karena itu, tantangan bagi Pangandaran adalah bagaimana menjaga keaslian budayanya sambil tetap relevan dengan perkembangan zaman. Jika dilakukan dengan tepat, Pangandaran bisa menjadi contoh sukses bagaimana budaya dapat menjadi aset berharga yang memperkaya pariwisata tanpa kehilangan jati dirinya.
ADVERTISEMENT