Konten dari Pengguna

LAUT KITA di TENGAH PANDEMI

Galih Jati Prasetyo
Assitant Manager RD Aquaculture and Staff PT Roda Bahari
10 Mei 2020 8:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Galih Jati Prasetyo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah di masa pandemi terindikasi menurun. Pandemi ini membuat semua orang terpaksa berkerja, belajar dan beribadah dari rumah sehingga penggunaan plastik menjadi berkurang. Sampah plastik yang biasa menjadi masalah di perkotaan, pada saat ini dikatakan turun sampai 10%. Menurut direktorat pengelolaan sampah KLHK, penurunan sampah di kota-kota seperti Jakarta, Surabaya maupun Bukit Tinggi menagalami penurunan hingga 10% sedangkan di Bekasi, Tanggerang, dan Depok juga mengalami penurunan akan tetapi tidak terlalu signifikan.
ADVERTISEMENT
Babak berikutnya adalah sampah pada saat ini terbagi menjadi 2 konsentrasi besar yaitu, sampah infeksius yang berasal dari rumah sakit, puskesmas, maupun wisma atlet di Jakarta, serta sampah rumah tangga yang memang sudah menjadi problematika setiap tahun. LIPI menyebutkan bahwa ditemukannya sampah masker medis yaitu masker sekali pakai yang terdapat di sungai, hal ini bisa terindikasi bahwa akan ada pencemaran laut oleh sampah dari daratan. Pengemasan dengan plastik yang dilakukan guna mengirimkan barang dari e-commerce juga bisa menjadi hal yang menyebabkan membludaknya sampah plastik. Meningkatknya frekuensi jual-beli online menyebabkan adanya indikasi bahwa sampah plastik akibat pengiriman akan melonjak tajam dan belum bisa banyak di tangani karena merupakan sampah sekali pakai.
ADVERTISEMENT
Laut kita sekarang sudah menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di seluruh dunia, Indonesia pernah menduduki peringkat 2 setelah China untuk penyumbang sampah terbanyak ke lautan tahun 2018. Resiko kerusakan terumbu karang 22 kali lebih berbahaya yang disebabkan oleh sampah plastik. Rilis dari Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia (PUWSI) para pelaku usaha melaporkan bahwa berkurangnya wisatawan di wilayah wisata menyebabkan pelaku illegal fishing kembali marak di perairan sekitarnya, termasuk juga kawasan taman nasional. Destruktif fishing meningkat diakibatkan tidak ada aktifitas/rutinitas di titik selam. Pekerja pariwisata yang saat ini tidak ada kegiatan mayoritas kembali ke laut, bertujuan untuk menangkap ikan hias untuk diperjualbelikan. Sampah yang memungkin menjadi pencemar laut antara lain masker sekali pakai, sarung tangan plasik, alat pelindung diri dan plastik kemasan makanan.
ADVERTISEMENT
Melihat keadaan ini Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan lantas menurunkan surat edaran yaitu, SE MENLHK nomer 2 tahun 2020 tentang Pengelolaan limbah infeksius dan sampah rumah tangga dari penanganan COVID-19, yang bertujuan untuk mendiskresi sampah dan membuat minimum requirement dikala masa pandemi ini agar masalah sampah teratasi dengan baik. Tantangan yang akan kita hadapi adalah terjadinya pencemaran pesisir dan laut yang diakibatkan oleh beberapa hal antara lain pengelolaan limbah domestik yang di buang ke sungai dan mengalir ke laut, pengelolaan limbah infeksius serta rumah tangga dan pengemasan pengiriman barang yang menggunakan bahan plastik. Peningkatan limbah padat di masa COVID-19 seperti masker sekali pakai, sarung tangan plastik hingga alat pelindung diri dapat menyebabkan cemaran sampah baru kedalam perairan. Limbah cair juga melonjak di masa pandemi ini seperti desinfektan dan hand sanitizer, akan tetapi ternyata ada juga pengurangan limbah yaitu dari kegiatan wisata pantai dan hotel di daerah pantai.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan tujuan pemerintah yaitu menurunkan sumbangan sampah ke laut sebanyak 70% pada tahun 2025 sudah selayaknya kita menjadi masyarakat yang ikut mendukung dan ikut serta dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Upaya pengendalian pencemaran laut oleh sampah terutama sampah plastik yang paling terkecil adalah kita mulai dari adanya edukasi yang diberikan kepada masyarakat, pemerintah serta masyarakat berkorelasi langsung dalam upaya pengendalian ini. Pemantauan yang diharapkan secara berkala dan tepat pada saat pandemi ini agar tidak bocor hingga ke lautan. Teknologi tepat guna juga wajib disosialisasikan agar penggunaan tidak terlalu memakan banyak anggaran dan cocok digunakan ditempatnya, seperti penggunaan teknologi robotik dengan bekerja sama dengan NGO maupun perusahaan luar negeri bisa dipakai di perkotaan seperti di Jakarta. Koordinasi antar lembaga harus diperkuat agar memiliki tujuan yang sama yaitu menjaga laut Indonesia agar tetap berkelanjutan. Disiplin diri juga merupakan faktor penting untuk mengurai rantai penyebaran COVID-19 serta mengurangi penggunaan plastik yang berguna untuk menjaga keseimbangan laut kita agar tetap terjaga. Peraturan dan kebijakan-kebijakan dari pihak terkait adalah point penting yang bisa dijadikan ujung tombak dalam memerangi sampah-sampah terutama sampah plastik agar laut kita tetap indah.
ADVERTISEMENT
Galih Jati Prastyo/Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB Univeristy