Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hikmah Konflik Timur Tengah untuk Indonesia
21 Mei 2021 21:07 WIB
Tulisan dari Galih Juang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mendengar kata “Timur Tengah” tentu tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Timur Tengah merupakan sebutan untuk negara-negara yang mayoritas orangnya adalah orang Arab. Dalam penggunaan bahasa, mereka juga lebih dominan menggunakan bahasa Arab sebagai media berkomunikasi sehari-sehari daripada bahasa lain.
ADVERTISEMENT
Penggunaan kata “Timur Tengah” pertama kali digunakan oleh geopolitikus Amerika yang bernama Alfred Thayer Mahan pada tahun 1902. Secara harfiah, Timur Tengah adalah sebuah wilayah yang dibentuk berdasarkan pandangan dan kepentingan barat dalam melakukan penjajahan pada abad ke-19 hingga sekarang .
Timur Tengah merupakan kawasan di mana banyak dari negara di sana merupakan produsen atau penyetok bahan minyak untuk dunia. Selain terkenal dengan minyaknya, negara-negara di Timur Tengah juga terkenal dengan kawasan Islam. Mayoritas masyarakat di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Yaman, Iran, Iraq, Lebanon, Suriah, dan lain-lain, merupakan pemuluk agama Islam.
Selain dua karakteristik yang sudah disebutkan di atas, negara-negara di Timur Tengah juga terkenal dengan seringnya terjadi konflik, baik itu konflik berskala kecil maupun berskala besar.
ADVERTISEMENT
Banyak sekali faktor yang memicu terjadinya konflik yang ada di negara Timur Tengah, antara lain karena perbedaan paham atau pandangan, kesenjangan sosial atau ekonomi, perebutan sumber daya alam, dan kelompok-kelompok bersenjata yang memakai agama sebagai kedok tersembunyi mereka.
Dalam segi perbedaan paham dan pandangan, agama menjadi salah satu faktor utama sumber pemicu konflik di Timur Tengah. Seperti yang diketahui bahwa di Timur Tengah mayoritas populasinya adalah suku Arab. Suku Arab sendiri dalam paham agamanya yaitu Islam terbagi menjadi dua golongan, yakni Islam Sunni dan Islam Syiah. Oleh karena itu, perbedaan paham juga turut andil dalam munculnya konflik di Timur Tengah dari dulu hingga sampai saat ini.
Sumber pemicu konflik yang kedua adalah adanya kesenjangan sosial-ekonomi di tengah masyarakat. Karena tingginya angka kesenjangan tersebut, sejak tahun 2011 muncullah istilah “Arab Spring”. Arab Spring adalah istilah politik yang menggambarkan kejadian di Timur Tengah, di mana rakyat atau masyarakat Arab bersama-sama berjuang untuk menuntut ditegaknnya demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan ekonomi, dan keadilan sosial kepada pemerintahnya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kompas.com, Rakyat Arab sendiri menyebut Arab Spring sebagai al-Tsaurat al-Arabiyah, yaitu revolusi yang akan mengubah tatanan masyarakat dan pemerintahan Arab menuju ke arah ideal. Sebagai contoh dari keberhasilan gerakan Arab Spring ini ada di negara Mesir dan Tunisia. Kedua negara tersebut berhasil menggulingkan pemimpin diktatornya, Ben Ali (Tunisia) dan Husni Mubarak (Mesir). Tunisia dan Mesir sukses menggelar pemilu, bahkan Mesir telah 2 kali menjalankan pemilu yakni pada tahun 2011 dan 2013.
Sumber pemicu konflik ketiga yaitu perebutan sumber daya alam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa negara di Timur Tengah memiliki sumber daya alam minyak bumi yang melimpah. Hampir semua negara di Timur Tengah mengandalkan ekonominya dalam sektor minyak, hanya Israel yang tidak memiliki komoditi minyak dan hanya mengandalkan sektor teknologi yang mereka kembangkan.
ADVERTISEMENT
Bisa dilihat dalam sejarah bahwa pada tahun 1980-1988 terjadi peristiwa perang antara Iran dan Iraq. Perang antara dua negara tersebut kemudian disebut sebagai “Perang Teluk I”. Salah satu alasan dari terjadi perang tersebut adalah karena perebutan daerah yang dikenal dengan sebutan Shatt Al-Arab yang memiliki sumber daya alam minyak bumi yang cukup melimpah.
Sumber pemicu konflik yang keempat adalah munculnya kelompok-kelompok bersenjata yang memakai agama sebagai topeng mereka untuk membuat kekacauan. Salah satu kelompok bersenjata tersebut yang muncul adalah ISIS. Kelompok tersebut merupakan penerus dari gerakan Islam radikal yang pertama kali muncul sejak abad ke-21, yaitu Al-Qaeda.
Kelompok-kelompok Islam radikal seperti ISIS tersebut terus berusaha untuk mengkampanyekan tujuan mereka yaitu untuk berjihad melawan pemerintahan non-Muslim atau pemerintahan yang thogut (zalim) dalam pandangan mereka. Mereka bahkan tidak segan-segan untuk membunuh setiap orang yang berbeda paham dengan keyakinannya, bahkan meski orang tersebut juga memeluk agama Islam.
ADVERTISEMENT
Tentu semua hal pemicu konflik di Timur Tengah seperti yang sudah dijelaskan dapat menjadi bahan pembelajaran atau contoh bagi Indonesia untuk bisa lebih menata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari keempat sumber pemicu yang sudah dijelaskan, Indonesia memiliki semua unsur tersebut yang dapat menimbulkan pletik konflik di bumi pertiwi ini.
Indonesia sendiri terdiri dari banyak perbedaan yang beragam mulai dari agama, suku, dan etnis yang ada. Namun dari banyaknya perbedaan tersebut tidak menjadikan kita untuk saling berkonflik satu sama lain. Bahkan dasar dari berdirinya NKRI sendiri adalah karena adanya peredaan tersebut yang membuat negara ini menjadi satu.
Dalam hal kesenjangan sosial-ekonomi, isu ini sejak berdirinya Republik Indonesia hingga sampai sekarang terus menjadi bahan perbincangan oleh banyak kalangan. Masalah ini seakan tidak pernah menemukan jalan keluarnya. Selalu ada masyarakat yang merasakan ketidakadilan baik itu pada masalah hukum, sosial, maupun ekonomi. Maka dari itu diharapkan suatu hari ada sosok pemimpin atau pejabat negara yang lebih bijak lagi saat berkuasa. Pejabat yang mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan golongan atau kepentingan partai.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Indonesia tidak hanya memiliki sumber daya alam berupa minyak. Tapi sumber daya alam apapun ada di negara Indonesia ini. Indonesia dianugerahi sumber daya alam yang melimpah. Maka dari itu, diharapkan baik pemerintah maupun swasta dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk kepentingan bersama dalam menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Akhir-akhir ini juga marak munculnya kelompok-kelompok Islam Radikal. Seperti yang sudah diketahui belakangan banyak peristiwa teroris yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh Islam radikal yang mencoba merongrong nilai-nilai yang dianut rakyat Indonesia, yaitu Pancasila. Para penganut Islam radikal ini terus mencoba membenturkan nilai agama dengan nilai politik yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, peran pemerintah dan masyarakat diharap terus melawan para kelompok-kelompok yang mencoba mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa dengan caranya masing-masing. Sehingga tidak ada lagi muncul pemuka agama yang selalu mengkafirkan saudara sebangsanya hingga tidak ada lagi aksi teror yang terjadi di negara ini.
ADVERTISEMENT
Jika semua unsur yang disebutkan tersebut dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka kejadian seperti yang ada di negara-negara Timur Tengah dapat dihindari di Indonesia. Serta NKRI bisa terus ada serta hidup dengan penuh damai, makmur, dan sejahtera.