Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penguatan Budaya Lokal sebagai Penangkal Gerakan Radikalisme di Indonesia
22 Maret 2022 17:28 WIB
Tulisan dari Galih Juang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa negara Indonesia juga tidak terlepas dari adanya pengaruh gerakan radikalisme. Sudah banyak orang-orang yang terpapar paham radikal, baik dari yang masih muda maupun yang sudah tua.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah usaha agar pengaruh radikalisme tidak terus berkembang di Indonesia. Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat harus terus berusaha bersama-sama untuk melawan gerakan ini. Salah satu usaha yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan penguatan terhadap tradisi atau kebudayaan lokal.
Berdasarkan pandangan dari pakar gerakan radikalisme, terdapat sebuah hubungan yang cukup erat kaitannya antara berkembangnya sebuah seni-budaya dengan berkurangnya pengaruh radikalisme.
Dengan terlibatnya pengaruh seni-budaya atau kearifan lokal dalam kehidupan bermasyarakat sangat membawa dampak positif dan kontribusi yang cukup tinggi terhadap terciptanya modal sosial, baik itu melalui individu ataupun kelompok dengan cara menguatkan jejaring sosial. Dengan menguatnya modal sosial atau jejaring sosial maka hal tersebut dapat menjadi daya penahan dari pengaruh gerakan radikalisme.
ADVERTISEMENT
Selain itu dengan seringnya terlibat dalam sebuah kegiatan seni-budaya, maka akan dapat menimbulkan perasaan saling memiliki antar sebuah komunitas serta menguatkan akar identitas. Alhasil, individu ataupun kelompok juga akan memiliki ketahanan untuk menentang dan melawan gerakan radikalisme.
Adapun bentuk seni-budaya yang dipertunjukkan harus sesuai dengan kondisi masyarakat yang sedang dituju. Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah usaha untuk mencari inisiatif dan alternatif yang nantinya pertunjukkan seni-budaya tersebut agar dilengkapi juga dengan sebuah promosi atau kampanye untuk meningkatkan kesadaran seni-budaya di kalangan masyarakat.
Perlu juga menggelar pertunjukan seni-budaya yang dapat menumbuhkan rasa bangga kepada identitas diri sendiri sebagai upaya kuat untuk mempertahankan ideologi bangsa dari ancaman radikalisme.
Selain itu, perlu juga sebuah gerakan kebudayaan visual di sosial media agar bisa melawan gerakan radikalisme yang dikemas dengan simbolisme teknologi. Adapun kebudayaan visual yang bisa dibuat seperti lukisan, film, teater, konten berbau nasionalisme, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dorongan kepada kelompok seni dan budaya untuk terus mengekspresikan karyanya harus terus digelorakan. Selain itu, kampanye untuk mencintai kebudayaan nusantara harus terus digerakkan dengan mengajak anak-anak muda untuk mengembangkan kebudayaan lokal dengan dikemas secara modern melalui karya seni yang kreatif.
Melalui gerakan kebudayaan, masyarakat Indonesia akan memiliki ruang untuk melatih rasa, memahami falsafah bangsa, dan mematrikan nilai-nilai luhur. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bung Karno mengenai dedication of life. Bung Karno dalam kontemplasinya menegaskan bahwa ia adalah manusia biasa. Sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kesalahan. Dan kebahagiaanku hanya mengabdi kepada Tuhan, kepada bangsa, dan kepada tanah airku. Itulah dedication of life.
Selain itu Bung Karno juga menegaskan dalam konsep Tri Sakti bahwa kita semua rakyat Indonesia harus berkepribadian dalam kebudayaan. Maksudnya adalah kita harus mempunyai sebuah pribadi yang sesuai dengan kebudayaan kita masing-masing tanpa terpengaruh budaya luar yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
ADVERTISEMENT