Konten dari Pengguna

Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

Galuh Enggar Pramesti
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4 November 2024 11:36 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Galuh Enggar Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Photo by Tima Miroshnichenko: https://www.pexels.com/photo/a-student-standing-in-front-of-a-class-5428012/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Tima Miroshnichenko: https://www.pexels.com/photo/a-student-standing-in-front-of-a-class-5428012/
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menganggap belajar sebagai perubahan perilaku yang dapat diamati, fokus pada respons yang diperkuat oleh penguatan, dan melihat perilaku manusia sebagai hasil dari latihan refleks tanpa memedulikan aspek kecerdasan atau emosi.
ADVERTISEMENT
Aliran ini melibatkan beberapa hukum, seperti connectionism Thorndike yang memperkuat hubungan stimulus-respons (S-R) melalui efek yang memuaskan; Classical Conditioning Pavlov yang meningkatkan respons refleks melalui penguatan stimulus; serta Operant Conditioning Skinner yang memperkuat perilaku melalui penguatan dan mengurangi perilaku tanpa penguat.
Behaviorisme juga mencakup social learning Bandura, di mana belajar terjadi melalui observasi dan modeling. Teori humanistik, yang mencakup kontribusi tokoh-tokoh seperti Ausubel, Bloom, Kolb, dan Habermas, berfokus pada potensi individu, pengalaman pribadi, dan pencapaian aktualisasi diri.
Ausubel mengedepankan konsep "belajar bermakna," yakni pentingnya menghubungkan pengetahuan baru dengan yang sudah ada, untuk menghindari hafalan dan mempermudah pemahaman.
Bloom mengembangkan taksonomi Bloom, kerangka untuk mengklasifikasikan tujuan belajar menjadi tingkat-tingkat dari sekadar mengingat hingga menciptakan.
ADVERTISEMENT
Kolb menekankan pembelajaran dari pengalaman melalui siklus refleksi dan eksperimen, sementara Honey dan Mumford membaginya menjadi gaya belajar aktif, reflektif, teoritis, dan pragmatis.
Habermas, melalui teori komunikatifnya, menekankan peran komunikasi dan refleksi kritis dalam pembelajaran.
Keseluruhan teori ini menggambarkan berbagai perspektif tentang proses belajar mulai dari behaviorisme yang mekanistik hingga humanisme yang berfokus pada potensi diri dengan berbagai metode untuk memahami perilaku, pembentukan kebiasaan, hingga pengembangan diri dalam konteks pendidikan.