Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Lebaran Bukan Hanya Tentang Maaf, Tapi Juga Tentang Mengingat Akar Keluarga kita
7 April 2025 8:24 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Galuh Ilyas Pradanu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Lebaran selalu membawa semangat kebersamaan, dan tradisi halal bihalal menjadi salah satu cara untuk menjaga tali silaturahmi. Bagi keluarga besar Bani Arsawikarta di Desa Sidamulih, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, momen ini bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi sebuah ritual penting untuk mempererat hubungan antaranggota keluarga lintas generasi.
ADVERTISEMENT
Acara halal bihalal yang digelar pada Selasa (1/4) itu berlangsung meriah dan penuh kehangatan. Puluhan anggota keluarga dari berbagai daerah hadir sejak pagi, mengenakan pakaian terbaik mereka. Suasana halaman rumah yang luas disulap menjadi tempat pertemuan yang sarat makna: ada tenda-tenda sederhana, kursi berderet rapi, dan meja konsumsi yang disiapkan secara gotong royong.
Tepat pukul 09.30 WIB, acara dibuka dengan sambutan dari ketua panitia, Pak maskur, yang merupakan cucu dari generasi kedua Bani Arsawikarta. Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa syukur atas kekompakan keluarga besar yang masih terjaga hingga kini.
“Halal bihalal ini bukan hanya soal berkumpul. Ini tentang mengenang perjuangan para leluhur kita dan menjaga tali silaturahmi yang mulai longgar karena kesibukan masing-masing,” ujar Pak Maskur di depan para hadirin.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengajak generasi muda untuk lebih aktif dalam kegiatan keluarga, agar nilai-nilai kekeluargaan tidak hanya hidup dalam kenangan, tapi benar-benar diwariskan secara nyata.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan tausiah dari Ustaz Nurhakim, tokoh agama lokal dan salah satu keluarga besar Bani Arsawikarta. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan bahwa halal bihalal bukan hanya tentang berjabat tangan, melainkan tentang membersihkan hati dari dendam dan prasangka.
“Salam-salaman itu indah, tapi yang lebih penting adalah hati yang bersih. Jangan hanya sekadar minta maaf, tapi juga belajar untuk memaafkan dengan ikhlas,” ucap Ustaz Nurhakim.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga ukhuwah (persaudaraan) dalam keluarga. Sebab, keluarga yang kuat akan menjadi pondasi bagi masyarakat yang rukun dan damai.
Usai ceramah, seluruh anggota keluarga berjejer untuk salaman dengan para sesepuh. Momen ini menjadi saat paling haru dalam acara. Anak-anak kecil terlihat mencium tangan kakek-nenek mereka dengan penuh hormat. Sementara itu, para orang tua saling berpelukan, beberapa bahkan meneteskan air mata karena baru pertama kali bertemu kembali setelah bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Barisan tidak hanya menjadi ritual formal, tetapi simbol penghormatan dan kerinduan yang terbayar dalam pelukan-pelukan hangat.
Yang paling ditunggu-tunggu adalah momen undian THR. Panitia menyiapkan amplop berisi uang tunai dalam berbagai nominal yang dibagikan secara acak kepada anak-anak dan remaja. Cara pembagiannya pun seru: nomor diundi dari kotak kocokan, dan setiap pemenang dipanggil satu per satu.
Tawa dan sorak-sorai pecah saat ada peserta yang mendapat amplop. Tak hanya memberi semangat, acara ini juga menjadi simbol berbagi rezeki dan kebahagiaan, tanpa membuat acara jadi terlalu formal.
“Bukan soal nominalnya, tapi bagaimana kita bisa saling berbagi kebahagiaan, apalagi buat anak-anak,” ujar Bu Purwati salah satu panitia perempuan.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama, yang terbagi berdasarkan rumpun keluarga dari masing-masing anak Mbah Arsawikarta. Dari bani Kasam, keluarga bani Ropingi, hingga keluarga Pak Maskur semua mendapat giliran untuk berfoto di spot utama yang telah dihias dengan backdrop sederhana bertuliskan “Halal Bihalal Bani Arsawikarta 2025”.
ADVERTISEMENT
Anak-anak muda bertugas menjadi fotografer dan dokumentator, lengkap dengan kamera digital dan ponsel canggih. Foto-foto langsung dikirim ke grup WhatsApp keluarga, bahkan sebagian sudah diunggah ke media sosial dalam hitungan menit.
“Ini bukan cuma buat kenang-kenangan, tapi bukti bahwa kita masih satu keluarga yang utuh,” kata Dhanis, cucu generasi kedelapan, sambil tersenyum lebar.
Acara halal bihalal keluarga besar Bani Arsawikarta tahun ini menjadi pengingat bahwa tradisi bukan sekadar rutinitas, tapi cara untuk menjaga akar dan warisan kebersamaan. Di tengah dunia yang makin individualis, berkumpul, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan menjadi bentuk perlawanan kecil yang berarti.
Semoga tradisi ini terus terjaga, tak hanya sebagai ajang temu kangen, tapi sebagai ruang untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap keluarga, terhadap nilai, dan terhadap jati diri.
ADVERTISEMENT