Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Kerajaan Khmer di Bawah Kepemimpinan Suryavarman I
5 April 2022 11:43 WIB
Tulisan dari Galuh Sofiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kerajaan Khmer atau Kekaisaran Khmer merupakan kerajaan bangsa Khmer yang lahir pada periode waktu 802 hingga 1432 M dan berpusat di wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Kamboja. Kerajaan Khmer merupakan bagian dari kerajaan masa Hindu-Buddha yang tertua di Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya, kerajaan ini berhasil melakukan meluaskan ekspansinya hingga ke wilayah yang saat ini kita kenal sebagai Laos, Thailand dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
Luas dan kuatnya kekuasaan Kerajaan Khmer tentu tidak terlepas dari peran para raja yang telah memimpin kerajaan ini. Dari awal didirikannya, kerajaan ini sering mengalami pergantian raja. Namun, dari sekian banyak raja yang telah memerintah terdapat satu raja yang dianggap memiliki andil besar dalam memperkokoh kekuasaan dari Kerajaan Khmer. Raja ini telah mendapatkan pengakuan dari George Coedes (arkeolog dan sejarawan) sebagai raja yang agung, raja yang dimaksud adalah Raja Suryavarman I. Raja Suryavarman I (1002-1050) merupakan seorang raja agung yang memerintah pada masa Angkor dalam sejarah Kamboja, yang mana raja ini menandai terbentuknya sejarah baru di Kamboja. Raja Suryavarman I adalah raja naik tahta setelah Raja Udayadityawarman (1001-1010) berkuasa, tidak terdapat banyak sumber yang mengatakan terkait bagaimana Raja Suryavarman I dapat berkuasa. Akan tetapi muncul sebuah asumsi bahwa raja dapat naik tahta seusai melakukan perang saudara yang lama, hal ini didasarkan pada klaim dirinya sebagai raja yang baru dilakukan pada tahun 1010.
ADVERTISEMENT
Setelah Raja Suryavarman I resmi memerintah, ia kemudian mendirikan Phimeanakas, Western Baray, dan pusat Khmer di Louvo (Lopburi). Raja Suryavarman I merupakan seorang penganut agama Buddha Mahayana, namun hal ini tidak menghalanginya untuk bersikap toleransi ketika melihat kehadiran dan pertumbuhan dari agama Buddha Theravada di Kerajaan Khmer. Di bawah pemerintahannya, pasukan dari Kerajaan Khmer berhasil merebut Champa dan Annam (sekarang Vietnam), termasuk wilayah utara Lembah Menam di Thailand modern. Masa pemerintahan dari Raja Suryavarman I tercatat pada prasasti batu Khmer, dan salah satunya sekarang berada di Museum Nasional di Phnom Penh, Kamboja. Prasasti tua Suryavarman I menyebutkan bahwa raja mengirim pasukannya untuk menyerang wilayah yang terdiri dari Utara Teluk Siam dan sekitar Lembah Sungai Menam pada tahun 1002 M.
ADVERTISEMENT
Prasasti tersebut juga mengungkapkan bahwa pada tahun 1017 raja Khmer di bawah Suryavarman I memperluas kekuasaannya atas seluruh wilayah yang sekarang dikenal sebagai wilayah Sungai Menam di Thailand modern. Untuk mendukung fasilitas administrasi, raja mendirikan beberapa markas kekuasaan Khmer di wilayah ini. Masing-masing markas Khmer ini diperintah oleh seorang Jenderal Khmer atau Raja Muda yang mengendalikan kekuasaan atas nama Kerajaan Khmer. Pada masa pemerintahannya pula, Kerajaan Khmer memperluas wilayah kekuasaannya mencakup sebagian besar wilayah Burma (Myanmar sekarang) dan menjangkau lebih jauh ke Semenanjung Malaya di Selatan dan Laos di Utara.
Periode Angkor mencapai puncaknya di bawah Raja Suryavarman I, dan pada tahun 1011 M Raja berhasil menyatukan kembali Kamboja setelah periode perang saudara. Pada tahun 1018, untuk memperkuat posisinya, raja kemudian memasang prasasti di 'Preah Vihear', 'Phnom Chisor', 'Wat Baset', dan lokasi yang tidak diketahui yang kemungkinan berada di sebelah Timur Angkor. Di wilayah ini didirikan 'Lingams' yang diberi nama Suryavaramesvara, tujuan didirikannya prasasti ini adalah untuk mengidentifikasi batas-batas kerajaannya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1012, Raja Suryavarman I juga menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Chola di India selatan, dan mengirimkan sebuah kereta hadiah kepada kaisar Raraja Chola dari Dinasti Chola. Namun, seiring tumbuhnya Kerajaan Khmer menjadi pemicu terjadinya konflik dengan Kerajaan Tambralingga, yang terletak di Semenanjung Malaya di bawah kerajaan Sriwijaya. Raja Suryavarman I kemudian meminta bantuan dari Raraja Chola dari Dinasti Chola untuk membantu melawan Kerajaan Tambralingga.
Demikian pula untuk menghadapi aliansi antara Suryawarman I dengan Dinasti Chola, Kerajaan Tambralingga meminta bantuan dari Kerajaan Sriwijaya, dimana Sriwijaya pernah menjadi kerajaan paling kuat di Asia Tenggara. Namun, karena kurangnya persiapan dan adanya serangan mendadak dari pihak Suryawarman I yang membuat Sriwijaya dan Tambralingga dikepung dan tidak berdaya. Perang tersebut menyebabkan Sriwijaya mengalami kemunduran dan mengakhiri monopoli perdagangan di Selat Malaka pada tahun 1017 M. Peristiwa ini menjadi era penting Kerajaan Khmer pada puncaknya dalam bidang perdagangan. Kemudian setelah Raja Suryavarman I lengser, kekuasaan atas Kerajaan Khmer diteruskan oleh Raja Udayadityawarman II (1050-1066).
ADVERTISEMENT