Tragedi Plumpang dan Urgensi Manajemen Risiko Bisnis

Gama Harta Nugraha Nur Rahayu
Dosen Universitas Pancasila dan Konsultan Teknik Manajemen Industri
Konten dari Pengguna
7 Maret 2023 14:16 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gama Harta Nugraha Nur Rahayu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto udara permukiman penduduk yang hangus terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jalan Koramil, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara permukiman penduduk yang hangus terbakar dampak kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jalan Koramil, Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta, Sabtu (4/3/2023). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tragedi Depo Pertamina Plumpang Terbakar beberapa hari yang lalu telah menyadarkan kita semua tentang pentingnya penerapan manajemen risiko dalam kegiatan/aktivitas bisnis.
ADVERTISEMENT
Tidak mengherankan jika Menteri Erick Thohir langsung memandang perlu dibentuknya Tim Risiko Bisnis pada perusahaan-perusahaan BUMN sehingga fungsi manajemen risiko bisnis dapat dijalankan sebagai bagian dari upaya memberikan solusi perbaikan yang menyeluruh. Keputusan ini jauh lebih baik daripada sekadar mencopot orang (misalnya direksi) yang belum tentu menyentuh inti permasalahannya.
Dengan mindset solusi perbaikan yang menyeluruh, maka tentunya insiden seperti di Plumpang—yang telah menyebabkan belasan orang meninggal dunia, puluhan orang mengalami luka bakar, kerusakan material dan harta benda yang signifikan, serta ribuan orang terpaksa harus mengungsi—tidak boleh terjadi lagi di kemudian hari.
Dengan mindset solusi terintegrasi seperti itu pula, maka tentunya kesuksesan sebuah bisnis harus memenuhi kriteria berkelanjutan (sustainable) dalam konsep Triple Bottom Line of Sustainability yang mengukur nilai kesuksesan sebuah perusahaan menggunakan tiga kriteria, yaitu people (sosial), planet (lingkungan), dan profit (ekonomi).
ADVERTISEMENT
Artinya, sebuah perusahaan (apalagi perusahaan BUMN) tidak boleh pernah berpikir untuk mengabaikan kesuksesan bisnisnya secara sosial dan lingkungan, dan hanya mengejar keuntungan finansial (profit) semata. Dalam rangka menjamin kesuksesan yang berkelanjutan tersebut, maka penerapan manajemen risiko bisnis menjadi kian penting dan mendesak untuk dilakukan.

Risiko Bisnis

Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa atau situasi yang dapat menimbulkan akibat atau dampak negatif. Dengan kata lain, risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk. Jadi ada dua hal yang diukur dari sebuah risiko, yaitu kemungkinan (probability/likelihood) terjadinya peristiwa dan konsekuensi (consequence) atau dampak dari peristiwa tersebut.
Oleh karena itu, semakin besar probabilitas dan konsekuensi dari timbulnya satu risiko, maka semakin besar nilai sekaligus semakin tinggi tingkat dari risiko tersebut. Maka sebuah kejadian berisiko tinggi adalah kejadian yang lebih mungkin terjadi dan memiliki potensi dampak yang lebih besar, sedangkan kejadian berisiko rendah adalah kejadian yang kecil kemungkinan terjadinya dan memiliki potensi dampak yang lebih kecil.
ADVERTISEMENT
Risiko dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, antara lain risiko keuangan/finansial, risiko operasional, risiko reputasi, risiko hukum, dan risiko strategis. Risiko tersebut dapat timbul dari berbagai sumber, antara lain faktor internal seperti praktik manajemen, perilaku karyawan, dan kegagalan teknis, serta faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, bencana alam, dan perubahan peraturan.

Manajemen Risiko Bisnis

Fungsi manajemen risiko bisnis—baik dilakukan oleh suatu tim risiko bisnis ataupun oleh struktur/fungsi terkait yang sudah ada di dalam suatu perusahaan—merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan/aktivitas perusahaan untuk meminimalkan kemungkinan konsekuensi atau dampak negatif menuju efektivitas manajemen yang lebih tinggi.
Proses tersebut tentunya melibatkan evaluasi potensi risiko yang terkait dengan situasi atau aktivitas tertentu dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut secara efektif.
ADVERTISEMENT
Dengan menerapkan strategi manajemen risiko yang efektif, efektivitas manajemen sebuah perusahaan dapat meningkat, yang ditandai dengan sejumlah indikator berikut ini.

1. Gangguan menjadi berkurang

Manajemen risiko membantu mengidentifikasi potensi risiko dan potensi dampaknya pada sistem. Hal ini memungkinkan sistem menerapkan kontrol untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko ini, sehingga mengurangi gangguan pada operasi sistem.

2. Pengambilan keputusan menjadi lebih baik

Dengan memahami potensi risiko dan dampaknya terhadap sistem/perusahaan, pembuat keputusan dapat membuat keputusan yang lebih tepat. Manajemen risiko memberi para pembuat keputusan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi potensi risiko dan menimbang manfaat dan biaya dari berbagai tindakan.

3. Ketahanan sistem/perusahaan meningkat

Manajemen risiko membantu membangun ketahanan dalam sistem/perusahaan dengan mengidentifikasi potensi risiko dan mengembangkan rencana untuk mengatasinya. Ini memungkinkan sistem/perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungannya dan terus beroperasi secara efektif dalam menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT

4. Keselamatan meningkat

Manajemen risiko yang efektif dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya keselamatan dan menerapkan pengendalian untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau insiden.

5. Biaya menjadi berkurang

Dengan mengidentifikasi potensi risiko dan menerapkan kontrol untuk memitigasinya, manajemen risiko dapat membantu mengurangi biaya yang terkait dengan kegagalan atau gangguan sistem.
Secara keseluruhan, manajemen risiko merupakan komponen penting dari manajemen sistem yang efektif. Fungsi ini membantu untuk mengidentifikasi potensi risiko dan mengembangkan strategi untuk mengurangi risiko tersebut, meningkatkan kinerja dan ketahanan sistem secara keseluruhan.
Terkait dengan kasus Plumpang tempo hari, kita bisa melihat bahwa terjadinya perubahan lingkungan sebagaimana disinggung dalam poin tiga yaitu berupa meningkatnya pembangunan permukiman penduduk di sekitar lahan buffer zone, terlambat bahkan gagal diantisipasi oleh pihak manajemen Pertamina, yang tentunya sebagai akibat dari lemahnya fungsi manajemen risiko perusahaan.
ADVERTISEMENT
Seandainya fungsi tersebut berjalan secara efektif, maka jauh-jauh hari pihak manajemen sudah berkoordinasi dengan pihak terkait misalnya Pemprov DKI terkait penertiban izin penggunaan lahan (termasuk penerbitan IMB misalnya) atau bahkan pengembangan alternatif strategi seperti relokasi fasilitas Depo.
Antisipasi seperti itu tentunya harus dilakukan ke depannya, termasuk terkait aset-aset BUMN lainnya terutama yang menjadi obyek vital nasional, terlebih jika status risikonya mirip dengan Depo Pertamina di Plumpang saat ini.

Tim Risiko Bisnis

Tim risiko bisnis pada perusahaan BUMN—jika jadi dibentuk, sesuai concern Menteri Erick—tentunya dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan praktik manajemen risiko organisasi.
Beberapa hal penting di mana tim risiko dapat berkontribusi untuk perbaikan sistem manajemen risiko di perusahaan BUMN di antaranya sebagai berikut.
ADVERTISEMENT

1. Identifikasi Risiko

Tim risiko dapat bekerja dengan departemen lain dalam perusahaan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang dapat memengaruhi operasi atau tujuan organisasi, dengan melakukan penilaian risiko dan menganalisis data untuk mengidentifikasi area potensi kerentanan.

2. Analisis dan Penilaian Risiko

Tim risiko dapat menganalisis potensi dampak risiko dan menilai kemungkinan terjadinya risiko tersebut sehingga dapat membantu organisasi dalam memprioritaskan upaya manajemen risiko dan mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif.

3. Strategi Mitigasi Risiko

Berdasarkan analisis dan penilaian, tim risiko dapat mengembangkan strategi untuk memitigasi potensi risiko seperti dengan menerapkan kontrol, mengembangkan rencana darurat, atau mentransfer risiko melalui asuransi atau cara lain.

4. Pemantauan dan Pelaporan

Tim risiko dapat memantau keefektifan strategi manajemen risiko dan melaporkan aktivitas manajemen risiko kepada manajemen senior dan pemangku kepentingan lainnya. Aktivitas monev (monitoring & evaluation) ini dapat membantu memastikan bahwa upaya manajemen risiko selaras dengan tujuan organisasi dan bahwa risiko dikelola secara efektif.
ADVERTISEMENT

5. Pelatihan dan sosialisasi

Tim risiko dapat memberikan program pelatihan dan sosialisasi (untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya manajemen risiko) untuk membantu para karyawan memahami peran mereka dalam mengelola risiko dan pentingnya manajemen risiko bagi keberhasilan organisasi.
Secara keseluruhan, tim risiko bisnis dapat membantu meningkatkan praktik manajemen risiko organisasi dengan mengidentifikasi potensi risiko, menilai potensi dampaknya, dan mengembangkan strategi untuk memitigasi risiko tersebut.
Dengan demikian, keberadaan tim risiko bisnis—sebagai penjamin atas berjalannya fungsi manajemen risiko—pada perusahaan BUMN tentunya diharapkan dapat memastikan bahwa insiden memilukan seperti kebakaran yang terjadi pada Depo Pertamina di Plumpang tidak akan terulang lagi di kemudian hari.