Konten dari Pengguna

Percakapan Antara Sains dan Agama, Jalan Menuju Pengetahuan Akan Makna Hidup

Gandazon H Turnip
Mahasiswa Fisika di Universitas Sumatera Utara
22 Februari 2025 16:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gandazon H Turnip tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
iStock
zoom-in-whitePerbesar
iStock
ADVERTISEMENT
Percakapan antara iman dan sains menghasilkan diskusi alot mengenai peran masing-masing yang seyogiyanya berada dalam satu tujuan namun dengan pendekatan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi ini sains akan lebih cenderung berbicara mengenai bukti konkrit serta bukti empiris dari segala sesuatu, sementara agama berbicara mengenai nilai-nilai, norma, etika dan moral kehidupan. Kita mungkin melihat bahwa sains dan agama harus dibedakan, namun jika kita dapat memandang keduanya secara adil maka kita dapat membuat sains dan agama berjalan secara beriringan.
Sains kita arahkan untuk menggali secara lebih dalam mengenai peristiwa-peristiwa alam yang kelihatan secara nyata serta memiliki bukti empiris, sementara agama kita dorong untuk melihat kejadian alam tersebut sebagai pesan moral serta bagaimana cara kita untuk lebih menghargai alam tempat kita melangsungkan hidup.
Seorang filsuf yang mendalami dua bidang sekaligus yakni sains dan agama, Ian G. Barbour dalam bukunya Religion in an Age of Science dan Ethics in an Age of Technology berpandangan bahwa metode antara sains dan agama itu mirip. Kemiripan secara metodologi kedua ilmu itu terletak pada hubungan antara komponen-komponen fundamental, sains berbicara mengenai data dan teori sementara agama berbicara mengenai pengalaman dan kepercayaan. Barbour juga menunjukkan bahwa teori-teori sains kontemporer memiliki kemiripan iluminatif dengan pemikiran-pemikiran religious dan agama juga menurut Barbour dapat menghasilkan pengetahuan yang benar tentang hakekat manusia dan dunia. Bahkan Ian G. Barbour membuat pendekatan tipologi hubungan sains dan agama yakni konflik, indepedensi, dialog dan integrasi dan integrasi merupakan pandangan yang menyatakan bahwa agama dan sains terdapat korelasi.
ADVERTISEMENT
Sains dan agama dapat dirajut dalam harmonisasi layaknya musik dan lagu untuk menciptakan sebuah karya yang besar. Jika sains dan agama dapat menurunkan ego masing-masing serta menyadari keterbatasan yang mereka hasilkan, sains dan agama niscaya akan dapat mengisi kekosongan yang ada di dalam diri manusia. Dengan dialog dan integrasi yang terjadi antara sains dan agama, keduanya dapat berkontribusi besar terhadap pemaknaan manusia mengenai eksistensi kehidupan.
Mungkin akan sangat sulit untuk menggabungkan antara iman dan sains karena secara pemahaman dan pandangan sangat berbeda, namun pendekatan yang dapat kita berikan adalah dengan mengajak sains dan iman untuk berdialog dan menemukan benang merahnya sehingga membawa manusia pada pemahaman yang lebih luas mengenai realitas secara komprehensif.
ADVERTISEMENT
Sains mungkin akan dapat memberikan jawaban secara baik dan benar tentang segala sesuatu yang bisa dibuktikan secara empiris, namun sains tidak akan mampu menjawab pertanyaan mengenai puncak tertinggi tujuan kehidupan yang telah melampaui dunia fisik, sebaliknya agama dapat memberikan jawaban tersebut dengan menghadirkan bukti-bukti empiris yang telah dihidangkan oleh sains. Dalam pandangan Ian G. Barbour juga menyebutkan secara eksplisit bahwa sains bukanlah satu-satunya jalan menuju pengetahuan yang benar, walau agama dan sains berbeda namun tidak ada kontras di antara keduanya.
Karena perlu juga untuk kita sadari bahwa sains hanya berbicara mengenai bukti empiris, namun manusia itu kompleks yang memerlukan jawaban pertanyaan tentang kesadaran, moral, estetika serta makna hidup. Dalam hal inilah kita tidak dapat mengesampingkan peran agama walau agama hanya berbicara melalui pengalaman-pengalaman spritualitas. Justru percakapan spritualitas akan sangat membantu manusia untuk memahami realitas yang lebih luas dan sains menjadi faktor pendukung yang sangat besar perannya.
ADVERTISEMENT
Meski keduanya berbeda secara metodologis, namun sains dan iman dapat berkontribusi sangat besar untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik mengenai realitas. Sains berbicara tentang fakta dan bukti empiris seperti keteraturan alam dan ciptaan, di sisi lain iman juga tidak menolak namun menjadikan pengetahuan ini sebagai landasan untuk memahami ciptaan secara makna spritualitas.
Salah satu contoh dari keteraturan integrasi sains dan iman dapat kita lihat dalam isu bioetika, di mana seluruh hasil penelitian sains mengenai hasil bilogis manusia memerlukan iman sebagai pedoman dan panduan nilai moral tentang bagaimana teknologi tersebut semestinya diterapkan. Pun kepercayaan agama mengenai asal-usul kehidupan manusia dapat diintegrasikan dengan penemuan-penemuan di bidang sains, mengenai evolusi maupun kosmologi tanpa mengaburkan keabsahan kepercayaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu iman dan sains dapat menjadi supporting team untuk sama-sama menyentuh keadaan paling dalam mengenai dunia dan eksistensi kehidupan. Dengan sains memberikan pengetahuan faktual mengenai realitas dunia, sementara iman menuntun manusia berbekal pengetahuan sains untuk mencari makna dari kehidupan.
Iman dan sains jelas memiliki cara kerja yang berbeda dan cara pandang yang berbeda, namun kita mesti membuka ruang dialog di antara keduanya untuk menemukan cara pandang yang benar di dalam memahami dunia serta mengintegrasikannya untuk memaknai kehidupan secara utuh.