Konten dari Pengguna

Ketika murid siap, maka guru akan datang

Ganesha Dwi Adhy Nugraha
Product Manager. Professional Slacker. Part-time Writer.
7 Maret 2019 18:37 WIB
clock
Diperbarui 20 Agustus 2019 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ganesha Dwi Adhy Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Prolog ~ 2012

ADVERTISEMENT
Divisi Steering Committee Nihon no Matsuri 6. Foto : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Divisi Steering Committee Nihon no Matsuri 6. Foto : Dokumentasi Pribadi
Foto diatas diambil sekitar tujuh tahun lalu, sesaat setelah saya diangkat menjadi salah satu anggota Steering Committee di Nihon no Matsuri, EO acara budaya jepang terbesar di bandung. hari ini saya tidak menyangka kalau saya akan merasakan hal yang hampir sama seperti hari itu. Namun semua itu tidak semata karena kemampuan maupun usaha saya sendiri. Banyak teman-teman yang membantu saya. Mensupport setiap usaha maupun keputusan saya. Membimbing dan mengajarkan ilmunya pada saya. Menjadi teman dan guru bagi saya, dimana saya siap dan akan selalu siap pula menjadi teman dan murid untuk mereka.
ADVERTISEMENT
seperti kata pepatah ...
Hanabi, Nihon no Matsuri 6. Foto : Dok. "MY ALLEGORY" / facebook Maulana Yudha
Tahun 2012-2013 adalah masa-masa terbaik saya di dunia EO, sebuah dunia yang tidak terbayangkan untuk saya geluti sampai kurang lebih empat tahun lamanya. Berawal di 2011 sebagai staff divisi funding di event kecil kampus, lalu 2012 menjadi chief di divisi kreatif festival musik jepang. Akhirnya 2013-2014, saya menjadi chief pada divisi Steering Committee di Nihon no Matsuri. Saya menjadi penasihat, mentor, sekaligus partner in crime CEO NNM pada kala itu. Tahun yang sekaligus jadi tahun terakhir saya di dunia EO. Bersama lebih dari 100 orang panitia, bergerak demi satu visi : "membuat sebuah acara yang berkesan, untuk pengunjung, terutama untuk kami sendiri". Membangun Impian bersama teman teman.
Malam keakraban NNM (2015/2016?). Foto: Dok. Pribadi
Saya lupa kapan perasaan menyenangkan itu muncul, dan tidak pernah pula ada target untuk sampai mengisi posisi yang cukup sentral pada saat itu. Saya hanya tau, bahwa saya menikmatinya. Saya menyukai dunia Event Organizing. Saya suka prosesnya, juga suka hasilnya. Meski teman-teman datang dan pergi silih berganti. Membagikan banyak sekali pelajaran, pengalaman, dan ilmu. Banyak yang saya pelajari. Banyak orang yang membantu. Banyak orang yang mau mengajarkan. Saya bertemu banyak teman. Saya bertemu banyak guru.
ADVERTISEMENT

Guru terbaikmu, akan datang ketika kamu siap

Seekor gajah dibimbing oleh induknya untuk menyebrangi sungai. Foto : Pixabay.
Bersiaplah dan buka telinga selebar-lebarnya. Perlu kebal, bebal, dan tahan malu jika sudah siap untuk berguru. Gurunya bisa siapa saja, kuncinya : Buka diri. Berani untuk bertanya. Jeli melihat ilmu.
Ilmu bisa datang dari arah mana saja dari siapa saja. Guru itu belum tentu seseorang yang lebih tinggi jabatannya. Tidak selalu seperti itu. Bisa jadi seseorang yang tidak terduga. Mungkin saja seorang teman. Mungkin juga orang yang baru kita kenal, di dunia nyata maupun sebatas teman digital. Bisa jadi sebuah buku, bisa jadi secarik kertas. Bisa jadi sebuah blog artikel, atau sebuah tulisan di kolom komentar. Bisa jadi tulisan saya ini? kita tidak pernah tau. Namun yang pasti, setiap orang pasti ahli dalam satu hal/bidang/ilmu tertentu. Banyak dari mereka yang rela berbagi ilmu. kita hanya perlu membuka diri.
ADVERTISEMENT
Maka jangan malu untuk meminta. Berguru tidak boleh gengsi. Rasa malu tidak menghasilkan apa-apa. Takut karena malu, akibatnya takut untuk belajar. Takut karena malu, berarti takut menjadi pintar. Pasrahkan saja. Ikuti sang guru. Ikuti ilmunya.
Namun layaknya manusia biasa, setiap guru pun memiliki kekurangan dibalik kelebihannya. Maka gunakanlah prinsip : Yang baik, ambil dan ikuti. Yang buruk, terka dan pahami. Semua punya arti. Semua punya makna. Yang baik dan buruk itu sama-sama bermanfaat. Sama-sama ilmu. Yang baik dan positif untuk diikuti, untuk dilakukan, ya ikuti dan lakukan. Yang buruk dan negatif ? pelajari dan pastikan kamu tidak melakukannya.
Karena ilmu itu sejatinya tidak ada yang buruk, hanya bagaimana perspektif kita memandangnya. Bagaimana cara kita memaknai dan menggunakannya.
ADVERTISEMENT

Guru terbaikmu, mungkin adalah dirimu sendiri

Buku adalah jendela dunia. Foto : Pixabay.
Tapi jika sulit untuk menemukan guru, tidak perlu khawatir dan jauh-jauh. Sejatinya, guru terbaik itu sudah ada dalam diri kita sendiri. Pertama mulailah dengan menentukan tujuan. Apa yang akan digapai? Apa yang perlu dipelajari? Pastikan itu adalah hal yang disukai. Geluti bidang itu, sedalam dalamnya. Nikmati prosesnya. Pelajari secara teori, juga melalui praktik. Lakukan apapun yang bisa dilakukan.
Hal ini umum disebut dengan Self Improvmenet atau Self Learning. Ada banyak hal diluar sana yang ilmunya bisa didapatkan hanya dengan membaca dan sedikit browsing di dunia digital. Bahannya sudah tersedia, tinggal urusan mau atau tidaknya. kesiapan kita untuk disiplin. komitmen untuk belajar secara mandiri. Komitmen untuk menjadi pintar.
ADVERTISEMENT

Guru terbaik bagi orang lain, mungkin adalah kamu

Membantu orang lain untuk mencapai tujuan. Foto : Pixabay
Pada saatnya kita akan merasa sudah cukup belajar dan mengerti. Kita merasa sudah cukup berilmu. Tahap terakhir dalam berguru adalah dengan berbagi ilmu. Tahap terakhir dalam berguru adalah menjadi guru.
Carilah murid untuk berbagi, maka ilmumu tidak akan pernah menjadi tumpul. Mengajar akan mengasah ilmu, seperti mengasah pedang yang tajam menjadi semakin tajam.
Bantulah orang lain dengan mengajarkan, seperti guru kita yang membantu kita. Dalam proses mengajar kita juga akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari prosesnya. Seorang murid seringkali memberikan pertanyaan yang terkadang tidak kita duga dan membuat kita berpikir lebih dalam atas apa yang sudah kita ketahui. Memberikan insight baru, seringkali menjadi poin untuk mengkoreksi apa yang sudah kita ketahui. Ketika mungkin seorang murid menghadapi sebuah masalah yang pernah kita lalui, dan ia mengambil keputusan yang berbeda dengan yang kita ambil, maka hal itu bisa jadi akan memuaskan rasa penasaran kita. Dengan mereka kita berbagi ilmu, berbagi pengalaman. Dengan kita, mereka pun akan berbagi ilmu juga berbagi pengalaman. Yang terpenting, jadilah sebuah dorongan positif bagi perubahan yang lebih baik untuk orang lain.
ADVERTISEMENT

Epilog ~ 2019

Tahun 2018-2019 saya merasakan hal yang hampir sama lagi. Tidak pernah terpikir oleh saya bisa menjadi Product Manager di kumparan. Awal bergabung, saya ditawari kesempatan untuk belajar menjadi Product Manager. Catatannya saat itu adalah saya perlu mengisi posisi Quality Assurance di kumparan terlebih dahulu, sambil pelan pelan belajar untuk transisi. Saat itu saya setuju. Pertama, ketertarikan saya pada dunia product management baru saja muncul. Sangat minim ilmu saya tentang dunia product. Saya perlu belajar. Kedua, background saya sebelumnya memang di dunia Quality Assurance. Jadi ini adalah tawaran yang cukup adil. Maka jadilah saya staf Quality Assurance pertama di kumparan, yang juga secara rangkap mengambil project-project kecil sebagai Product Manager. Satu visi saya kala itu, "Suatu saat nanti, saya harus dan pasti menjadi full time Product Manager, berapapun harga yang saya harus bayar". Maka misi utama saya saat itu adalah : Belajar dan Berguru.
ADVERTISEMENT
Beruntung sejak awal di kumparan saya bertemu orang-orang yang hebat di divisi Product, Engineering, Data, maupun divisi-divisi lainnya. Meski teman-teman datang dan pergi silih berganti. Membagikan banyak sekali pelajaran, pengalaman dan ilmu. Banyak orang yang membantu. Banyak orang yang mau mengajarkan. Saya bertemu banyak teman. Saya bertemu banyak guru.
sekali lagi, seperti kata pepatah ....