Bakcang, Makanan Unik Khas Tionghoa yang Punya Filosofi di Baliknya

Gansuta Taniasi
Mahasiswa Marketing Communication Universitas Bina Nusantara
Konten dari Pengguna
4 Februari 2023 6:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gansuta Taniasi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Foto Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto Pribadi
ADVERTISEMENT
Banyak sekali makanan khas Tionghoa, tetapi makanan yang satu ini sangat berbeda, bentuknya sangat unik dan ternyata ada filosofi juga di balik bentuk makanan tersebut.
ADVERTISEMENT
Makanan ini biasanya disebut bakcang atau bacang. Nama bakcang sendiri memiliki arti bak yang diartikan sebagai daging dan cang yang diartikan sebagai berisi daging. Jadi, bakcang merupakan makanan yang berisi daging.
Bakcang ini terbuat dari nasi atau ketan yang umumnya berisikan daging ayam, babi, atau sapi. Selain itu, masyarakat etnis Tionghoa juga menginovasikan bakcang dengan menggunakan adonan bakpao dan menjadikan salah satu makanan khas etnis Tionghoa.
Setiap tahunnya, etnis Tionghoa merayakan hari istimewa yakni Hari Bakcang atau perayaan festival makan bakcang. Hari Bakcang ini dirayakan pada tanggal lima bulan lima menurut kalender China.
Ilustrasi bakcang. Foto: Shutter Stock
Perayaan Hari Bakcang justru bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk memperingati tragedi tragis, mulai dari meninggalnya tokoh yang diagungkan oleh masyarakat etnis Tionghoa hingga tradisi melempar bakcang untuk mengusir roh-roh jahat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat etnis Tionghoa mengadakan lomba perahu naga dengan pukulan drum. Terdapat legenda yang diyakini oleh masyarakat etnis Tionghoa dan dipercaya sebagai latar belakang dari Hari Bakcang, yakni legenda tentang tokoh Qu Yuan dengan akhir hidupnya yang tragis.
Qu Yuan ini merupakan seorang pejabat dan juga penyair dari Negara Chu. Pada tahun 328 SM hingga 299 SM, Qu Yuan memiliki pengaruh yang besar terhadap Negara Chu.
Namun pada suatu hari, Qu Yuan dituduh melakukan korupsi oleh Kaisar Huai. Kaisar Huai merupakan menteri di Negara Chu. Singkat cerita, Qu Yuan dikucilkan dan diasingkan.
Ilustrasi bakcang. Foto: Shutter Stock
Pada saat Qu Yuan diasingkan, Negara Chu diserang oleh Negara Qin. Negara Chu kalah pada saat itu, dan Qu Yuan menjadi salah satu penyebab kekalahan Negara Chu.
ADVERTISEMENT
Qu Yuan merasa bersalah dan Ia menenggelamkan diri di sungai Miluo. Setelah masyarakat Negara Chu mengetahui pejabat kesayangan mereka meninggal, mereka beramai-ramai mencari tubuh Qu Yuan.
Mereka menggunakan perahu naga dengan pukulan drum yang bising pada saat mencari tubuh Qu Yuan, dan mereka juga melemparkan bakcang ke dalam air yang bertujuan supaya roh-roh jahat pergi dan tidak mengganggu tubuh Qu Yuan.
Sumber: Foto Pribadi
Pada masa lampau, masyarakat etnis Tionghoa merayakan Hari Bakcang dengan cara melemparkan bakcang ke sungai Miluo, tetapi masyarakat etnis Tionghoa sekarang merayakannya dengan makan bakcang.
Ketan atau beras dan angka 5 dalam tradisi etnis Tionghoa memiliki arti keberuntungan. Perayaan Hari Bakcang pada tanggal 5 bulan 5 juga dipercaya sebagai lambang kemuliaan.
ADVERTISEMENT
Bakcang yang berbentuk segitiga ini memiliki arti di keempat sudutnya. Empat sudut ini mewakili sifat manusia, yakni zhi zu artinya ada rasa puas dengan apa yang dimiliki, gan en artinya bersyukur, shan jie artinya berpikiran positif, dan bao rong artinya merangkul.
Pada umumnya, bakcang dibungkus dengan daun bambu, tetapi etnis Tionghoa yang berada di kampung halaman orang tua saya yakni Bangka, mereka menggunakan daun pandan untuk membungkus bakcang.
Pada saat Hari Bakcang, masyarakat etnis Tionghoa melakukan sembahyang dengan menyajikan bakcang di meja. Setelah selesai sembahyang, keluarga baru diperbolehkan untuk mengkonsumsi bakcangnya, hal ini sudah dilakukan sejak zaman Belanda oleh etnis Tionghoa yang menganut agama Konghucu.
Ilustrasi bakcang. Foto: Shutter Stock
Pembuatan bakcang ini memerlukan teknik dan harus berlatih, sebab pelipatan segitiga yang amat rumit. Pada saat saya mencoba membuat bakcang, saya hampir bisa melakukan semuanya kecuali, melipat bakcangnya.
ADVERTISEMENT
Saya baru pertama kali mencoba melipat bakcang menjadi segitiga dan hasilnya hancur, bentuknya tidak seperti yang seharusnya. Setelah itu, ibu saya mengajarkan untuk membuat segitiga yang sebenarnya.
Saya mencoba lagi dan hasilnya masih hancur. Dalam melipat bakcang untuk menjadi segitiga, memang bukan hal yang mudah bahkan bisa dibilang sangat rumit. Perlu latihan berulang kali hingga pelipatan bakcangnya menjadi segitiga yang sebenarnya.
Ibu saya pun berlatih membuat bakcang hingga berulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sebab, pelipatannya membutuhkan kesabaran dan tidak boleh ada rongga di setiap sisinya, jadi harus benar-benar tertutup rapat.
Ilustrasi bakcang Foto: dok.Shutterstock
Bakcang ini merupakan makanan khas Tionghoa yang lezat. Dibalik kelezatan tersebut ternyata bakcang memiliki banyak arti, mulai dari sejarah bakcang, arti ketan atau berasnya, arti angka dan tanggal perayaannya, hingga bentuk segitiga yang memiliki empat sudut.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik kelezatan dan arti yang dimiliki oleh bakcang, terdapat pembuatan yang sangat amat rumit. Pelipatan bakcang untuk menjadi segitiga yang sebenarnya merupakan langkah yang paling rumit dalam pembuatan bakcang.
Perlu latihan berulang kali dan juga membutuhkan waktu. Maka dari itu, bakcang ini sangat unik dari segi makanannya dan memiliki filosofi atau sejarah yang sangat menarik.