Konten dari Pengguna

Sudahkah Infrastruktur di Indonesia Memadai untuk Mobil Listrik?

Gansuta Taniasi
Mahasiswa Marketing Communication Universitas Bina Nusantara
15 Desember 2022 19:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gansuta Taniasi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://pixabay.com/images/id-149801/
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://pixabay.com/images/id-149801/
ADVERTISEMENT
Mobil listrik sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Mobil listrik sudah ada dan dapat berjalan sejak abad ke-19. Penemu mobil listrik asal Inggris yakni Robert Anderson, sudah membuat mobil listrik wagon pada tahun 1832. Pada tahun tersebut, teknologi pengisian ulang baterai belum ditemukan, dan pada tahun 1859 baru ditemukannya pengisian ulang baterai. Indonesia juga pernah membuat mobil listrik dan bisa dikatakan mobil listrik pertama yang dibuat oleh anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Ricky Elson merupakan ahli dan pembuat mobil listrik pertama di Indonesia. Beliau mengembangkan mobil listrik bernama Selo. Dalam pengembangan mobil listrik Selo, Ricky Elson dan tim menghabiskan dana hingga Rp 1,5 miliar. Tetapi mobil listrik Selo justru mendapatkan komentar negatif dari masyarakat dan juga dinyatakan tidak lolos uji emisi, serta tidak layak untuk diproduksi.
Hal tersebut membuat Indonesia tidak memiliki mobil listrik, seharusnya pemerintah dan masyarakat Indonesia tetap mendukung anak bangsa untuk memperbaiki mobil listrik tersebut supaya layak untuk diproduksi. Tetapi justru karya anak bangsa tidak didukung dan membuat semua rencana menjadi gagal. Pembuatan mobil listrik ini memang tidak mudah dan memerlukan dana yang besar untuk membuatnya, sebab komponen-komponen mobil listrik masih tinggi harganya. Mobil listrik tentunya lebih bagus dan lebih banyak keuntungannya dibandingkan dengan mobil bermesin konvensional pada umumnya. Tetapi ada beberapa hal yang mengganggu jika kita memiliki mobil listrik, khususnya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mobil listrik ini memang lebih baik dibandingkan dengan mobil bermesin konvensional, tetapi mobil listrik tetap tidak dapat luput dari yang namanya kekurangan. Ada beberapa kekurangan dari mobil listrik yang masih terjadi sampai saat ini.

Harga mobil listrik lebih mahal dari mobil BBM

Mobil listrik ini masih mahal disebabkan oleh komponen-komponen listriknya yang masih mahal, terutama baterai dari mobil listrik. Sebagai contoh ada beberapa mobil listrik di Indonesia, Hyundai Ioniq 5 kisaran harganya di Rp 800 jutaan untuk tipe tertinggi yakni tipe long-range, BMW i3s kisaran harganya di atas Rp 1 miliar, dan ada juga mobil listrik terbaru, Wuling Air EV yang dibanderol dengan harga Rp 300 jutaan untuk tipe long-range. Wuling Air EV ini merupakan mobil listrik paling mungil dan harganya paling terjangkau untuk sekarang ini, tetapi jika dibandingkan dengan mobil bermesin Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti Daihatsu Ayla yang dibanderol dengan harga Rp 100 jutaan, harganya sangat jauh. Namun, mobil listrik memang berbeda, karena lebih hemat yang pastinya dan biaya maintainance mobil listrik tidak semahal mobil pada umumnya. Mobil listrik ini jika semua komponennya sudah banyak dan terjangkau, harga mobilnya pun menjadi terjangkau.
ADVERTISEMENT

Bahan bakar mobil listrik masih menimbulkan polusi

Memang mobil listrik ini ramah lingkungan dari segi mobilnya, tetapi dari segi tenaga listrik, di Indonesia ini tenaga listriknya masih menggunakan batu bara dan itu yang menjadi kekurangannya. Dengan bertambahnya penggunaan listrik, polusi dari tenaga listrik pun meningkat. Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain, negara lain sudah memasarkan mobil listrik juga, tetapi mereka lebih siap dari segi tenaga listrik, karena mereka menggunakan tenaga listrik dari nuklir.

Bengkel mobil listrik masih sedikit

Bengkel mobil listrik memang belum banyak tersedia di Indonesia ini, hanya bengkel resmi yang baru bisa melakukan maintainance mobil listrik. Sebagai contoh, saya melihat di video tiktok, ada mobil listrik yang tiba-tiba baterainya habis dan akhirnya tidak bisa berjalan, sebab ada sistem yang error. Alhasil mobilnya harus di towing ke bengkel resmi. Tentu kejadian-kejadian seperti itu yang mengganggu kenyamanan, jika masyarakat Indonesia hanya memiliki mobil listrik untuk sekarang ini.
Sumber: https://pixabay.com/images/id-2545290/

Tempat pengisian baterai mobil listrik belum banyak

ADVERTISEMENT
Jika dilihat saat ini, tempat pengisian baterai di Indonesia masih sangat sedikit. Hanya beberapa tempat saja dan baru hanya ada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, dan kota-kota besar lainnya. Hal ini membuat masyarakat Indonesia berpikir dua kali untuk membeli mobil listrik, jika mereka ingin memiliki mobil listrik dan kegunaan mobil listriknya sebagai mobil utama serta mobil yang bisa membawa mereka dengan jarak yang jauh. Jika dilihat, mobil listrik ini jarak tempuhnya terbatas yang membuat mobil listrik tidak bisa digunakan untuk jarak jauh. Jika digunakan jarak jauh, pemilik mobil listrik akan khawatir dengan baterai mobil listrik, sebab pengisian baterai mobil listrik masih sedikit. Hal ini menjadi kendala bagi masyarakat Indonesia untuk membeli mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Hal-hal tersebut yang masih menjadi kendala bagi masyarakat Indonesia. Maka dari itu, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak membeli mobil listrik meskipun keuntungan mobil listrik jauh lebih banyak dibandingkan mobil BBM. Pengisian baterai mobil listrik masih menjadi masalah utama bagi masyarakat Indonesia. Seharusnya memang infrastruktur pendukung mobil listrik disiapkan terlebih dahulu, seperti pengisian baterai mobil listrik dan bahan bakar listrik yang seharusnya sudah bisa diubah menjadi tenaga yang lebih ramah lingkungan (Contohnya, tenaga nuklir). Masyarakat Indonesia juga perlu adanya edukasi tentang mobil listrik, karena masih banyak masyarakat yang khawatir tentang ketahanan dari baterai dan komponen-komponen kelistrikannya.