Kesadaran Generasi Z Akan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Garry Pakpahan
Mahasiswa Hukum Universitas Pembangunan Nasional Jakarta
Konten dari Pengguna
19 Januari 2021 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Garry Pakpahan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Eksistensi Bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin lama semakin terancam dengan adanya globalisasi dan westernisasi.Banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak paham akan bahasa baku terutama pada generasi Z yang hidup di zaman perkembangan teknologi yang membuat berbagai kebudayaan masuk.Hal itulah yang menjadi penyebab tergesernya Bahasa Indonesia yang baik dan benar.Sejak dulu sudah jarang masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa baku karena akulturasi dengan bahasa lokal,namun bahasa baku semakin bergeser dengan masuknya budaya asing.
ADVERTISEMENT
Sejak masuknya kebudayaan asing ke Indonesia mulai dari musik,bahasa,cara berpakain dan lain lain membuat ketertarikan masyarakat Indonesia untuk memperdalam Bahasa Indonesia menjadi kurang dan lebih memilih untuk mempelajari bahasa asing terutama Bahasa Inggris yang dianggap lebih keren.Oleh sebab itu praktik atau penggunaan bahasa baku jarang digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Untuk itu diperlukannya kesadaran pemerintah agar lebih memerhatikan penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan generasi z. Pemerintah harus aktif dalam membuat program yang mendukung penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan cara memberikan pemahaman kepada generasi z tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, meningkatkan pengajaran bahasa Indonesia di tingkat sekolah hingga perguruan tinggi, menanamkan kepada masyarakat terutama geberasi Z akan penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus lebih diutamakan penggunaannya.
ADVERTISEMENT
Masyarakat sekarang ini masih kurang paham mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kemajuan zaman juga menjadi penyebab kurangnya penggunaan Bahasa Indonesia oleh generasi z. Di samping perkembangan zaman, penggunaan bahasa gaul dan asing lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dibandingkan dengan penggunaan Bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan jika dalam percakapan sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia kesan yang ditimbulkan dalam percakapan tersebut adalah kesan yang formal dan kaku. Oleh karena itu masyarakat lebih senang menggunakan bahasa gaul. Kurangnya kesadaran mereka untuk mencintai bahasa mereka sendiri, yaitu bahasa Indonesia dapat berdampak pada lunturnya penggunaan Bahasa Indonesia dalam masyarakat terutama di kalangan generasi z.
ADVERTISEMENT
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang ada yang masih terjadi sampai saat sekarang atau waktu yang lalu jenis penelitian ini berbeda dengan eksperimen sebab tidak melakukan perubahan terhadap variabel bebas mendeskripsikan suatu situasi alakadarnya. (Muntaha,Sugiyanto,Karim,Anonim, Alihamdansuite,2020).
Sifat penelitiannya adalah kualitatif.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. (Wikipedia,2020)
ADVERTISEMENT
Data hasil penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen.Sumber data diperoleh dari literatur yang dilakuan terhadap banyak buku,diperoleh berdasarkan catatan catatan,situs internet yang berhubungan dengan penelitian. (Santoso, 2017)
1. Apa Itu Generasi Z
Generasi Z adalah generasi penerus setelah generasi milenial. Menurut Pew Reseach, definisi dari generasi Z adalah orang yang lahir setelah 1997 yang tumbuh dengan teknologi, internet, dan media sosial. Lahir dan berkembang di era teknologi digital menjadikan generasi Z sebagai pecandu teknologi dan cenderung anti-sosial.
Generasi Z didefinisikan juga sebagai generasi influencer yang merupakan penduduk asli dari era digital sejati saat ini. Sebab dari lahir hingga dewasa, generasi ini telah terpapar internet, jaringan sosial, dan sistem seluler. Perkembangan teknologi ini menghasilkan generasi hiper kognitif yang lebih nyaman mengumpulkan referensi silang dari banyak sumber informasi dan mengintegrasikan pengalaman virtual dengan kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Karakteristik Generasi Z
1. Berambisi besar untuk mencapai kesuksesan
2. Menyukai hal-hal simpel, praktis dan instan
3. Menginginkan kebebasan
4. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
5. Menyukai hal yang detail
6. Ingin mendapat pengakuan
7. Melek terhadap teknologi informasi
8. Lebih realistis
9. Lebih toleran dan menghargai perbedaan
10. Gaya berpakaian mereka yang biasa muncul di internet
11. Gaya berbicara mereka biasa diisi kata-kata singkatan
12. Lebih sering berkomunikasi lewat sosial media
13. Belajar secara otodidak tentang segala sesuatu dari internet
14. Mahir teknologi
Perbedaan Generasi Z dan Generasi Y
1. Generasi Z sudah mengenal internet sejal kecil
2. Generasi Z lebih mahir berbisnis
3. Generasi Z lebih peduli terhadap isu lingkungan
ADVERTISEMENT
4. Generasi Z cenderung kurang fokus
5. Generasi Z adalah multitasker yang lebih baik
6. Generasi Z memiliki ekspektasi lebih tinggi
7. Generasi Z lebih global
Generasi Z di Indonesia
Di Indonesia, secara populasi generasi Z adalah yang terbanyak. Jumlahnya mencapai 72,8 juta (27 persen) dari 267 juta penduduk Indonesia pada 2019. Sedangkan milenial mencapai 66,7 juta (25 persen), dan gen-X jumlahnya mencapai 21 persen dari total populasi.
Ketua Umum Associate E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengakui kelompok pasar terbesar jual beli online di Indonesia dari kalangan milenial dan gen-Z. Menurutnya, terlepas dari penggolongan generasi, perebutan pasar online adalah mereka dengan usia produktif (15-65 tahun), di mana konsumsi dan pemenuhan kebutuhannya sedang tinggi.
ADVERTISEMENT
Meski milenial dan gen-Z identik dengan internet dan digital, Ignatius mengingatkan, persaingan pangsa pasar itu bukan milik e-dagang semata, juga sektor-sektor lainnya, seperti perumahan, travel, hingga hiburan, dan banyak sektor lain.
Walau secara statistik angka itu melenakan atas jumlah dan lokasi jumlah pembeli online di Indonesia, medium informasi lain tidak bisa remehkan. Menurut Ignatius, postur pengguna internet di Indonesia belum merata karena profil penduduk Indonesia masih banyak mengakses media tradisional seperti televisi yang jumlahnya signifikan. (Wikipedia, Generasi Z, 2020)
2.Bagaimana pengetahuan generasi z tentang bahasa indonesia yang baku?
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang setiap hari digunakan dalam percakapan sehari hari. Walaupun demikian Bahasa Indonesia di setiap daerah berkembang berdasarkan kebiasaan masyarakat serta berakulturasi dengan bahasa daerah di masing masing wilayah. Bahasa Indonesia sejatinya memiliki aturan aturan sendiri seperti apa yang sudah tertulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Di dalam buku itu sudah tertera bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai dari bahasa baku,tanda baca,kalimat hubung, antonim dan sinonim,konjungsi antarkalimat dan sebagainya. Sayangnya banyak sekali masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui akan hal itu dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari sangat jarang bahkan banyak yang berpikir bahwa bahasa baku bukan bahasa yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari hari karena tidak terbiasa dan berpikir hanya untuk berbicara formal dalam suatu acara. Masyarakat Indonesia terutama generasi Z lebih memilih bahasa bahasa yang ada sekarang bahkan sekarang tidak hanya berakulturasi dengan bahasa daerah tetapi juga berkulturasi dengan bahasa asing. Karena dianggap Bahasa Indonesia yang baku tidak “gaul” maka banyak yang tidak mengenal bahasa baku dalam Bahasa Indonesia dan semakin luntur serta tergeser oleh bahasa “gaul” yg merupakan bahasa akulturasi antara Bahasa Indonesia dan bahasa asing. Sangat disayangkan karena generasi Z merupakan generasi yang akan menjadi penerus bangsa ini yang harus mempunyai pengetahuan yang luas terutama dalam kebahasaan. Oleh karena itu maka pelajaran Bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib bagi pelajar dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar) hingga Perguruan Tinggi. Selain itu adanya beberapa pihak atau orang yang berpikir bahwa memperdalam Bahasa Indonesia itu tidak penting dan lebih memilih mempelajari bahasa asing karena dianggap untuk berhubungan dengan orang luar negeri harus menggunakan bahasa asing dalam hal ini Bahasa Inggris. Pada era sekarang banyak berdirinya berbagai sekolah bertaraf internasional yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan banyak generasi Z terutama orang orang kalangan atas yang memilih bersekolah dengan taraf Internasional.Walau di sekolah ini Bahasa Indonesia merupakan pelajaran wajib namun dalam praktiknya Bahasa Indonesia tidak mendapatkan perhatian khusus dan lebih mengkhususkan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sehingga para pelajar yang merupakan generasi Z yang lahir pada kurun waktu 1998 hingga 2010 tidak mengenal Bahasa Indonesia yang baku karena dianggap tidak penting. Pemerintah harus terus berupaya dalam merevitalisasikan Bahasa Indonesia agar bisa diterima dengan mudah oleh kaum muda agar tidak tergeserkan serta tetap terjaga eksistensinya.
ADVERTISEMENT
3. Bagaimana penggunaan bahasa indonesia oleh generasi Z?
Penggunaan bahasa Indonesia yang baku dalam kehidupan sehari-hari sudah lama tidak dilakukan oleh masyarakat. Terutama pada generasi Z yang sekarang terbilang kawula muda lebih suka menggunakan bahasa yang lebih rileks. Namun, bahasa Indonesia yang baku masih diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan formal, seperti proses belajar mengajar disekolah, rapat, acara debat, dan sebagainya. Beberapa kawula muda dari generasi Z yang sangat menggemari tulisan masih menggunakan bahasa Indonesia yang baku dalam karya-karyanya. Mulai dari novel, puisi, atau hanya kalimat-kalimat mutiara. Diluar hal tersebut, generasi Z biasanya menggunakan bahasa nonformal dalam percakapan sehari-hari.
Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa pun ikut berkembang. Muncul berbagai kosakata baru nonformal yang dikategorikan sebagai bahasa prokem. Selain itu, bahasa asing sudah dengan mudah dipelajari oleh masyarakat. Kedua hal tersebut merupakan ancaman bagi eksistensi bahasa Indonesia yang baku. Namun, selama bahasa Indonesia masih diajarkan sejak dini, eksistensinya masih dapat diselamatkan.
ADVERTISEMENT
Bahasa Prokem sudah berkembang jauh sebelum generasi Z lahir. Kosakata yang populer pada masa generasi sebelumnya pun masih sering dipakai oleh generasi sekarang. Contohnya, ‘bokap’ yang berarti bapak. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa nonformal disamping bahasa baku sudah menjadi kebiasaan yang turun-menurun. Bahasa baku sudah dianggap kaku sejak lama. Masyarakat lebih suka menggunakan bahasa prokem karena terkesan santai.
Seperti salah satu karakteristiknya, generasi Z suka berkomunikasi. Dalam melakukan kegiatan tersebut, tentunya mereka menggunakan bahasa yang bebas. Salah satu faktor mereka menyukai komunikasi adalah keasyikannya dalam menggunakan berbagai macam kosakata nonformal yang memiliki keunikan tersendiri. Mereka pun sering menciptakan kosakata-kosakata sendiri yang menurut mereka keren. Kosakata tersebut biasanya lahir dari humor masyarakat yang dituangkan dalam kalimat. Selain itu, dapat juga lahir dari ketidaksengajaan seseorang mengucapkan suatu kata unik yang lama kelamaan dipakai karena menjadi kebiasaan. Generasi Z dalam berkomunikasi merupakan sebuah hobi sehingga diperlukan kenyamanan dalam penggunaan bahasa.
ADVERTISEMENT
Generasi Z yang disebut sebagai iGeneration, generasi net atau generasi internet berperan besar dalam arus kehidupan internet. Perkembangan internet yang global disebabkan oleh interaksi penggunanya yang besar. Internet penuh kebebasan untuk mengekspresikan diri. Dalam pengekspresian tersebut, penggunanya kerap menggunakan bahasa yang bebas. Dalam dunia internet, bahasa prokem mudah sekali menyebar. Kalangan gen Z yang sekarang sedang memegang dunia sosial media kerap menciptakan kosakata-kosakata baru. Kosakata tersebut pun akan dengan mudah dikenal dan dipahami pengguna lainnya.
Berdasarkan artikel-artikel yang penulis kumpulkan, generasi Z sering menyelipkan bahasa prokem dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan bahasa Indonesia yang baku bukan merupakan kebiasaan generasi Z. Generasi Z dalam kesehariannya berbicara dengan bahasa nonformal. Saat berbicara kepada orang yang lebih dewasa, generasi Z tidak menggunakan bahasa yang formal, tetapi tetap berbahasa yang sopan. Sedangkan saat berbicara dengan, teman sebaya atau orang satu generasinya, mereka biasanya menggunakan bahasa nonformal dengan menyelipkan bahasa prokem agar terkesan lebih rileks. Tujuan mereka mengadaptasikan bahasa prokem adalah mengikuti tren zaman sehingga dapat terbilang anak gaul.
ADVERTISEMENT
Penulis sendiri merupakan bagian dari generasi Z yang sehari-harinya berinteraksi dengan teman sebaya menggunakan bahasa prokem. Dengan begitu, penulis paham betul bagaimana gambaran percakapan yang biasanya terjadi pada generasi Z. Berdasarkan pengalaman penulis dan artikel-artikel ilmiah, berikut contoh percakapan antarsesama generasi Z yang menggunakan bahasa prokem:
Percakapan 1
A: “Woi, ngab! Nongs kuy.”
B: “Kemans ngab?”
A: “Situ ae, warkop biasanya.”
B: “Skuylah gas!”
Percakapan 2
A: “Cuy, cabut ya.”
B: “Mau kemans lau?”
A: “Bakil ke rokum, udah ditelponin nyokap nih.”
B: “Ah cemen! Sebats dulu lah!”
A: “Oke deh, sebatbut.”
Percakapan 3:
A: “Eh kenapa lo?”
B: “Kusut nih, abis diputusin cowo gue.”
C: “Yah galau lagi deh, padahal biasanya juga bucin banget lo.”
ADVERTISEMENT
D: “Iya, temenin gue dong.”
Percakapan 4
A: “Eh liat deh video tiktok ini, kocak banget!”
B: “hahaha, bengek hyung!”
A: “wkwkwk ngakak banget kan.”
Percakapan tersebut mengandung kosakata bahasa prokem yang populer pada generasi Z. Namun, tidak semua kalangan generasi Z menggunakan kosakata tersebut karena sebagian darinya menganggap alay. Sebagian lagi menganggap kosakata tersebut gaul. Bahasa prokem sangatlah beragam ditengah generasi Z yang memiliki pandangan yang beragam pula. Bahasa ini akan terus berkembang dan mungkin akan turun temurun digunakan oleh generasi selanjutnya seperti bahasa prokem dari generasi 90an.
Semakin majunya perkembangan zaman membuat tingkat kemajuan dalam berbahasa semakin maju dan bervariariasi juga. Di Indonesia, bahasa asing sudah dijadikan sebagai bahasa pendamping dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa asing juga sudah dimasukan ke dalam kurikulum pembelajaran di sekolah. Dengan dimasukannya mata pelajaran bahasa asing di sekolah diharapkan para siswa bisa beradaptasi dengan dunia luar yang dalam penggunaan bahasanya tidak hanya/bukan bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Semakin banyak di Indonesia sekolah-sekolah yang menjadikan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran mereka tanpa mereka mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mereka lebih memberikan jam pelajaran yang panjang untuk bahasa asing dan untuk bahasa Indonesia diberikan waktu yang pendek.
Penggunaan bahasa asing juga menggeser eksistensi bahasa Indonesia sekarang ini. Hal ini tampak pada ketika ada kegiatan nasional maupun internasional. Pada kegiatan tersebut banyak dari pejabat yang menggunakan bahasa asing. Seharusnya mereka menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan tersebut. Jika dalam kegiatan internasional, hal itu bisa dijadikan ajang untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada dunia internasional.
Semakin majunya perkembangan zaman membuat eksistensi bahasa Indonesia dikalangan generasi z semakin tersingkirkan. Sekarang ini para generasi z lebih menyukai menggunakan bahasa asing dalam pergaulannya sehari-hari. Banyak dari mereka juga yang tidak mengerti untuk meggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah kebahasaan. Banyak generasi z yang menganggap bahwa pelajaran bahasa Indonesia itu sulit untuk dielajari.
ADVERTISEMENT
Penggunaan bahasa aisng di berbagai sektor juga menjadi alasan mengapa eksistensi bahasa Indonesia di kalangan generasi z tersingkirkan. Sekarang ini bahasa asing digunakan sebagai penunjang untuk mereka mencapai masa depan. Bahasa asing sekarang ini perannya sudah sangat penting karena sudag dijadikan sebagai bahasa dalam berkomunikasi. Alasan lainnya yang membuat eksistensi bahasa Indonesia tersingkirkan adalah dengan menggunakan bahasa dalam dunia pergaulan generasi z dianggap lebih keren dan modern. Bahasa asing dianggap sebagai bahasa kekinian.
Selain itu, banyak juga kata dalam bahasa Indoesia yang menyarap kata-kata dari bahasa asing. Dengan adanya penyerapan kata ini dikhawatirkan bahasa Indonesia semakin kelihangan jati dirinya. Namun, hal yang perlu diingat adalah dengan melakukan penyerapan bahasa asing tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu akan menimbulkan kelunturan budaya Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, bahasa asing juga memiliki hal-hal positif bagi generasi z, yaitu para generasi z bisa mengembangkan karier mereka sampai ke dunia internasional. Mereka juga bisa memiliki kesempatan untuk melakukan pembelajaran di luar negeri. Dengan mempelajari bahasa asing juga bisa membuat kita menjadi kaya akan ilmu kebahasaan. Yang perlu diingat adalah ketika kita mempelajari bahasa asing kita juga harus mempelajari bahasa Indonesia juga, agar kita tidak hanya berfokus pada bahasa asing saja, tetapi kita juga mengetahui bagaimana penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa baku merupakan bahasa standar dalam suatu bahasa dan Bahasa Indonesia mempunyai KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan PUEBI(Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Penggunaan bahasa Indonesia yang baku dalam kehidupan sehari-hari sudah lama tidak dilakukan oleh masyarakat. Terutama pada generasi Z yang sekarang terbilang kawula muda lebih suka menggunakan bahasa yang lebih rileks. Hal itu disebabkan berbagai faktor mulai dari akulturasi bahasa dengan bahasa lokal sampai dengan pengaruh bahasa asing. Generasi Z adalah generasi penerus setelah generasi milenial. Menurut Pew Reseach, definisi dari generasi Z adalah orang yang lahir setelah 1997 yang tumbuh dengan teknologi, internet, dan media sosial. Lahir dan berkembang di era teknologi digital menjadikan generasi Z sebagai pecandu teknologi dan cenderung anti-sosial.Bahasa Indonesia yang baku masih sering diterapkan dalam kegiatan kegiatan formal dan pelajaran Bahasa Indonesia sudah menjadi pelajaran yang wajib diikuti dan dipelajari oleh semua siswa mulai dari tingkat SD(Sekolah Dasar) sampai dengan Perguruan Tinggi.Meskipun demikian bahasa asing juga penting dan memiliki banyak manfaat,tetapi bukan berarti kita harus mengesampingkan Bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dari pembahasan yang telah dipaparkan penulis, dapat disimpulkan bahwa:
• Eksistensi bahasa Indonesia pada generasi Z terancam karena mereka cenderung menggunakan bahasa nonformal dalam kesehariannya.
• Hanya sebagian dari generasi Z yang paham akan bahasa Indonesia yang baku.
• Generasi Z gemar menggunakan kosakata bahasa kekinian dalam pergaulan sehari-hari.
• d. Generasi Z banyak yang menguasai bahasa asing. Hal ini akan mengancam eksistensi bahasa Indonesia jika mereka jadikan bahasa utama. Namun, akan memajukan kualitas anak Indonesia dalam persaingan dunia global.
Referensi
Muntaha,Sugiyanto,Karim,Anonim, Alihamdansuite.(2020). Jenis-jenis Penelitian dan Contohnya " alihamdan. Diakses pada 19 Januari 2021, dari https://www.alihamdan.id/jenis-penelitian/
ADVERTISEMENT
Wikipedia.(2020). Penelitian kualitatif,Diakses pada 19 Januari 2021 ,dari https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif
Imam Santoso. (2017). Jenis Data, Sumber Data dan Metode,Diakses pada 19 Januari 2021 ,dari http://oldata.blogspot.com/2017/06/jenis-data-sumber-data-dan-metode.html
Wikipedia.(2020).Generasi Z,Diakses pada 19 Januari 2021 ,dari https://id.wikipedia.org/wiki/Generasi_Z#:~:text=Generasi%20Z%20merupakan%20generasi%20setelah,tahun%20kelahiran%201998%20sampai%202010