Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pancasila Jangan Hanya di Buku, tetapi Hidup di Kampus dan Masyarakat
8 Mei 2025 14:10 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Gathan Alfaraldy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pancasila sering kali hanya muncul dalam upacara atau buku pelajaran. Tapi nilai-nilai dasarnya, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan justru paling kita butuhkan dalam realitas kampus dan masyarakat hari ini.
Kita hidup di tengah keberagaman yang indah, tapi juga rentan pecah. Bukan karena perbedaan, tapi karena kurangnya pemahaman. Maka, pengamalan Pancasila bukan tugas negara semata, tapi juga panggilan nurani warga—terutama generasi muda.
Di Kampus, Toleransi Bukan Teori, Tapi Praktik
Kampus semestinya menjadi ruang tumbuhnya nalar kritis, dialog lintas identitas, dan semangat kebangsaan. Sayangnya, tak jarang kita temui gesekan antar kelompok, diskriminasi halus atas nama mayoritas, atau sikap masa bodoh terhadap sesama.
Pancasila di kampus bukan sekadar materi kuliah PPKn. Ia harus hidup dalam cara mahasiswa saling menghargai keyakinan berbeda, dalam sikap dosen yang adil terhadap semua, dan dalam keputusan organisasi yang tak meminggirkan minoritas.
ADVERTISEMENT
Jika sila pertama mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan agama, maka lingkungan kampus adalah laboratorium terbaik untuk mempraktikkannya. Jika sila kedua bicara tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, maka marilah kita jadikan interaksi sehari-hari sebagai buktinya.
Hidup Bersama di Masyarakat, Bukan Sekadar Berdampingan
Pancasila bukan konsep elit. Ia hidup dalam gestur sederhana sehari-hari seperti, saling menolong tetangga, tidak menyebar hoaks, memberi jalan saat macet, atau tidak memaksakan keyakinan.
Masyarakat Indonesia yang plural membutuhkan pondasi kuat untuk bisa bersatu. Bukan dengan paksaan seragam, tapi dengan pengakuan atas perbedaan. Pancasila memberi kita kerangka: berbeda itu sah, tapi adil itu wajib.
ADVERTISEMENT
Jangan Hanya Hafal, Tapi Hayati
Masalah bangsa ini bukan karena kita tak tahu Pancasila, tapi karena kita tak cukup bersungguh-sungguh menghidupkannya.
Konflik yang terjadi, dari intoleransi di kampus hingga polarisasi di masyarakat, seringkali bermula dari hilangnya semangat Pancasila dalam kehidupan nyata. Kita terlalu fokus pada simbol, lupa pada substansi.
Saatnya Bangun Kesadaran Kritis
Kita tidak sedang krisis ideologi, tapi sedang kehilangan kedalaman dalam menghayati nilai.
Generasi muda, terutama mahasiswa harus menjadi garda depan pengamalan Pancasila. Bukan dengan sekadar mengikuti upacara atau lomba pidato, tapi dengan menjadi pelaku nyata: yang adil dalam tindakan, jujur dalam perbedaan, dan bijak dalam menyuarakan pendapat.
ADVERTISEMENT