Konten dari Pengguna

Perundungan Verbal Mematikan Mental

Gavrilla Claudia
Mahasiswa S1 Program Studi S1 Sains Data Institut Teknologi Telkom Purwokerto
4 Januari 2022 21:12 WIB
comment
16
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gavrilla Claudia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi verbal bullying (Sumber foto : https;//www.freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi verbal bullying (Sumber foto : https;//www.freepik.com)
Disadari atau tidak, memberi julukan “Si Gendut”, “Si Kurus”, “Si Penakut” dan semacamnya yang bertujuan menghina termasuk contoh verbal bullying. Verbal bullying atau perundungan verbal dianggap paling mematikan dibanding jenis perundungan lainnya karena menyerang psikologis para korbannya. Verbal bullying merupakan bentuk perundungan dengan menggunakan kata-kata, pernyataan, sebutan yang menghina secara lisan. Verbal bullying bertujuan untuk meremehkan, merendahkan, mengintimidasi, dan menyakiti sang korban.
ADVERTISEMENT
Psikolog klinis dan hipnoterapi dari Sanatorium Dharmawangsa Liza Marielly Djaprie mengatakan, “Meskipun verbal bullying tidak memperlihatkan bekas luka di tubuh, namun verbal bullying mampu menikam bahkan mematikan mental para korban. Akibatnya, si korban akan mengalami penurunan kepercayaan diri, menyakiti diri sendiri hingga menyebabkan gejala fisik seperti sakit kepala dan tekanan darah tinggi. Tingkat akhirnya, yaitu si korban tak segan bunuh diri.”
Dilansir dari situs sehatq.com, verbal bullying dengan kata-kata yang menyakitkan dapat menghancurkan korbannya karena bisa meninggalkan luka emosional yang dalam. Sejumlah dampak verbal bullying yang dapat terjadi pada anak, yaitu depresi, merasa gelisah, dan senang menyendiri. Depresi dipicu oleh rasa tertekan akibat kata-kata atau sebutan menghina yang dilontarkan oleh pelaku perundungan. Anak yang depresi dapat terlihat murung, sedih, penyendiri, dan putus asa. Verbal bullying juga menyebabkan anak dirundung kegelisahan. Anak merasa tidak aman dan takut, terutama ketika hendak bertemu dengan pelaku perundungan. Itulah mengapa, anak sering menangis tiba-tiba. Selain itu, verbal bullying juga dapat membuat korbannya lebih senang menyendiri atau anti sosial. Sering kali, orangtua dan guru tidak menyadari jika anak menjadi korban verbal bullying. Sebab, pelaku umumnya melancarkan aksi ketika tidak ada pengawasan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa saran yang saya bagikan agar kita dapat terhindar dari verbal bullying, yaitu self-love atau mencintai diri sendiri. Saya pernah membaca kutipan Jerico Silver tentang berdamai dengan diri sendiri yaitu, “Respect yourself enough to say I deserve peace and walk away from people or things that prevent you from attaining it.” Artinya ciptakan damai dalam dirimu, jauhi orang dan lingkungan yang dapat membuatmu jatuh dan terpuruk. Apabila kamu sudah mencintai dan menerima dirimu, maka kamu tidak akan jatuh karena ejekan orang lain. Selanjutnya, tunjukkan prestasi. Pada dasarnya, orang yang senang melakukan perundungan itu karena mereka iri atau dengki terhadap pencapaianmu. Selaras dengan pernyataan B.J. Habibie yaitu, “Ketika seseorang menghina kamu, itu adalah sebuah pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kamu, bahkan ketika kamu tidak memikirkan mereka.” Terakhir, tetap percaya diri dan jadi diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, apabila kamu melihat atau mendapatkan verbal bullying, segera laporkan kepada pihak yang dapat membantumu keluar dari masalah ini, seperti orangtua, pihak sekolah, psikolog, dan aparat penegak hukum. Jangan biarkan masalah ini sampai berlarut - larut yah. Dan untuk para orangtua, mari terus dampingi dan beri perhatian kepada anak kita serta tanamkan rasa percaya diri kepada mereka karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Terakhir, saya mengutip kalimat Katherine Jenkins yang mengatakan, “Children should be able to live a life free from bullying and harassment and it is time that we all took a stand against this.” Artinya anak-anak harus dapat menjalani kehidupan yang bebas dari intimidasi dan pelecehan dan sudah saatnya kita semua mengambil sikap menentang hal itu.” Kalau bukan hari ini, kapan lagi ? Kalau bukan kita, siapa lagi ?
ADVERTISEMENT