Konten dari Pengguna

Segelintir Kritik Terhadap Marxisme dalam Studi Ekonomi Politik Global

Gusti Ayu Sri Wahyuni
Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, Universitas Udayana
17 Oktober 2022 0:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gusti Ayu Sri Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
gambar Karl Marx. sumber: pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
gambar Karl Marx. sumber: pixabay.com
ADVERTISEMENT
Marxisme merupakan salah satu teori penting dalam studi Ekonomi Politik Global yang pembahasannya berfokus pada perjuangan kelas, yakni perjuangan kelas kaum proletar terhadap kaum borjuis. Selain karena tertarik pada isu perjuangan kelas, teori ini hadir sebagai bentuk kritik terhadap teori liberalisme, yang menurut kaum marxis telah menyebabkan hadirnya sistem kapitalisme global dan pada akhirnya mengeksploitasi kaum proletar.
ADVERTISEMENT
Karena tidak ada yang sempurna di dunia ini, maka teori marxisme pun tidak luput dari kritik. Sejumlah kritik menohok ditujukan ke teori yang dianggap utopis ini.
Pertama, menurut perspektif marxisme, konflik terjadi di antara kelas borjuis dan proletar. Namun, apakah konflik tidak mungkin terjadi di antara sesama kaum borjuis atau sesama kaum proletar? Tentu tidak. Konflik masih sangat mungkin terjadi di internal masing-masing kelas.
Misalnya, konflik di internal kelas borjuis sangat mungkin terjadi mengingat kaum ini adalah kaum yang ingin memperoleh keuntungan sebesar mungkin sehingga mereka saling berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya dengan berlomba-lomba menciptakan peralatan produksi sebagus mungkin.
Ketika kaum borjuis terlalu sibuk berlomba menjadi yang terbaik di kelasnya dan melupakan kaum proletar yang memiliki kontribusi besar dalam menjalankan roda produksi, di situlah kaum borjuis akan bertemu dengan permasalahan-permasalahan yang mengarahkan mereka ke kehancuran.
ADVERTISEMENT
Kritik kedua berhubungan dengan poin pertama di atas. Marxisme membagi kelas hanya berdasarkan perbedaan sistem ekonomi borjuis dan proletar. Hal tersebut tentu kurang relevan jika dilihat berdasarkan masa sekarang karena saat ini kelas-kelas yang terkonstruksi di masyarakat tidak hanya berdasarkan perbedaan ekonomi, melainkan berdasarkan determinan yang lebih luas, seperti pembagian kelas berdasarkan ideologi, ras, suku, agama, budaya, dan politik.
Terakhir, perspektif marxisme menganggap kaum kapitalis adalah kaum yang eksploitatif, yang identik dengan negara maju yang mengeksploitasi negara berkembang. Selanjutnya, mereka membuat negara berkembang menjadi stuck, tidak mengalami kemajuan, atau mungkin malah mengalami kemunduran.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua negara berkembang menjadi tidak maju hanya karena hadirnya kaum kapitalis yang dianggap eksploitatif ini. Indikator suatu negara dapat dikatakan maju atau tidaknya bukan hanya berdasarkan sistem kapitalisme yang terjadi di dalam negara. Ada banyak aspek yang menentukan progres kemajuan suatu negara, yang tidak hanya dilihat dari segi ekonomi saja.
ADVERTISEMENT
Menurut penulis, kritik yang didapatkan oleh perspektif marxisme adalah benar adanya. Asumsi-asumsi yang dikemukakan perspektif ini terlalu utopis, yakni terlalu berekpektasi tinggi terhadap kemerdekaan kaum proletar hingga mengabaikan kenyataan di lapangan. Marxisme hanya bisa berkoar-koar memperjuangkan kaum proletar dengan mengkritik perspektif liberalisme dan kapitalisme tanpa bisa memberikan solusi pasti.