Konten dari Pengguna

Kolaborasi Guru BK Dengan Guru Mapel dalam Menemukan Kodrat Siswa

Gede Danu Setiawan
Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Panji Sakti Singaraja, Fasilitator Sekolah Penggerak Kemendikbud
2 Oktober 2024 14:58 WIB
·
waktu baca 11 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gede Danu Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gede Danu Setiawan
Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Panji Sakti Singaraja
Sumber: kegiatan penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka bagi guru BK di Universitas Panji Sakti Singaraja
Tiga tahun sudah penerapan kurikulum yang baru pada Pendidikan di Indonesia diterapkan. Tiga tahun tersebut mempersiapkan Indonesia menuju Indonesia emas tahun 2045. Konsep Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah mencampai episode ke-26 hingga saat ini. Beragam cerita praktik-praktik baik telah banyak ditemukan melalui platform Merdeka Mengajar (PMM) yang dimanfaatkan khususnya oleh guru-guru disatuan Pendidikan. Berbagai inovasi yang telah dibuat oleh guru-guru untuk dapat mewujudkan Merdeka belajar bagi siswa-siswa. Kolaborasi yang tidak henti dilakukan baik antar guru maupun pihak-pihak lainnya, tidak lupa juga antara guru mata Pelajaran dan guru Bimbingan dan konseling.
ADVERTISEMENT
Guru mata Pelajaran dan guru Bimbingan dan konseling di satuan Pendidikan memiliki peran dan fungsi yang berbeda namun saling melengkapi satu dengan lainnya. Guru mata Pelajaran lebih menitik beratkan tugasnya pada pengembangan kognitif siswa, sedangkan guru bimbingan dan konseling memiliki peran pengembangan afektif dan psikologis siswa. Guru bimbingan dan konseling membantu siswa dalam hal mengenal potensi yang ada didalam dirinya baik minat, bakat, kepribadian dan lainnya yang nantinya membuat siswa tidak mengalami masalah dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga kolaborasi yang kuat antara guru bimbingan dan konseling bersama guru mapel walau berbeda peran dan fungsinya. Hal tersebut diperkuat kembali pada Peraturan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 111 tahun 2014 yang didalamnya terdapat menyebutkan bahwa konselor (guru BK) dapat bekerjasama dengan pihak-pihak yang bersangkutan, baik dari dalam mupun dari luar satuan pendidikan (Permendikbud No 111 Tahun 2014).
ADVERTISEMENT
Seorang ahli seperti Sugiyo (2011: 42) berpendapat bahwa guru mata pelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dalam membantu perkembangan optimal peserta didik. Berdasarkan pendapat tersbut dapat dikatakan bahwa guru mata pelajaran merupakan mitra yang tepat bagi konselor dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Menurut Dwi Fitria Sari dalam penelitiannya (2017:2) menyebutkan bahwa guna menjalin kerjasama dengan pihak guru mata pelajaran, perlu bagi guru mata pelajaran untuk memahami pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat. Baik dalam memahami eksistensi bimbingan dan konseling di sekolah, maupun yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling, manajemennya, kode etik, bahkan gambaran umum tentang strategi dan arah pelayanan. Melalui pemahaman tersebut memunculkan suatu sikap yang positif terhadap pelayanan bimbingan dan konseling. Sikap positif guru mata pelajaran terhadap pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peran yang strategis demi terjalinnya hubungan kerjasama antara konselor bersama guru mata pelajaran. Guru Bimbingan dan konseling juga perlu memperhatian tantangan yang sedang dihadapi di era Merdeka belajar atau era revolusi industry 4.0 ini seperti yang disebutkan oleh Gede Danu dalam artikelnya (2023:2) salah satu tantangan yang dihadapi oleh konselor/guru BK di sekolah dewasa ini adalah perkembangan dan perubahan zaman yang begitu luar biasa, yang dikenal dengan era industri 4.0, atau era digitalisasi. Kondisi kehidupan seperti ini mempersyaratkan kepada konselor/guru BK untuk mampu memberikan layanan profesional sesuai dengan bidangnya kepada peserta didik agar mampu hidup dalam dunia yang serba canggih. Dengan demikian konselor/guru BK layak mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat dan pemerintah. Untuk menyediakan konselor/guru BK yang profesional yang memenuhi standar dari segi kualitas serta dalam jumlah yang memadai, sangat perlu diselenggarakan program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) atau Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling (PPGBK).
ADVERTISEMENT
KODRAT SISWA DALAM KURIKULUM MERDEKA
https://pixabay.com/id/photos/buku-asia-anak-anak-anak-laki-laki-1822474/
Dalam penerapan kurikulum Merdeka ini Kemendikbud menggunakan Marwah dan pesan-pesan dari bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara. Kutipan pesan Ki Hajar Dewantara seperti tertuang dalam Tauchid (2004) mementingkan kodrat alam anak dan mendukung tumbuh kembang anak , “perintah” dan “paksaan” hanya boleh dijalankan jika anak-anak tidak dapat dengan kekuatannya sendiri menghindarkan bahaya yang akan menimpanya.
Kodrat alam adalah segala kekuatan dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup manusia (Sutikno, 2003). Kodrat alam itu merupakan wujud dari kekuasaan Tuhan yang Maha Kuasa. Kodrat alam terjadi agar kehidupan berjalan tertib dan sempurna di atas segala kekuasaan manusia. Kodrat alam adalah perwujudan dari kekuasaan Tuhan yang mengandung arti bahwa pada hakekat manusia sebagai mahkluk Tuhan (Susilo, 2018). Sebagai makhluk Tuhan, tugas manusia adalah memanfaatkan kodrat alam tersebut dengan baik. Memanfaatkan kodrat alam dengan baik akan menjadikan hidup menjadi teratur, damai dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Proses memanfaatkan kodrat alam dalam pendidikan bertujuan agar peserta didik tidak melalaikan kewajibannya, baik kewajiban terhadap Tuhan, lingkungan, masyarakat, maupun diri sendiri (Yanuarti, 2018). Tujuan tersebut sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara (Dewantara, 1994) bahwa dalam melaksanakan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti tersebut dikenal dengan istilah “Tutwuri Handayani”. Pengajaran budi pekerti tersebut menggunakan sistem among. Among berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka duka dengan memberi kebebasan siswa bergerak menurut kemauannya (Masitoh & Cahyani, 2020). Menurut (Wuryadi, 2010) kodrat alam meliputi: (1) latar belakang keluarga: perilaku siswa dalam menghormati orang tua, tanggung jawab siswa dalam pekerjaan rumah; (2) kemampuan: kemampuan siswa pada saat pelajaran dikelas, kreativitas siswa di dalam kelas; (3) kemauan (keinginan), kemauan siswa dalam mengembangkan minat yang ada pada dirinya, sosialisasi yang baik terhadap teman dan guru; (4) lingkungan sosial dan alam si anak: anak mampu mengembangkan kreativitasnya diluar maupun didalam sekolah, lingkungan sosial sangat memengaruhi anak dalam dunia pendidikan; (5) tingkat perkembangan (psikologis, sosiologis, kultural): perubahan sifat siswa pada saat diluar sekolah dan didalam sekolah. Proses belajar yang menarik sangat mempengaruhi semangat belajar siswa.
ADVERTISEMENT
Minat belajar merupakan hal yang sangat penting yang harus ada pada diri peserta didik agar mampu belajar, karena dengan minat juga dapat menentukan prestasi belajar peserta didik itu sendiri (Kartika dkk., 2019). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya, dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Para pelajar berusaha membentuk minat-minat baru dapat dicapai dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara satu bahan pembelajaran yang akan diberikan dengan bahan pembelajaran yang lalu. Salah satu faktor internal dalam minat belajar adalah kodrat alam yang merupakan potensi anak sebagai anugerah Tuhan. Perkembangan dan kemajuan anak dapat tercapai sesuai perkembangan kodratnya dan pendidik dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang (Rifa’i, 2020). Kodrat alam yang diinginkan anak adalah kebebasan yang tidak keluar dari aturan, sehingga pendidik mengarahkan anak agar potensi yang dimiliki dapat berkembang. Anak sebagai siswa yang belajar di sekolah dituntut untuk menuntut ilmu, belajar, dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Hambatan dapat dialami siswa selama belajar, sehingga berdampak terhadap minat belajar pada siswa. Melihat urgensi dari kodrat alam tersebut maka peran guru Bk dan guru Mapel dalam implememtasi kurikulum Merdeka sangat cocok untuk terus ditingkatkan.
ADVERTISEMENT
PERAN GURU MAPEL DALAM KURIKULUM MERDEKA
Salah satu peran guru mata Pelajaran dalam kurikulum Merdeka adalah melaksanakan inovasi pembelajaran untuk menjawab kebutuhan siswa dan menciptakan iklim pembelajaran yang memerdekakan. Inovasi pembelajaran diharapkan mampu membantu siswa untuk merdeka berpikir, merdeka berinovasi, belajar mandiri dan kreatif, merdeka belajar untuk kebahagiaan. Peran guru dalam inovasi pembelajaran melahirkan guru inovatif. Menurut James M. Cooper dalam Zunidar (2019) sebagai guru inovatif maka guru bertanggung jawab membantu siswa untuk belajar dan berperilaku dengan cara baru yang berbeda. Hal ini berarti bahwa guru harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diandalkan. Guru menguasai berbagai metode, strategi, dan media pembelajaran terbaru. Bahkan guru menguasai teknologi pembelajaran untuk menunjang kegiatan pendidikan. Dalam pandangan Rusby dalam Susilo & Sofiarini (2020), guru inovatif adalah guru yang berdaya saing selain karena inovatif, kreatif dan kritis melainkan juga menguasai teknologi inovatif yang didesain dan diterapkan dalam pembelajaran.
ADVERTISEMENT
PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MERDEKA BELAJAR
Guru bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum merdeka merupakan sebuah tantangan yang mengharuskan guru bimbingan dan konseling memberikan pelayanan yang sesuai dengan tuntutan program merdeka belajar. Guru bimbingan dan konseling memiliki peran dalam memberikan layanan konseling/terapi konsultasi, koordinator, konsultan, agen perubahan, asesor, pengembang karir, dan agen perubahan. Shertzer & Stone, (1981); Barruthidan Robinson (1987); Gibson & Mitchell (2011); Nursalim (2015) telah mengidentifikasi berbagai peran utama guru bimbingan dan konseling yaitu:
1. Konselor sebagai seorang konselor
Konselor yang memiliki pribadi mantap, akan sangat menyadari profesinya, yang harus ditunjang dengan kompetensi-kompetensi pribadi, akademik, sosial dan profesional. Efektivitas konseling sangat ditentukan oleh kualitas pribadi konselor. Konseling yang efektif bergantung pada kualitas hubungan antara klien dengan konselor. Pentingnya kualitas hubungan konselor dengan klien ditunjukkan melalui kemampuan konselor dalam kongruensi (congruence), empati (empathy), perhatian secara positif tanpaisyarat (unconditional positive regard), dan menghargai (respect) kepada klien.
ADVERTISEMENT
2. Konselor sebagai seorang konsultan
Konselor sekolah sebagai konsultan bagi siswa Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Konselor sebagai konsultan dapat membantu siswa yang mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar.
3. Konselor sebagai agen perubahan
Konselor disebut sebagai pioner dalam Pendidikan Karakter di Sekolah karena konselor secara khusus memiliki tugas untuk membantu siswa mengembangkan kepedulian sosial dan masalah-masalah kesehatan mental, dengan demikian konselor sekolah harus sangat akrab dengan program pendidikan karakter, konselor sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung berkewajiban menyelenggarakan program pelayanan yang bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter.
ADVERTISEMENT
4. Konselor sebagai seorang agen pencegahan utama (a primary prevention agent) Sebagai agen pencegah yang utama, peranan konselor yang ditekankan adalah sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang salah dan mencegah terjadinya masalah. Peran konselor sebagai agenipencegah dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang bersifat antisipatif, minimal usaha-usaha yang bersifat preventif. Misalnya bimbingan konseling berperan sebagai layanan informasi, pelatihan, penempatan dan penyaluran.
5. Konselor sebagai Koordinator
Para konselor sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan berbagai macam kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah di sekolah juga diperlukan untuk mengkoordinasikan kontribusi dari para profesional lain yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan seperti psikologi, pekerjasosial, dan sebagainya.
6. Konselor sebagai Agen orientasi.
Para konselor sekolah juga memiliki peran sebagai agen orientasi. Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor di sekolah perlu mengakui pentingnya orientasi anak didik tentang (terhadap) tujuan sekolah dan lingkungan sekolahnya. Sebagai agen orientasi untuk membawa pengalaman pendidikan awal anak merupakani (menjadi) suatu pengalaman yang positif bagi anak.
ADVERTISEMENT
7. Konselor sebagai Asesor.
Para konselor sekolah juga memiliki peran sebagai asesor, yakni melakukan asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non tes. Data hasil pengukuran tersebut perlu untuk diinterprestikan dalam rangka memperoleh pemahaman yang akurat tentang siswa beserta dengan potensi-potensinya, dampak budaya pada perkembangan siswa, dan pengaruh faktor-faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.
8. Konselor sebagai Pengembang karir.
Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagai para konselor di sekolah adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya pendidikan di sekolah sebagai landasan bagi pengambilan keputusan di kemudian hari oleh anak menegaskan (menggarisbawahi) pentingnya memberikan perhatian pada perkembangan karir anak. Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai koordinator dan konsultan dalam mengembangkan program pendidikan karir yang terintegrasi, berkesinambunghan, dan terus-menerus
ADVERTISEMENT
KOLABORASI GURU BK DAN GURU MAPEL DALAM KURIKULUM MERDEKA
https://pixabay.com/id/photos/siswa-guru-bahasa-indonesia-2808385/
Kolaborasi antara Guru BK dan Guru Mapel dalam Kurikulum Merdeka sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang holistik dan integratif. Guru BK menyediakan pandangan tentang kebutuhan emosional dan psikologis siswa, sementara Guru Mapel menyediakan konteks akademis yang diperlukan. Kolaborasi ini memastikan bahwa setiap aspek perkembangan siswa—baik itu akademis maupun non-akademis—dapat diakomodasi dengan baik. Data menunjukkan bahwa kolaborasi antara komponen-komponen pendidikan yang berbeda dapat menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam hasil belajar dan kesejahteraan siswa.
Agar kolaborasi antara Guru BK dan Guru Mapel berjalan efektif, diperlukan beberapa strategi. Pertama, komunikasi yang terbuka dan teratur harus dijaga antara kedua pihak. Ini dapat dilakukan melalui rapat rutin, diskusi informal, dan pertukaran informasi yang relevan tentang siswa. Kedua, pembuatan rencana pembelajaran kolaboratif yang memasukkan aspek-aspek konseling dan bimbingan ke dalam kurikulum akademis. Ketiga, pelatihan bersama untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan kedua pihak dalam mengaplikasikan pendekatan kolaboratif. Studi kasus dan sukses story dari sekolah-sekolah yang telah menerapkan model ini dapat menjadi referensi berharga.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi yang efektif antara Guru BK dan Guru Mapel dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kodrat siswa. Siswa yang didukung oleh kedua pihak dalam mengenali dan mengembangkan minat serta bakatnya cenderung lebih percaya diri dan memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik. Selain itu, integrasi antara aspek akademis dan konseling memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyeluruh dan integratif. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang holistik ini dapat meningkatkan kepuasan belajar dan mengurangi tingkat stres serta kecemasan di kalangan siswa
Secara keseluruhan, kolaborasi antara Guru BK dan Guru Mapel merupakan elemen kritis dalam Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan kodrat siswa. Dengan strategi dan pendekatan yang tepat, kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan hasil akademik tetapi juga kesejahteraan keseluruhan siswa, sehingga mereka siap menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT