Urgensi Pendidikan Karakter pada Anak di Era Digital

I Gede Sutrawan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Mataram
Konten dari Pengguna
8 Januari 2024 8:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gede Sutrawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan anak-anak belajar bersama (Dok.Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan anak-anak belajar bersama (Dok.Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tulisan ini untuk menyikapi menurunya moral pada anak di era digital. Pada era yang serba digital ini, beberapa kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku dari tindak kekerasan, pencabulan marak terjadi dalam berbagai lapisan masyarakat. Berbagai faktor dapat menyebabkan menurunya moral anak seperti minimnya pengawasan orang tua dari sejak dini. Tentu peran orang tua, serta guru sangat dibutuhkan dalam memberikan pendidikan karakter yang harus dioptimalisasikan sebagai upaya preventif dalam pencegahan tindak kekerasan oleh anak. Jadi seberapa besar pengaruh pendidikan karakter terhadap moral anak? Simak dalam tulisan berikut!!
ADVERTISEMENT
Indonesia Emas 2045 bukanlah sesuatu hal yang asing terdengar bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2045 mendatang, Indonesia genap berusia 100 tahun atau satu abad. Pada tahun tersebut, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan sejajar dengan negara adidaya lainnya. Pemerintah saat ini, terus melakukan upaya untuk mendukung wacana tersebut seperti dengan menyiapkan anak mudanya menyongsong Indonesia emas hal tersebut disebut dengan Generasi Emas 2045.
Generasi Emas 2045 merupakan sebuah gagasan dalam mempersiapkan para generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing global. Hal tersebut bisa terwujud jika generasi mudanya memiliki kompetensi, kreativitas, dan inovasi.
Untuk mencapai Generasi Emas 2045, pemerintah masih mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan salah satunya moral anak pada era digital saat ini. Pada era digital, kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak muda terus terjadi seperti kasus anak muda bernama Mario Dandy Satriyo yang berusia 20 tahun menganiaya David yang berusia 17 tahun anak seorang petinggi GP Ansor. Kasus selanjutnya adalah kekerasan yang dilakukan pelajar yang menimbulkan kegaduhan di media sosial karena pelajar tersebut menendang nenek hingga tersungkur di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian ada juga kasus kekerasan oleh pelajar di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo yang menganiaya temannya. Selain itu, ada juga kasus penganiayaan oleh 5 ABG di Bogor terhadap seorang remaja putri. Terakhir, seorang remaja berusia 12 tahun dianiaya oleh 2 temannya yang berusia 16 dan 15 tahun di Jakarta Utara.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa contoh kasus tersebut, tidak terlepas dari sejumlah masalah kesejahtraan anak. Berdasarkan temuan Ipsos Global bersama World Vision International yang bertajuk Not Enough, Global Perceptions on Child Hunger and Malnutrition edisi 2023 merincikan 10 masalah kesejahtraan anak yang paling dikhawatirkan menurut responden global pada periode Agustus hingga September 2023, yakni kemiskinan 21 persen, kelaparan 18 persen, kesehatan 13 persen, akses pendidikan 12 persen, kekerasan dan konflik 11 persen, dampak perubahan iklim 7 persen, ketidaksetaraan ekonomi 6 persen, akses air bersih 6 persen, kesetaraan gender 6 persen, migrasi 1 persen, dan masalah lainnya 1 persen.
Menyoroti berbagai masalah yang dihadapi oleh anak sudah seharusnya penguatan pendidikan karakter ditanamkan sejak dini. Akar dari segala masalah yang diciptakan oleh anak adalah masih minimnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tertentu. Jika pendidikan karakter dapat direalisasikan dengan baik. Maka segala macam permasalahan anak dapat diatasi pula.
kedua anak sedang asik belajar (Dok.Pribadi)
Pada dewasa ini, perkembangan teknologi yang terus berevolusi dengan cepat sejalan dengan kemudahan manusia dalam berinteraksi. Melalui kemudahan tersebut, membuat anak-anak memakai teknologi internet tanpa menghiraukan orang tua serta guru di sekolah. Karena banyaknya informasi yang diterima, terkadang infromasi negatif tidak tersaring dan ikut dikonsumsi oleh anak-anak. Sehingga dalam kondisi tersebu dibutuhkan peran orang tua serta guru. Agar kemajuan teknologi tidak mengkikis karakter anak.
ADVERTISEMENT
Hadirnya teknologi di era digital dapat menimbulkan ketidakpeduliaan terhadap lingkungan sekitar. Lebih mengutamakan validasi di dunia maya, orang-orang zaman sekarang lebih mengabadikan momen dengan ponsel ketimbang memberikan bantuan. Jika hal demikian terus biarkan terjadi, akan berdampak pada masa depan anak. oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting ditanamkan di era digital saat ini.