Konten dari Pengguna

Filsafat dan Agama: Dua Jalan Menuju Pemahaman Ciptaan

Muhammad Arya Putra Rhiswanto
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya
20 Oktober 2024 17:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Arya Putra Rhiswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
leonardo.ai
zoom-in-whitePerbesar
leonardo.ai
ADVERTISEMENT
Filsafat dan agama telah menjadi dua bidang yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran manusia. Meskipun keduanya memiliki tujuan dan pendekatan yang berbeda, interaksi antara filsafat dan agama sering kali menghasilkan dialog yang kaya dan mendalam.
ADVERTISEMENT
Filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia. Filsafat merupakan akar dari semua ilmu, yang mana filsafat adalah cara berfikir manusia, bagaimana memecahkan masalah, bagaimana mencari solusi, dan bagaimana cara lebih baik dalam hal duniawi, sedangkan agama adalah sebuah kata yang mengatur tentang keimanan seseorang kepada tuhan yang ia sembah, di dalam agama kita diajarkan bagaimana cara menyembah tuhan, bagaimana kita bisa tahu bahwa segala ciptaan pasti ada penciptanya.
Filsafat mengajak kita selalu berfikir logis dan analisis kritis dalam pertanyaan yang mendasar terkait moralitas, eksistensi, dan pengetahuan. Di sisi yang lain, agama mengajak kita pada suatu penjelasan yang bersifat dogmatis, berdasarkan wahyu dan tradisi.
Dalam hal penciptaan alam semesta contohnya, filsafat sains memberikan pencerahan dengan mengumumkan adanya teori big bang yang dicetuskan oleh Georges Lemaitre pada tahun 1927, jika dalam filsafat sains alam semesta di jelaskan dengan teori big bang. Maka di dalam agama di jelaskan bahwa Tuhan lah yang menciptakan alam semesta, dunia, beserta seluruh isinya. Jika di dalam agama Islam telah dijelaskan Allah dalam Al-Qur'an, yang bunyinya:
ADVERTISEMENT
وهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Artinya : Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa serta (sebelum itu) ʻArasy-Nya di atas air. (Penciptaan itu dilakukan) untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) berkata, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini (Al-Qur’an) tidak lain kecuali sihir yang nyata.” (Q.S Hud:7)