news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

5 Fakta Unik Wasabi, Si Hijau dari Jepang yang Khas dan Menyengat

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2022 12:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wasabi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Wasabi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Hidangan sushi kurang lengkap rasanya bila tidak disediakan bersama wasabi. Makanan berupa pasta berwarna hijau yang pedas menyengat tersebut terkenal memberikan sensasi menyiksa tapi nikmat.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, meski tak sedikit merasa makanan yang disantap sekali gigit itu pedas, faktanya berbeda dengan sensasi memakan cabai dan sebagainya. Sebab, alih-alih pedas yang bikin nyari-nyari air minum, wasabi cenderung menyerang hidung, kadang bikin plong.
Orang Jepang makan wasabi enggak cuma jadi topping sushi saja, lho. Beberapa resep lain yang memakai wasabi di antaranya kentang tumbuk, tambahan mayones, dan untuk marinasi.
Kini dengan mendunianya kuliner Jepang, wasabi ikutan dikenal orang-orang sedunia. Namun, ada juga, lho, fakta unik yang belum banyak diketahui dari si pasta hijau nan menyengat tersebut. Berangkat dari sana, berikut lima fakta uniknya.

1. Susah banget dibudidayakan

Ilustrasi Wasabi Foto: Norikko/Shutterstock
Mengutip TreeHugger, Wasabia japonica alias tanaman wasabi, yang pertama kali ditemukan di abad 10 Jepang, sangat sulit dibudidayakan. Sebab, tanaman tersebut tumbuh subur antara 7 hingga 21 derajat celsius, tapi tidak bisa kena sinar matahari langsung.
ADVERTISEMENT
Wasabi sendiri tumbuh di aliran pegunungan yang sejuk dan teduh, terutama Jepang. Namun, tumbuh juga di China, Taiwan, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Hanya, sangat sulit menanam wasabi dan pasokan pun jadi langka.

2. Masuk keluarga kubis

Wasabi (Foto: flickr/ kukujiaow)
Sebagai tanaman, wasabi masih jadi anggota keluarga kubis, lobak, dan mustard. Kadang-kadang wasabi juga disebut kubis Jepang, meski sebenarnya tidak benar karena kubis adalah tanaman yang berbeda.
Tanaman wasabi tumbuh tertanam. Nah, nantinya, bagian yang tumbuh di bawah air terlihat seperti akar. Padahal, sebenarnya bagian itu bukanlah akar, melainkan batang.

3. Nutrisinya tinggi

Budidaya Wasabi di Jepang (Foto: Manuel Ascanio/Shutterstock)
Mengingat makan wasabi biasanya sedikit saja, nutrisi yang didapat tidak akan signifikan. Namun, lain halnya bila mengkonsumsi yang masih berupa tanaman karena, menurut Joseph Mercola selaku dokter osteopathic, nutrisinya sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Wasabi bersifat anti-inflamasi dan antimikroba, mengandung potasium, kalsium dan vitamin C. Menurut majalah Chemical & Engineering News, isothiocyanates wasabi (senyawa organik yang ditemukan di beberapa herbal) dianggap meringankan sejumlah gejala seperti alergi, asma, kanker, peradangan, dan penyakit neurodegeneratif.
Selain itu, wasabi juga mengandung allyl isothiocyanate, minyak tak berwarna yang memberi rasa pedas pada tanaman. Tapi alil isothiocyanate juga merupakan insektisida dan bakterisida, ampuh memerangi serangga makanan.

4. Wasabi di toko kemungkinan bukan yang asli

Wasabi. Foto: Steven Depolo/Flickr
Seperti yang disebutkan pada poin pertama, wasabi itu susah dibudidayakan. Tinggi permintaan tak mampu dibendung tingkat produksi, membuat wasabi asli jadi langka dan mahal. Karena itu, ada wasabi yang dibuat dari bahan-bahan alternatif.
Karena kelangkaan itu juga, kebanyakan dari wasabi pasta atau bubuk yang ada di supermarket bukan terbuat dari tanaman wasabi asli. Alih-alih, rasa wasabi dibuat dengan mencampurkan lobak, mustard Cina, pewarna makanan, dan bahan lain.
ADVERTISEMENT
Guna memastikan wasabi asli atau tidaknya, periksa bagian komposisi dan bila bukan wasabi atau wasabi japonica, maka itu adalah wasabi buatan. Biasanya, yang asli bisa ditemukan di restoran atau toko-toko khusus.

5. Rasanya cepat pudar di tempat terbuka

Wasabi (Foto: Thinkstock)
Wasabi (Foto: Thinkstock)
Pasta wasabi asli cuma butuh sekitar 15 menit di tempat terbuka untuk kehilangan rasa menyengatnya.
Diketahui, cara tradisional untuk memarut makanan pendamping sushi tersebut adalah dengan parutan kulit ikan hiu atau oroshi. Parutan tersebut memiliki tekstur amplas halus. Nah, biar rasa dan panas wasabi tak memudar, sebaiknya memarut sesuai kebutuhan. (bob)