Apa Itu Problem Based Learning dalam Proses Belajar Mengajar?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
12 September 2022 14:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). Foto:  ANTARA/M Agung Rajasa
zoom-in-whitePerbesar
Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Proses belajar dan mengajar menggunakan beberapa metode yang berbeda. Salah satunya yang belakangan jadi perbincangan adalah problem based learning, dalam bahasa Indonesia disebut pembelajaran berbasis masalah (PBM).
ADVERTISEMENT
Namun, masih banyak yang ternyata belum mengetahui apa itu problem based learning?
Mengutip berbagai sumber, problem based learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah nyata. Jadi, peserta didik nantinya berdiskusi dan memberi umpan balik demi kemajuan investigasi, penyelidikan, dan laporan akhir.
Tujuannya agar peserta didik menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan guna menghadapi masalah, tantangan, dan kompleksitas dunia nyata. Karena itu, peserta didik diharapkan lebih aktif terlibat dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Ciri-ciri program based learning

Sebuah pembelajaran menerapkan model PBL bila memiliki ciri-ciri, di antaranya: Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan pemberian masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa.
Setelah mengorganisasikan pembahasan seputar disiplin ilmu, siswa dijadikan kelompok kecil dan diberi tanggung jawab membentuk maupun menjalankan proses belajar secara langsung. Baru kemudian siswa dituntut mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.
ADVERTISEMENT

Karakteristik program based learning

Kerja kelompok merupakan salah satu bentuk interaksi dalam lingkungan sosial. Foto: Unsplash
Mengenai karakteristiknya, seperti yang disebutkan sebelumnya, pembelajaran PBL yang didukung teori konstruktivisme mendorong siswa untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Karena masalahnya autentik, siswa diharapkan mampu mudah memahaminya sehingga dapat diterapkan di kehidupan profesional nanti. Sedangkan proses pemecahan masalah, siswa dapat mencari sendiri baik dari buku maupun informasi lainnya.
Agar terjadi interaksi dan tukar pikiran dalam mengembangkan pengetahuan, PBM biasanya dilakukan dalam kelompok kecil. Nantinya, akan ada pembagian tugas dengan tujuan yang jelas.
Jadi, bagaimana peran guru pada metode ini? Pada pelaksanaan PBM, peran guru adalah fasilitator. Walau begitu, guru juga mesti memantau perkembangan aktivitas siswa serta mendorong mereka supaya mencapai target.

Kelebihan dan kekurangan program based learning

Mengenai kelebihan PBL, siswa didorong agar bisa memecahkan masalah dalam situasi nyata. Mereka juga dapat membangun pengetahuan sendiri melalui aktivitas belajar yang berfokus pada masalah.
ADVERTISEMENT
Karena fokus pada masalah, materi tak berhubungan tidak perlu dipelajari sehingga mengurangi beban menghafal. Selain itu, siswa jadi mampu menilai kemajuan belajar dan berkomunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan.
Ketika kerja kelompok, terjadi pula aktivitas ilmiah. Dari sana, siswa akan terbiasa dengan sumber-sumber pengetahuan, baik perpustakaan, internet, wawancara, hingga observasi. Kesulitan belajar siswa secara individu juga dapat diatasi lewat kerja kelompok.
Namun, ada juga kekurangannya seperti PBM tidak bisa diterapkan untuk semua materi pelajaran. Ada pelajaran yang membutuhkan guru aktif menyajikan materi. PBM lebih cocok di pembelajaran yang ada kaitannya dengan pemecahan masalah.
Tak hanya itu, dalam suatu kelas dengan tingkat keragaman siswa yang tinggi, bakal terjadi kesulitan membagi tugas. (bob)
ADVERTISEMENT