Cara Mengatasi Quarter Life Crisis untuk Milenial dan Gen Z, Sini Merapat

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
14 Maret 2022 16:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi quarter life crisis. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi quarter life crisis. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Quarter life crisis merupakan suatu fase dalam kehidupan yang membuat seseorang merasa begitu cemas atas kualitas hidupnya di masa depan.
ADVERTISEMENT
Memang sih, masa depan itu belum terjadi, tapi rasa khawatir, takut, tak memiliki arah, hingga bingung akan ketidakpastian masa depan itu selalu saja menyelimuti hati, ya.
Terlebih lagi jika masalah selalu datang tanpa ada henti-hentinya. Bahkan, masalah satu belum usai, datang lagi masalah yang baru dan semakin kompleks. Di sinilah kamu sedang memasuki fase quarter life crisis.
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk menghadapinya? Simak penjelasan berikut, khususnya bagi generasi milenial dan gen z.
1. Menerima Kondisi Diri
Hal yang pertama dan utama saat kamu berada di fase quarter life crisis, cobalah untuk menerima apa adanya dirimu. Kondisi tak mampu menerima diri sendiri ini sering terjadi akibat selalu membandingkan diri dengan orang lain, nih.
ADVERTISEMENT
Stop membandingkan dirimu dengan kehidupan orang lain yang dirasa jauh lebih baik daripada hidupmu. Ingat, apa yang kamu lihat belum tentu senyatanya itu yang terjadi. Mungkin saja orang yang kamu lihat mulus jalan hidupnya itu karena ia pandai menyembunyikan masalah hidupnya dan hanya membagikan kebahagian serta kesuksesannya saja.
Mungkin juga kamu memiliki kelebihan yang tidak dipunyai oleh orang-orang yang jadi perbandinganmu? Hal itu karena selama ini kamu hanya terfokus pada kelebihannya yang kamu bandingkan dengan kekuranganmu.
Sekali lagi, stop membandingkan dirimu dan jangan jadi korban sekaligus tersangka atas banyaknya tuntutan tak logis yang kamu berikan pada dirimu sendiri. Tapi, jangan lupa juga untuk terus memperbaiki dirimu, lakukan hal-hal terbaik versi dirimu sendiri, ya.
ADVERTISEMENT
2. Buatlah Prioritas Hidup
Ilustrasi membuat prioritas hidup. Foto: pixabay
Setelah kamu bisa menerima kondisimu dengan apa adanya, kini saatnya kamu membuat daftar prioritas hidup, ya. Semakin dewasa kita, tentunya semakin banyak urusan yang harus kita selesaikan. Sedangkan, waktumu tak akan cukup untuk menyelesaikan semuanya.
Jangan sampai kita kehilangan hal yang jauh lebih penting hanya untuk menyelesaikan beberapa hal yang sepele. Ingat, waktu tak akan pernah bisa diulang juga tak akan menunggu kita.
Jadi, buatlah prioritas hidup agar kamu mengetahui mana yang harus menjadi fokus utamamu. Bukankah lebih baik menyelesaikan satu hal besar daripada beruasaha keras untuk mengerjakan banyak hal yang jelas-jelas di luar kapasitasmu? Jangan sampai pemaksaan untuk menyelesaikan banyak hal justru membuatmu gagal di semua hal, lho.
ADVERTISEMENT
3. Kembangkan Kemampuan Diri
Tentunya untuk mendapatkan output yang maksimal harus memberikan input yang luar biasa terlebih dahulu bukan? Iya pastinya.
Pengembangan potensi diri atas kemampuan yang dimiliki ialah bukti, bekal, dan kepercayaan diri bahwa kamu siap untuk mengahadapi masa depanmu. Jangan hanya sibuk dengan rasa ketakutanmu sendiri akan masa depan, tanpa adanya usaha untuk memperbaiki diri.
Kalau kamu merasa terjebak di fase quarter life crisis, artinya kamu perlu memperbaiki diri yang kamu rasa kurang, mengembangkan potensi diri yang kamu rasa perlu dikembangkan, hingga membuang hal-hal tak penting yang hanya akan menghambat hidupmu, baik di masa sekarang atau masa depanmu nanti.
4. Belajar Lebih Realistis
Tak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia itu punya kelemahan dan kekurangan, nih. Syukur kalau hal itu bisa kamu perbaiki atau terdapat solusinyanya. Lantas, kalau tak bisa diperbaiki? Tentunya tak apa, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Jadi, kalau kapasitasmu tak mampu untuk mengakses suatu hal sedangkan kamu sudah beruasaha maksimal, maka lepaskanlah hal tersebut. Dari situ belajarlah untuk berpikir lebih realistis, Jangan mengejar hal yang tak bisa kamu capai, tapi fokuslah untuk membangun dan mengembangkan potensi dirimu.
5. Temukan Lingkungan yang Suportif
Ilustrasi lingkungan yang suportif. Foto: pixabay
Kita sama-sama tahu bahwa kita semua adalah makhluk sosial. Benar adanya kalau kita tak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, meski hanya sekadar semangat hidup tanpa membantu secara langsung, ya.
Tapi, jangan sampai kamu terjebak pada lingkungan yang toxic. Di lingkungan itu yang ada kamu hanya akan menambah beban hidupmu di fase quarter life crisis.
Ingat, kalau kamu berteman dengan pecinta parfum, tentunya kamu ikutan berbau wangi, kalau kamu berteman dengan pebisnis, maka strategi berdagang tentunya kamu ketahui. Jadi, kamu ingin masa depan yang seperti apa, ya masuklah pada lingkungan yang terkait.
ADVERTISEMENT
Memang, semakin dewasa, hidup akan terasa semakin berat. Tetapi, apakah hanya dengan memikirkannya hingga muncul kecemasan berlebih itu bisa meringankan beban hidupmu? Tentunya tidak. Jadi, tetap lakukan yang terbaik tanpa berpikir berlebihan atas apa yang belum terjadi, ya! (mel)