Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Cerita Sadis Pembantaian Rawagede Tahun 1947 yang Menewaskan Ratusan Jiwa
29 November 2021 10:51 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Setelah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan, Indonesia belum terbebas sepenuhnya dari jeratan kolonial. Pasukan koloni Belanda kembali lagi dan berusaha untuk menguasai ibu pertiwi. Salah satu tragedi sadis yang terjadi adalah Pembantaian Rawagede.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Pembantaian Rawagede
Pembantaian Rawagede dilatarbelakangi oleh pencarian tentara Belanda terhadap Kapten Lukas Kustaryo, komandan kompi Divisi Siliwangi. Sosok itu disebut berkali-kali berhasil menyerang patroli dan pos-pos militer Belanda sehingga dijuluki Begundal Karawang.
Tak kunjung menemukan targetnya, pasukan itupun melakukan penyerangan brutal di Rawagede, Karawang, pada 9 Desember 1947. Ratusan penduduk desa ditembak mati. Akibat kejadian tersebut, 431 orang meninggal dunia di tempat.
Penduduk yang tersisa--kebanyakan perempuan dan anak-anak--dihukum jalan jongkok dengan tangan dilipat ke belakang leher. Setelah itu, mereka mengubur mayat yang bergelimpangan dengan tenaga dan alat seadanya.
Disebut Sebagai Kejahatan Perang
Walaupun terjadi puluhan tahun lalu, Pembantaian Rawagede masih menyisakan luka batin bagi mereka yang ditinggalkan. Pada 9 Desember 2009, keluarga korban mengajukan gugatan ke Pengadilan Distrik Den Haag. Mereka menuntut pemerintah Belanda mengakui kejahatannya dan memberikan kompensasi.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Pengadilan Sipil Belanda di Den Haag memenangkan gugatan para janda tersebut pada 14 September 2011. Hakim memutuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan kejahatan perang dan pemerintah Belanda harus memberikan kompensasi pada para korban.
Pemerintah Belanda menyalurkan santunan masing-masing senilai Rp240 juta pada 11 janda korban Rawagede. Namun, karena masih ada 181 keluarga lain yang jadi korban, jumlah tersebut akhirnya dikurangi menjadi Rp5,2 juta per keluarga.
Selain itu, pemerintah Belanda juga menyalurkan dana hibah sebesar lima ribu euro. Dana tersebut digunakan pemerintah daerah setempat untuk kepentingan sosial, seperti membangun sekolah, puskesmas, dan koperasi untuk keluarga korban Rawagede.
Untuk mengenang para korban, pemerintah daerah setempat membangun Monumen Rawagede pada tahun 1995. Selain itu, kejadian tersebut juga menginspirasi penyair Chairil Anwar untuk membuat puisi Karawang-Bekasi. (mit)
ADVERTISEMENT