Konten dari Pengguna

Kenapa Bayi Manusia Terlahir Lebih Lemah dari Mamalia Lain?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
13 Agustus 2022 15:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bayi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bayi yang baru lahir ke dunia sangat bergantung pada orang dewasa untuk mengasuhnya. Bila dibandingkan dengan spesies primata, bayi manusia seperti terlahir jauh lebih lemah dan tak berdaya.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui, ketika bayi manusia lahir, yang bisa dilakukannya hanya pergerakan terbatas dan menangis. Tentu hal tersebut jauh berbeda dengan bayi anjing, kucing, atau monyet, misalnya, yang sudah bisa berjalan tak lama setelah dilahirkan.
Dari sana, timbul kemudian pertanyaan: Kenapa, sih, bayi manusia terlahir lebih lemah dari mamalia lain? Mengutip dari Scientific American, penyebab bayi manusia lahir lebih lemah adalah karena otak belum benar-benar terbentuk.
Ilustrasi bayi perempuan. Foto: Shutter Stock
Hal tersebut seperti disampaikan oleh Justin Smith dari Stanford University, yang menyebutkan bahwa bayi manusia memang lahir relatif prematur bila dibandingkan dengan spesies lain.
Mengenai mamalia lain, khususnya primata, bayi yang mereka lahirkan otaknya sudah terbentuk. Bahkan, bayi-bayi primata kebanyakan sudah pada tahap perkembangan neurologis dan kognitif.
ADVERTISEMENT
Sementara bayi manusia, rata-rata lahir di bulan kesembilan. Bila ingin langsung bisa seperti bayi mamalia lain, maka perlu menunggu hingga bulan ke-18 hingga 21, yang mana tentu akan terlalu bisa untuk tulang panggul.
Ilustrasi bayi perempuan. Foto: Shutter Stock
“Bayi mamalia lain sudah ada yang bisa jalan, lari, atau makan sendiri. Bayi manusia pada dasarnya tidak berdaya. Ini diduga karena ukuran otak kita,” kata Smith.
Dikarenakan ukuran otak manusia itu besar, bila ditunggu hingga pada tahap perkembangan neurologis dan kognitif, maka para ibu tidak akan bisa melahirkannya. Pasalnya, ukuran kepala bayi nantinya tidak akan cukup melalui panggul.
“Jadi, pada dasarnya bayi kita masih dalam tahap quasi-fetal saat lahir,” ujar Smith. (bob)