Kenapa Orang Susah Tidur di Tempat Baru?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
22 Juli 2022 10:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tidur. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tidur. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
Awal pindah rumah, atau pas bepergian jauh sampai harus bermalam di penginapan, ada dan bahkan banyak orang yang mengalami kesulitan tidur. Kenapa, sih, fenomena tersebut bisa terjadi?
ADVERTISEMENT
Mengutip dari VOA, sebuah riset dari Brown University di Pulau Rhode, Amerika Serikat, menguak penyebab fenomena sukar tidur di tempat baru, yakni diduga karena otak manusia cenderung siaga menghadapi masalah ketika berada di tempat baru.
Jadi, penelitian itu menemukan bahwa pas manusia mencoba tidur di tempat baru, setengah dari otak aja yang berusaha tidur. Setengahnya lagi? Malah tambah seger alias tidak bisa tidur.
Nah, otak yang “seger” tadi membuat orang tetap bangun atau setengah bangun. Seperti yang disebut tadi, penyebabnya karena otak merasa waspada di tempat baru dan supaya siap menghadapi masalah.
Ilustrasi susah tidur. Foto: Shutterstock
Dalam laporan oleh Current Biology dan Brown University, periset bilang bahwa banyak orang ngaku sulit tidur, terutama pada malam pertama menginap, baik di hotel maupun tempat lain di luar rumah. Sebutannya “first-night effect” atau “efek malam pertama”.
ADVERTISEMENT
“Kalau di Jepang, orang bilangnya ‘kamu ganti bantal, kamu tidak bisa tidur,’” kata Yuka Sasaki selaku salah satu periset. “Kalian tidak tidur nyenyak di tempat baru, kita semua tau itu.”
Dalam riset tersebut, ilmuwan melakukan penelitian kepada total 35 sukarelawan selama dua malam, masing-masing berjarak seminggu di laboratorium, untuk mengukur gelombang otak mereka.
Pada malam pertama, mereka menemukan belahan otak kiri lebih aktif daripada yang kanan. “Hal tersebut terjadi selama periode tidur nyenyak pertama,” ujar para ilmuwan yang meneliti.
Ilustrasi Waktu Tidur yang Baik Menurut Islam. Foto: shutterstock.com
Meski begitu, Sasaki mengaku masih banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai fenomena tersebut. Sebab, peneliti tidak sepanjang malam mengukur gelombang otak para peserta.
“Jadi, kami tidak tahu apakah belahan kiri otak tetap ‘siaga’ sepanjang malam, atau apakah ‘bekerja shift’ dengan belahan otak kanan,” kata Sasaki.
ADVERTISEMENT
Mereka juga belum tahu, kok, otak kiri mulu yang beraktivitas ekstra pas berusaha tidur di tempat baru pada malam pertama. Walau begitu, dari penelitian itu, jadi tahu bahwa otak selalu siaga melindungi tubuh, terutama di tempat baru.
“Tapi gak bagus yang mau tidur nyenyak,” kata Sasaki. “Aktivitas otak ekstra bikin makin sulit tidur untuk orang-orang yang mau bangun segar di pagi hari,” lanjutnya. (bob)