Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kisah Tragis Kusni Kasdut si Kancil Pejuang Kemerdekaan hingga Jadi Perampok
11 Desember 2021 11:58 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Mungkin tak banyak orang yang mengenal sosok ini sebagai pejuang kemerdekaan. Ia lebih dikenang sebagai seorang perampok andal yang berani membobol Museum Gajah yang dekat dengan Istana Negara.
ADVERTISEMENT
Adalah Kusni Kasdut. Pria kelahiran Blitar tahun 1929 tersebut mulanya hanya seorang pedagang rokok yang berkeliaran di terminal bus di Malang. Ia tinggal bersama ibunya di Wetan Pasar, Malang. Kehidupannya jauh dari kata layak.
Ikut Berjuang dalam Perang Kemerdekaan
Beranjak dewasa, Kusni terlibat dalam perjuangan melawan tentara Belanda pada Perang Kemerdekaan tahun 1945-1949. Ia dikenal sebagai pejuang yang gesit hingga dijuluki "Kancil".
Kusni bertugas mencari dana untuk pejuang revolusi di front Jawa Timur. Ia merampok orang-orang Tionghoa dan membagikan hasil jarahannya kepada para pejuang.
Namun, perjuangannya tak selalu berjalan mulus. Kusni pernah kena tembak di kaki dan dipenjara oleh Belanda. Walaupun begitu, ia berani melakukan apapun demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Setelah peperangan usai, Kusni ingin masuk korps militer. Sayangnya, ia ditolak karena memiliki bekas luka di kaki. Ia juga tak terdaftar dalam kesatuan milisi pro-Republik.
Membentuk Kelompok Perampok
Karena tak ada pekerjaan, ia pun kembali merasakan kelamnya hidup. Kali ini ia membentuk kelompok perampok bersama teman-temannya, yaitu Mohammad Ali alias Bir Ali, Mulyadi, dan Abu Bakar. Kusni menjadi pemimpin dalam kelompok tersebut.
Di antara rentetan aksinya, salah satu yang paling terkenal adalah aksinya merampok Museum Nasional Indonesia alias Museum Gajah di Merdekat Barat, Jakarta pada 31 Mei 1961. Kusni dkk menyamar sebagai polisi dan memakai Jeep. Mereka menyandera pengunjung, kemudian mengambil 11 butir berlian dari museum tersebut.
Mereka berhasil kabur setelah melakukan aksi perampokan tersebut. Namun, berlian yang ia dapatkan sulit untuk dijual. Saat mencoba menjualnya ke pegadaian, petugas curiga dengan ukurannya yang tak biasa. Mereka akhirnya melapor ke polisi.
ADVERTISEMENT
Divonis Hukuman Mati
Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk menangkap Kusni. Pada tahun 1969, Pengadilan Semarang menjatuhi vonis mati. Sebelum eksekusi dilakukan, ia sudah delapan kali kabur dari penjara. Terakhir ia berhasil dibekuk pada 17 Oktober 1979.
Kusni sempat mengajukan grasi. Namun, Presiden Soeharto menolaknya. Akhirnya, hidup si Kancil pejuang kemerdekaan tersebut harus berakhir di tangan regu tembak negara pada 16 Februari 1980. (mit)