Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menengok Canggihnya 5 Teknologi NASA yang Tak Dimiliki Semua Negara
11 Desember 2020 14:34 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 10:58 WIB
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Didirikan tahun 1958 silam, NASA sebagai badan penerbangan dan antariksa buatan Amerika Serikat hingga kinitelah membuat berbagai macam teknologi. Mereka juga menciptakan berbagai inovasi untuk memberikan pengetahuan soal Bumi dan juga luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, NASA juga diketahui merencanakan berbagai misi. Setelah mengalami beberapa kegagalan, akhirnya tiga astronaut dari NASA berhasil mendarat di bulan dengan Apollo 11 pada 20 Juli 1969 silam.
Neil Armstrong dan Buzz Aldrin dengan penuh bahagia menginjakkan kakinya di bulan. Sementara itu, Michael Collins bertugas untuk mengitari bulan dengan pesawat sembari menunggu kedua astronaut itu menjalankan misinya.
Bicara soal teknologi yang membawa NASA sampai ke bulan, teknologi ciptaan NASA memang sulit tertandingi. Bahkan, beberapa negara tidak bisa menciptakan ataupun mendapatkan teknologi tersebut sehingga tak semua negara memilikinya. Apa saja teknologi tersebut?
1. Roket Raksasa
ADVERTISEMENT
Roket SLS yang mampu membawa beban sebesar 70 metrik ton itu diharapkan mampu membantu para astronaut untuk menjalankan misinya ke Mars, mengingat jarak Mars yang sangat jauh dari Bumi.
2. Tenaga Pendorong Bertenaga Surya
Teknologi tenaga surya tak hanya digunakan di Bumi, melainkan juga di luar angkasa. Teknologi ini merupakan kunci utama kesuksesan para astronaut dalam menjalankan misinya. Teknologi tersebut dimanfaatkan NASA sebagai tenaga pendorong untuk menciptakan beberapa kemajuan.
Dalam menjalankan misi NASA, oksigen cair dan juga hidrogen merupakan bahan bakar mereka dalam berlabuh. Teknologi ini dinilai merupakan alternatif yang tepat dalam menggunakan bahan bakar secara efisien. NASA tak lagi membutuhkan tangki yang cukup besar untuk melakukan perjalanan jauh seperti Mars.
ADVERTISEMENT
Solar Electric Propulsion (SEP) merupakan salah satu teknologi yang digunakan NASA. Teknologi ini bekerja dengan melepaskan ion ke belakang dengan bantuan elektron dan gas xenon.
Berbeda dengan tenaga bahan bakar yang mampu memberikan dorongan dengan akselerasi tinggi, kecepatan SEP bertambah perlahan karena proses transformasi tenaga surya ke dorongan ion yang tidak sebentar.
Meskipun dorongannya diperkirakan bisa mencapai maksimal 321.000 km/jam, teknologi ini masih dikembangkan dan disesuaikan dengan beban yang lebih besar.
3. Deep Space Habitat
Pernahkah terlintas di benakmu, di manakah para astronaut tinggal ketika mereka tengah menjalankan misinya? Deep Space Habitat merupakan tempat tinggal dan tempat penelitian yang layak, yang telah disediakan secara eksklusif untuk para astronaut.
ADVERTISEMENT
Teknologi ini berbentuk modular yang harus dirakit dan mampu menampung hingga 40 orang dengan waktu tinggal 60-500 hari. Bagian terbesar tempat ini adalah ruang untuk peralatan serta ruangan misi dan operasi di mana tempat dilakukannya penelitian, kontrol dan perbaikan alat. Sisanya, adalah ruang aktivitas untuk grup maupun individu.
4. Pakaian Baru Astronot
Kegiatan para astronaut saat berada di luar angkasa sangatlah banyak. Tak bisa dipungkiri, mereka membutuhkan baju yang fleksibel namun tetap kokoh, untuk melindungi mereka dalam menghadapi kondisi yang berbeda di setiap medannya.
Pakaian astronaut saat ini tengah dirancang dari bahan yang tipis dan mampu menahan radiasi di luar angkasa. Teknologi utama seperti augmented reality, bio-monitor, dan self-healing material menjadi dasar pertimbangan NASA mengembangkan teknologi ini.
ADVERTISEMENT
Belum diketahui kapan pakaian ini akan siap. Namun, diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menelitinya masih cukup panjang.
5. Komunikasi Via Laser
Jarak Bumi ke Mars yaitu sejauh 55 juta km, yang artinya setara dengan 36.000 kali perjalanan pulang pergi Jakarta-Surabaya. Meski begitu, perlu adanya komunikasi yang mumpuni untuk para astronaut dan tim bergengsi dari Amerika Serikat itu.
Pasalnya, kecepatan penerimaan dan pengiriman data dari robot-robot yang berada di Mars dulu berada di angka 250 kbps. Program Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE) kemudian dibentuk untuk melakukan pengujian komunikasi via laser pada tahun 2013.
Hasilnya, kecepatan data telah mencapai 77 MBps dari target 1 Gbps. Cukup mengejutkan, bukan? Walaupun hasilnya masih jauh dari target, namun penelitian ini masih dilakukan guna memperlancar alur komunikasi yang lebih baik. Tidak menutup kemungkinan teknologi lain selain laser bisa hadir untuk mencapai target tersebut. (bel)
ADVERTISEMENT