Konten dari Pengguna

Normalkah Jika Anak Usia 2 Tahun Belum Bisa Bicara?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
27 Oktober 2021 7:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi latihan bicara. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi latihan bicara. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Normalnya, anak mulai mengucapkan kata pertamanya saat berusia 9-12 bulan. Pada masa itu, anak akan menyebutkan kata-kata sederhana yang biasa ia dengar sehari-hari, seperti mama, papa, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, anak akan mempelajari dan mengucapkan kata-kata baru.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika sampai umur 2 tahun anak belum bisa berbicara?
Kondisi anak yang belum bisa atau terlambat bicara disebut dengan speech delay. Kondisi ini disebabkan oleh faktor tertentu, mulai dari kesehatan sampai sosial.

Tanda-tanda Anak Mengalami Speech Delay

Ilustrasi melatih anak bicara. Foto: Pexels
Speech delay bukan sebuah diagnosis, melainkan gejala dari kondisi tertentu. Anak yang mengalami speech delay dapat diketahui dari tanda-tanda yang diperlihatkannya, yaitu:

Penyebab Anak Terlambat Bicara

Ilustrasi berkomunikasi dengan anak. Foto: Pixabay
Kondisi anak umur 2 tahun yang belum bisa bicara biasanya disebabkan oleh gangguan pada bagian otak yang mengatur kemampuan bicara. Gangguan ini akan membuat bibir, lidah, dan rahang sulit berkoordinasi untuk membuat suara tertentu.
ADVERTISEMENT
Gangguan lainnya yang dapat membuat anak terlambat bicara yaitu gangguan pendengaran, gangguan intelektual, gangguan spektrum autisme, dan gangguan perkembangan.
Selain itu, kurangnya stimulasi dari orang tua atau pengasuh juga dapat menyebabkan anak terlambat bicara. Anak yang jarang diajak bicara atau tinggal di lingkungan dengan dua bahasa cenderung kesulitan untuk menguasai kata-kata tertentu.
Oleh karena itu, orang tua harus sering memberikan stimulasi agar anak mau belajar bicara, seperti mengajak anak mengobrol, membacakan buku, dan mengenalkan kosakata sederhana secara bertahap. Jika dibutuhkan, orang tua bisa meminta bantuan ahli terapi wicara untuk stimulasi berkelanjutan. (mit)