Konten dari Pengguna

Orang Mulai Jarang Tertawa Saat Usia 23 Tahun, Benarkah?

Generasi Milenial
Generasi Milenial
11 Juli 2022 11:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tertawa. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tertawa. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Katanya, nih, seseorang akan lebih sulit tertawa seiring bertambahnya usia. Bahkan, sebuah penelitian mengungkapkan orang mulai jarang tertawa saat menginjak usia 23 tahun. Penelitian itu dilakukan oleh Jennifer Aake dan Naomi Bagdonas, akademisi Stanford University di California, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Bagaimana hasil penelitiannya? Dan apa yang menjadi faktor kenapa orang mulai jarang tertawa di usia 23 tahun?

Faktor Dunia Kerja

Ilustrasi bekerja di bawah tekanan. Foto: Shutter Stock
Dari penelitian Jennifer Aake dan Naomi Bagdonas yang disusun menjadi buku berjudul "Humour, Seriously" disebutkan, frekuensi tertawa dan tersenyum seseorang akan semakin menurun setiap harinya ketika memasuki usia 23 tahun.
Kenapa? Karena orang cenderung mulai kehilangan selera humor pada usia tersebut. Adapun penyebab orang mulai jarang tertawa di usia 23 tahun, dua akademisi Stanford University itu percaya karena faktor dunia kerja.
Humor tidak dimanfaatkan dengan baik di dunia kerja. Padahal menurut mereka, apabila humor dimanfaatkan dengan baik, itu dapat menjadi kekuatan besar, tidak hanya bagi pekerja namun juga bagi perusahan. Tanpa humor, rutinitas pekerjaan akan menjadi sangat serius.
ADVERTISEMENT
Tentu hal itu akan mempengaruhi psikologis dan kesehatan mental. Penelitian menyebut, banyak orang usia mulai 23 tahun di berbagai negara mengalami gangguan mental karena sudah mulai jarang tertawa seperti semasa sekolah atau sebelum bekerja.
Dari hasil survei, 700 orang mulai usia 23 tahun mengaku jarang tertawa saat bekerja karena membutuhkan keseriusan.

1,4 Juta Orang dari 166 Negara Mulai Jarang Tertawa Saat Usia 23 Tahun

Ilustrasi tertawa. Foto by Shirley Ho from Pexels
Mengutip New York Post, sebuah survei yang dilakukan pada 2013 lalu menunjukkan sebanyak 1,4 juta orang dari 166 negara mulai jarang tertawa saat usia 23 tahun karena tidak menikmati hidup mereka.
Semakin bertambahnya usia, orang nggak lagi peduli dengan tawa mereka yang perlahan menurun atau menghilang karena gaya hidup dan pekerjaan. Inilah yang membuat orang dewasa lebih sulit tertawa ketimbang anak-anak.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian menyebut, anak usia mulai 4 tahun bisa tertawa hingga 300 kali dalam sehari. Namun, orang dewasa berusia 23 tahun membutuhkan waktu yang lama untuk bisa tertawa lepas. Bahkan, untuk usia 40 tahun butuh waktu seenggaknya dua setengah bulan.

Faktor Trauma

Ilustrasi seseorang mengalami trauma. Foto: Thinkstock
Selain pekerjaan, trauma juga dapat menjadi alasan kenapa orang dewasa lebih sulit tertawa ketimbang anak-anak. Bagi orang yang mengalami trauma di masa lampau, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengembalikan suasana hati dan mengobati trauma.
Kondisi ini justru bisa berpotensi gangguan kesehatan mental seperti bipolar, kizoafektif, ataupun skizofrenia. Akibat trauma ini, seseorang pun cenderung mulai jarang tertawa, bahkan untuk sekadar tersenyum.
Itulah alasan kenapa orang usia 23 tahun mulai jarang tertawa. Pun kenapa orang dewasa lebih sulit tertawa ketimbang anak-anak. Mungkin tertawa ini kesannya seperti hal sederhana. Namun, tertawa ini memiliki manfaat luar biasa, salah satunya dapat mengembalikan suasana hati.
ADVERTISEMENT
Para psikolog, psikiater, bahkan dokter menyarankan agar jangan sampai lupa tertawa di sela-sela kegiatan atau pekerjaan yang padat. Sebab, tertawa dapat menjadi obat alami untuk mental, khususnya bagi orang dewasa. (fre)