Penjelasan Mengapa Orang Bisa Langsung Lemas Bahkan Pingsan saat Lihat Darah

Generasi Milenial
Generasi Milenial
Konten dari Pengguna
12 Juli 2021 9:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Generasi Milenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi darah. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi darah. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Darah memang merupakan salah satu hal yang sangat krusial bagi tubuh manusia. Namun, tidak sedikit orang yang tidak sanggup melihat darah ketika seseorang cedera atau terluka. Biasanya, seseorang akan merasa lemas, pusing, dan bahkan pingsan ketika melihat cairan tersebut.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut ternyata memiliki penjelasan ilmiahnya secara sains. Secara ilmiah, kondisi ketidaksanggupan melihat darah dikenal sebagai Sinkop Vasovagal.
Pada kondisi tersebut, seseorang akan mengalami detak jantung yang tidak beraturan ketika melihat darah. Hal tersebut membuat pembuluh darah kaki melebar dan membuat darah dari kepala pergi ke bagian bawah tubuh menyebabkan rasa lemas dan pusing.
Akhirnya, tekanan darah akan turut menurun. Jika tekanan darah turun terlalu cepat atau besar, tak jarang kondisi ini menyebabkan seseorang pingsan.
Ilustrasi darah. Foto: Getty Images
Ada beberapa tanda yang terlihat sebelum seseorang akan pingsan. Kulit mereka akan terlihat pucat, penglihatan menjadi kabur, dan ia juga akan merasa pusing. Menurut Mayo Clinic, gejala lainnnya adalah keringat dingin, penglihatan yang terganggu, dan juga rasa panas.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan juga bahwa kondisi tersebut tidak hanya dipicu oleh pemandangan darah saja. Terkena panas berlebih hingga meniup sebuah trompet secara berlebihan juga dapat memicu kondisi tersebut. Selain itu, stres emosional yang ekstrem juga dapat memicu kondisi tersebut.
Rasa takut terhadap darah, sebagaimana fobia lainnya, sebenarnya dapat diredakan dengan mengekspos penderitanya terhadap penyebab fobia itu sendiri.
Namun terdapat perbedaan yang unik antara fobia darah dengan fobia lainnya. Pada fobia-fobia lainnya, detak jantung pengidapnya akan meningkat ketika merasa takut. Sementara pada fobia darah, detak jantung penderitanya justru menurun.
Ilustrasi donor darah. Foto; Getty Images
Ada beberapa hipotesis untuk menjelaskan mengapa orang bisa memiliki fobia tersebut. Salah satu argumen yang cukup kuat adalah "Hipotesis Ancaman Paleolitik". Hipotesis ini didukung oleh fakta bahwa Sinkop Vasovagal lebih banyak terjadi pada perempuan dan anak kecil, sementara pada anak laki-laki, mereka berhasil melawan fobianya saat masa pubertas.
ADVERTISEMENT
Dalam Hipotesis Ancaman Paleolitik dijelaskan bahwa fobia ini mungkin adalah perlindungan secara biologi bagi perempuan dan anak-anak di zaman dahulu.
Ketika konflik antar manusia terjadi, mereka tidak akan terbunuh karena pingsan. Namun, dijelaskan juga bahwa hipotesis ini sebenarnya masih berupa spekulasi.
Kondisi Sinkop Vasovagal tidak dapat dihindari. Mereka yang mengalami kondisi tersebut dapat mengurangi efeknya dengan berbaring dan mengangkat kakinya ketika gejala terjadi.
Jika tidak memungkinkan untuk berbaring, mereka juga dapat duduk dan meletakkan kepalanya di antara kedua lututnya. Hal itu membuat gravitasi bisa membantu mengalirkan darah ke otak.(via)