Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Jejak Gastrokolonialisme di Indonesia
5 Februari 2025 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Genta Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gastrokolonialisme merubah cara pandang manusia terhadap nilai sebuah makanan.
ADVERTISEMENT
Praktik kolonialisme Barat di Indonesia memberi dampak yang signifikan terhadap kehidupan Indonesia di era modern. Tidak hanya soal politik, ideologi, ekonomi, sosial, tetapi juga melibatkan aspek kuliner/makanan. Kolonialisme ternyata juga mempengaruhi cara pandang seseorang tentang makanan. Cara pandang inilah melahirkan sebuah gagasan yang bernama gastrokolonialisme.
ADVERTISEMENT
Istilah gastrokolonialisme dibawakan oleh Craig Santos Perez . Perez menemukan praktik gastrokolonialisme di Hawaii yang diusung oleh perusahaan multinasional. Gastrokolonialisme memiliki dua makna yaitu gastro, bermakna tata boga, dan kolonialisme, bermakna penjajahan. Jika dimakna secara kontekstual, gastronomi adalah penjajahan terhadap kebiasaan, mentalitas, nilai, dan cara mengolah makanan. Singkatnya ini adalah bagian dari penjajahan budaya.
Meski era kolonialisme Barat di Indonesia berakhir, gastrokolonialisme tetap abadi. Buktinya kita bisa melihat dan menikmati kue nastar, lapis legit, perkedel, semur, dan lain-lain. Selain memperkaya kebudayaan, makanan yang disebutkan sebelumnya menjelaskan bukti pengaruh Belanda dalam upaya pengayaan kuliner Indonesia.
Intervensi Terhadap Nilai Makanan
Kemudian era selanjutnya, muncul makanan cepat saji seperti hamburger, pizza, teh booba, gorengan, mie instan, minuman bersoda, dan kerupuk. Makanan itu disebut junk food. Makanan tersebut makin 'nikmat' jika gula dan garam berperan menambah kelezatan. Alhasil orang makin kalap mengonsumsi junk food karena rasa gurih dan/atau manis.
ADVERTISEMENT
Selain junk food, muncul makanan ultra proses (UPF). Keduanya hampir sama, tetapi bedanya UPF menggunakan pengawet, penyedap, dan pewarna sintesis. Keduanya sama-sama makanan tinggi gula dan garam.
Junk food dan makanan ultra proses memiliki kandungan garam dan gula yang tinggi dan kadar nutrisi yang rendah. Sudah banyak peneliti membuktikan soal bahaya junk food dalam kesehatan, Akibatnya, manusia menjadi sakit-sakitan di saat pengobatan kesehatan makin canggih. Celakanya makanan seperti itu makin digemari oleh masyarakat yang menambah runyam keadaan.
Selain menimbulkan masalah kesehatan, praktik gastrokolonialisme juga melahirkan budaya instan dan ketergantungan pangan. Budaya instan di sini adalah ketika manusia menyukai makanan yang proses penyajian cepat (urusan kandungan gizi belakangan) demi memuaskan keinginan perut.
ADVERTISEMENT
Kalau kita melihat pada pedagang keliling dan warung, hampir semua mereka menjual junk food dan makanan ultra proses secara terang-terangan. Banyak orang mencari pemasukan dengan menjual makanan junk food. Alasan logisnya adalah karena bahan makanan tersebut lebih gampang didapat dan dibuat.
Karena sudah kadung terhadap makanan instan (junk food dan makanan ultra proses), manusia akan terus kecanduan mengonsumsi makanan itu sampai taraf ketergantungan. Sementara masyarakat meninggalkan makanan lokal yang kaya serat. Makanya ada ungkapan "semangkok mie atau bakso menjadi santapan terenak di waktu hujan." Pernyataan ini bukan soal kelezatan mie, melainkan lebih menjelaskan betapa kuatnya gastrokolonialisme terhadap mentalitas orang Indonesia. Bahkan muncul konten mukbang makanan-makanan itu di sosial media. Belum ada ungkapan memakan sayuran dan buah-buahan menjadi habit masyarakat Indonesia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Pelajaran yang diambil di sini adalah gastrokolonialisme menjadi bukti ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap makanan junk food dan makanan ultra proses. Walaupun makanan itu terasa lezat, namun makanan tersebut menimbulkan masalah kesehatan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, kita harus merutinkan diri untuk mengonsumsi makanan berserat tinggi dan dibarengi dengan aktivitas fisik.
Live Update