Paradoks Kemiskinan

Genta Ramadhan
Mahasiswa PPG Prajabatan Gel 1 Tahun 2024.
Konten dari Pengguna
25 Februari 2023 16:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Genta Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang lelaki tidur siang di trotoar di pusat kota Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
zoom-in-whitePerbesar
Seorang lelaki tidur siang di trotoar di pusat kota Jakarta. Foto: AFP/BAY ISMOYO
ADVERTISEMENT
Dunia tidak terlepas dari jeratan kemiskinan. Kemiskinan selalu dibahas dari diskusi warung kopi sampai seminar. Setiap orang memiliki perbedaan cara pandang tentang kemiskinan. Bahkan kita sering melihat bentuk potret kemiskinan yang dijumpai dibalik gemerlapnya hidup di kota maupun kesederhanaan di desa.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan berkaitan erat dengan masalah sosial. Menurut Britannica, kemiskinan didefinisikan ketika seseorang yang mengalami kekurangan uang dan harta benda menurut standar sosial tertentu. Dalam kajian sosiologi, kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang selalu mendapat perhatian. Meningkatnya jumlah penduduk tanpa dibarengi peningkatan lapangan kerja juga memicu peningkatan angka kemiskinan.
Kenaikan jumlah penduduk bukan salah satu pemicu naiknya tingkat kemiskinan. Belakangan ini resesi ekonomi 2023 makin nyata karena Konflik Rusia-Ukraina. Perekonomian Eropa ikut anjlok, bahkan berdampak buruk bagi perekonomian negara berkembang. Dinamika perekonomian global sangat berpengaruh terhadap ketahanan ekonomi dan tingkat kemiskinan suatu negara.
Para sosiolog membagi dua jenis kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dapat diartikan ketika seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (sandang, papan, dan pangan). Sulitnya akses kesehatan dan sanitasi dapat dikategorikan sebagai kemiskinan absolut karena mencakup kebutuhan dasar manusia. Adapun kemiskinan relatif dimaknai sebagai kemiskinan yang ditentukan oleh standar hidup umum masyarakat. Standar hidup tersebut bersifat relatif dan mudah berubah seiring perkembangan zaman.
Ilustrasi kemiskinan Foto: Reuters/Ezra Acayan
Sebagai contoh, dahulu rempah-rempah merupakan komoditas mahal dalam masyarakat Eropa Abad Pertengahan. Rempah-rempah saat itu dipakai untuk mengawetkan makanan di musim dingin. Bahkan hanya kelompok bangsawan yang mampu membeli barang tersebut dalam jumlah besar. Sekarang rempah-rempah sudah banyak tersedia di pasaran. Narasi ini menceritakan bahwa kepemilikan rempah-rempah merupakan sumber kemiskinan relatif orang Eropa saat itu.
ADVERTISEMENT
Kemiskinan menghasilkan masalah sosial baru yang berefek domino. Kriminalitas, perdagangan manusia, kemunculan tunasusila, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya merupakan dampak turunan kemiskinan. Ironisnya korban kejahatan di atas berasal dari kaum menengah bawah. Oleh karena itu, kemiskinan tersebut harus segera ditanggulangi dan dicarikan solusi terbaik. Pemerintah, swasta, dan masyarakat punya tanggung jawab moral untuk mengatasi masalah tersebut.
Akan tetapi, kemiskinan memberikan sisi paradoks. Pertama, kehadiran lembaga filantropi dan komunitas orang dermawan mendorong masyarakat sekitar tergugah beramal kebaikan. Misalnya memberi makan kepada kaum duafa dan memberikan pelatihan kecakapan hidup. Poin memberikan pelatihan kecakapan hidup lebih utama diberikan agar para penerima bantuan dapat berdikari.
Kemiskinan juga mendorong para kaum filantropi dan pemerintah berpikir keras bagaimana cara mengentaskan kemiskinan secara efektif. Pasalnya, faktor kemiskinan seseorang berbeda-beda. Ada yang jatuh miskin karena sama sekali tidak memiliki keterampilan dan pendidikan, putus sekolah, kredit macet, bencana alam, dan sebagainya. Oleh karena itu, mereka harus jeli memetakan dan menilai secara objektif atas kemiskinan suatu masyarakat. Hal ini bertujuan agar program penanggulangan kemiskinan berjalan efektif dan tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kemiskinan dapat dijadikan sebagai ladang memperkaya diri bagi segelintir orang. Banyak para politikus memanfaatkan kemiskinan suatu masyarakat untuk mendulang suara rakyat miskin. Sungguh ini sudah menjadi rahasia umum. Awalnya, mereka mencitrakan diri sebagai juru selamat atau sosok yang peduli dengan rakyat. Mereka rela mengeluarkan harta dan mengumbar janji-janji muluk kepada rakyat agar ambisi politiknya bisa tercapai. Hingga mereka terpilih di kursi pemerintah, mereka ingkar janji dan seakan lupa dengan janji yang diucapkan waktu kampanye saat itu
Mari kita refleksikan kepada kasus korupsi oknum ACT (Aksi Cepat Tanggap) yang terjadi sejak Juli 2022. Sungguh, tindakan oknum tersebut merusak reputasi lembaga filantropi berlabel Islam. Alhasil, Kementerian Sosial mencabut izin penyelenggaraan pengumpulan uang dan benda lembaga filantropi. Publik pun ikut heboh dan memberikan tanggapan yang beragam soal kasus ACT. Akibatnya kepercayaan masyarakat merosot akibat kegagalan lembaga filantropi menjaga amanah umat.
ADVERTISEMENT
Fenomena kemiskinan menghasilkan keberagaman cara pandang. Pertama, kemiskinan menjadi sarana masyarakat untuk menyebarkan kebaikan. Sebab perdamaian dunia bisa terwujud bila manusia mengisi waktunya dengan saling memberi. Kebaikan melahirkan kebahagiaan sejati bagi pemberi dan penerima. Sementara pada saat bersamaan, kemiskinan menjadi sarana untuk memperkaya diri dengan cara tidak terpuji, seperti bahan kampanye politik dan korupsi bagi segelintir orang.