Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pengaruh Program Fulbright terhadap Pendidikan Indonesia
11 September 2023 11:20 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Genta Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Beasiswa pendidikan menjadi solusi bagi kaum pelajar potensial yang memiliki keterbatasan finansial. Harus kita akui bahwa tidak semua orang memiliki akses pendidikan yang memadai. Bahkan ada sebagian orang memilih bekerja sambil kuliah untuk memenuhi biaya pendidikan yang selangit
ADVERTISEMENT
Dewasa ini, kita acapkali kebanjiran informasi tentang beasiswa studi luar negeri. Informasi ini tersebar luas di media sosial. Ibarat menjual kacang goreng, deretan beasiswa beserta manfaatnya sukses memotivasi orang Indonesia melanjutkan studi ke luar negeri. Salah satu beasiswa yang sering disorot adalah Beasiswa Fulbright.
Nama Beasiswa Fulbright berasal dari Senator Amerika Serikat asal Arkansas, James William Fulbright (1905-1995). Situs resmi Senat Amerika menulis “J. William Fullbright mungkin lebih baik dikenal atas Undang-Undang Beasiswa Fulbright tahun 1946.” Adanya undang-undang tersebut mendorong mahasiswa asing belajar di Amerika Serikat.
Begitu sebaliknya, mahasiswa Amerika Serikat berhak melanjutkan studi ke luar negeri untuk mengembangkan kapasitas diri. Adanya kebijakan tersebut mengundang efek domino, yaitu transfer kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Mohsin Bashir menulis testimoni tentang Fulbright Program untuk mahasiswa asing. Selain itu, Beasiswa Fulbright disponsori oleh gabungan donasi dari pemerintah Amerika Serikat dan beberapa institusi perguruan tinggi di Amerika. Agar memudahkan tujuan, Program Fullbright kerap menggunakan kontrak bilateral untuk menjaring dan menyeleksi penerima beasiswa terpilih agar menjadi duta perdamaian dunia.
“Program Fulbright untuk mahasiswa asing beroperasi melalui perjanjian pemerintah bilateral yang mana kedutaan besar Amerika Serikat atau organisasi bilateral dalam partisipasi negara lain mengatur prosedur seleksi beasiswa akademis dan Lembaga Pendidikan Internasional (IIE) mendampingi mayoritas mahasiswa dengan pendaftaran, biaya, dan masalah keimigrasian, Bergantung dengan jenis kontrak dengan negara mitra, IIE mungkin bekerja dengan organisasi mana pun dalam perekrutan dan pendampingan mahasiswa baik di negara asal maupun di Amerika Serikat,” tulis Bashir dalam Journal of Public Affair Education Vol. 18.
ADVERTISEMENT
Tujuan program tersebut adalah mempromosikan citra baik Amerika Serikat terhadap masyarakat internasional. Di samping itu Amerika telah banyak memberikan beasiswa pendidikan kepada mahasiswa asing agar untuk melanjutkan studi perguruan tinggi di Amerika. Tambahan, Departemen Luar Negeri AS mencatat sumbangan organisasi non-pemerintahan terhadap Program Fulbright sebesar 1 juta dolar pada tahun 1958.
“Sejak (program) berdiri pada 1946, program itu telah melayani lebih dari 40.000 orang suatu kesempatan untuk memperkaya latar belakang mereka dan meningkatkan itikad baik antarbangsa dengan pembagian pendidikan mereka, ilmiah, dan kepentingan budaya. Setiap tahun ada 4500 orang bergabung terhadap jenjang alumni pertukaran budaya. Secara geografis, program itu telah diperpanjang, sejak berdirinya, menjadi empat puluh negara di seluruh dunia,” tulis J. William Fulbright dalam The Annals of the American Academy of Political and Social Science, Vol. 335.
ADVERTISEMENT
Lantas kapan Indonesia menjadi negara penerima manfaat Program Fulbright? Menurut situs resmi Kedutaan Besar AS di Indonesia, Indonesia menjadi bagian program itu sejak tahun 1952. Koleksi Perpustakaan Digital Universitas Arkansas merilis laporan penerima beasiswa Fulbright untuk Indonesia kurun waktu 1953-1959.
Dalam surat tertanggal 30 Juli 1953 menerangkan antusiasme pegawai pemerintah terhadap beasiswa pendidikan asal Amerika Serikat. Mereka berangkat ke kantor USIA (United States Information Agency) untuk menanyai informasi beasiswa pendidikan. Bahkan mereka telah mengantongi surat izin studi dari kementerian agar memenuhi persyaratan administrasi yang ditentukan oleh beasiswa.
Mayoritas penerima beasiswa berbeda latar belakang, ada bekerja sebagai pegawai pemerintah, politisi, pendidik, dan mahasiswa. Dokumen itu mencantumkan beberapa nama penerima beasiswa tersebut, yaitu B.M. Diah, Supeni Pudjobuntoro, Haji Agus Salim. Khusus Agus Salim, beliau ditugaskan menjadi pengisi seminar tentang Indonesia di Universitas Cornell tahun 1953. Sayangnya pada periode berikutnya, tidak ada informasi pasti penerima beasiswa tersebut.
Pengaruh Program Fulbright terhadap Indonesia
Program Fulbright nampaknya menjadi salah satu slogan adicita kemajuan pendidikan modern. Bahkan sampai sekarang informasi beasiswa luar negeri masih didominasi dari Barat, khusus Amerika Serikat. Sudah menjadi rahasia umum, dukungan pemerintah Barat dan bantuan dana operasional menjadi faktor pendukung masifnya informasi beasiswa tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk merespons masifnya beasiswa pendidikan dari luar, pemerintah Indonesia mencanangkan beasiswa studi dalam dan luar negeri. Bentuk jenis beasiswa pemerintah berupa Beasiswa Pendidikan Indonesia, Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU), dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Jadi, BPI dan PMDSU dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan LPDP dikelola oleh Kementerian Keuangan.
Hadirnya beragam beasiswa pendidikan dari Indonesia mendorong atensi masyarakat Indonesia. Fasilitas yang disediakan oleh beasiswa tersebut setara dengan fasilitas beasiswa dari negara lain. Diharapkan kualitas manusia Indonesia makin baik dengan adanya beasiswa tersebut. Sementara, masyarakat Indonesia bisa memilih beasiswa mana pun asalkan sejalan dengan tujuan hidup mereka.