Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Relevansi Pendidikan Nasional
22 Februari 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Genta Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan dan perubahan secara evolutif. Berkaca dari pengalaman sejarah kolonial. beberapa bupati menginisiasi pembangunan sekolah untuk calon ambtenar pada tahun 1854. Rakyat hanya diajarkan menulis, berhitung, dan membaca seperlunya.
ADVERTISEMENT
Pada awal abad ke-20, Belanda membuka sekolah-sekolah untuk kaum bumiputera. Tindakan Belanda ini merupakan bentuk "kewajiban moral" Belanda terhadap rakyat Indonesia yang berjasa menyelamatkan Belanda dari kehancuran. Secara hieraki, pendidikan Indonesia memuat tiga jenis, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sayangnya masih ada rakyat Indonesia yang masih buta huruf.
Tingginya angka buta huruf kaum bumiputera disebabkan oleh kebijakan dualisme pendidikan. Sebab Belanda masih memprioritaskan kelompok bangsawan bumiputera dan priayi dalam akses pendidikan. Sementara akses pendidikan untuk rakyat dibatasi dan hanya sampai ke Sekolah Rakyat.
Melihat situasi ketidakadilan sistem pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menginisiasi sistem pendidikan yang berpihak kepada kaum bumiputera. Menariknya kendati dia merupakan keturunan bangsawan yang berasal dari Kadipaten Pakualaman, dia memutuskan membaur dengan rakyat jelata. Sebelum mendirikan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara ikut bergabung Indische Partij yang berujung diasingkan ke Bangka, kemudian ke Belanda.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta. Melalui sekolah ini, Ki Hadjar Dewantara menggagas konsep pendidikan yang memerdekakan manusia. Konsep pendidikan ini mendorong pendidik mendidik siswa sesuai fitrahnya dan tantangan zaman agar siswa tersebut menjadi pribadi yang berpredikat "iptek dan imtak".
Refleksi Diri
Saya menemukan perspektif baru tentang Perjalanan Pendidikan Nasional menurut Ki Hadjar Dewantara. Melalui materi ini saya mengerti betapa kompleksnya sejarah perjalanan pendidikan nasional. Saya menyadari bahwa kejadian seperti ini sudah umum terjadi dan menjadi suatu keharusan agar pendidikan Indonesia dapat beradaptasi dengan perubahan.
Selanjutnya, saya juga menyadari tanggung jawab moral menjadi seorang pendidik. Seorang pendidik harus memiliki empat kompetensi yang saling berhubungan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Setelah itu, saya akan mengaplikasikan pengetahuan ini di sekolah dengan berbagai usaha, antara lain:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT