Konten dari Pengguna

'The Chosin Few' yang Nyaris Terlupakan

Genta Ramadhan
Mahasiswa PPG Prajabatan Gel 1 Tahun 2024.
18 Februari 2024 12:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Genta Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekelompok Tentara AS bertahan di garis depan pertahanan di tengah gempuran tentara Tiongkok dan radang dingin. Sumber foto dari: Oliver P. Smith Collection, U.S. Marine Corps Archives and Special Collections
zoom-in-whitePerbesar
Sekelompok Tentara AS bertahan di garis depan pertahanan di tengah gempuran tentara Tiongkok dan radang dingin. Sumber foto dari: Oliver P. Smith Collection, U.S. Marine Corps Archives and Special Collections

“Awalnya saya tidak banyak bicara tentang hal itu. Dan itu seperti radang dingin, yang secara bertahap menjadi lebih buruk.” Lester O’Neil, dikutip dari laman pbs.org.

ADVERTISEMENT
Kutipan ini disampaikan oleh salah satu veteran marinir Amerika era Perang Korea (1950-1953). Saat itu, Lesley menceritakan kengerian perang di Waduk Chosin (atau lebih populer bernama Danau Chanjing). Musuh utama yang dihadapi oleh Lesley yaitu tentara Tiongkok dan radang dingin.
ADVERTISEMENT

Berikutnya, Kapten Harold Barber, veteran marinir Perang Korea, turut memberikan kesaksian tentang Perang Korea. Dikutip dari situs Marine Corps Times, Barber mengeluhkan ketidakpopuleran kisah Perang Korea dalam publik Amerika ketimbang Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Vietnam. Sewaktu Perang Korea, Barber bertugas di Batalion Marinir ke-3 dengan pangkat Private First Class (PFC).

Hingga kini Barber masih mengunjungi pemakaman rekannya, yaitu William John Flynn Jr dan William Richard Kirk. Sebagai penyintas korban perang, Barber mengusulkan pemerintah AS memberikan tanda penghormatan yang layak terhadap veteran Waduk Chosin.
“Jadi saya menghubungi Markas Besar Marinir Perang Korea dan saya mendapatkan penanda militer untuk meletakkan ke batu nisan kedua rekan saya untuk membukitkan bahwa mereka pernah bertugas”, tutur Barber kepada HistoryNet.
ADVERTISEMENT
Asal Usul Chosin Few
Peta serangan umum Tiongkok terhadap markas Amerika di sekitar Waduk Chosin. (Sumber foto: National Medal of Honor Museum)
Istilah Chosin Few merujuk kepada sekelompok tentara yang selamat dari Pertempuran Waduk Chosin. Pertempuran ini menjadi titik balik kemajuan militer Amerika Serikat (atas nama PBB) di Semenanjung Korea. Selain itu, musim dingin ekstrem kiriman dari front dingin Siberia. menjadi faktor pendukung kegagalan AS mencapai tujuannya.
Perang Korea dalam perspektif sejarah AS sering dianggap sebagai perang yang terlupakan (the forgetton war). Makna kontekstual forgetton war tidak berarti menegasikan intervensi AS terhadap Korea, tetapi menegaskan bahwa Kongres Amerika dan PBB tidak secara resmi mengumumkan perang terhadap Korea Utara dan Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Kisah Pertempuran Waduk Chosin diadopsi dari film “The Battle at Lake Chanjing” (2021). Film ini memakai sudut pandang Tiongkok dan memakan biaya produksi sebesar 200 juta dolar. Film ini berdasarkan cerita sejarah yang menceritakan keberhasilan tentara Tiongkok mengusir Amerika dari Waduk Chosin sampai Pelabuhan Hugnam. Film ini juga mengonfirmasi kematian Mao Anying, putra Mao Zedong, akibat terkena bom dari Angkatan Udara AS.
Salah satu adegan epik dari film tersebut adalah momen tentara Tiongkok melancarkan serangan umum terhadap kamp militer AS di sekitar Waduk Chosin. Tentara Tiongkok juga menyerbu Koto-ri, Yudam-ni, dan Hagaru-ri, yang merupakan markas utama Divisi Marinir ke-1 AS. Pada pertempuran Chosin, tentara Tiongkok secara serentak menyerbu dan mengepung kamp militer AS dari bukit turun ke pinggiran Danau Changjin. Beberapa regu tentara komunis Tiongkok sudah siap mencegat jalur evakuasi tentara AS.
ADVERTISEMENT
Setelah peristiwa tersebut, kubu PBB dan Tiongkok-Korut masih berperang namun tidak semasif sebelumnya. Pendek kata, mereka hanya berperang di sekitar garis paralel utara 38 derajat hingga berakhir gencatan senjata tertanggal 27 Juli 1953.
Untuk merawat memori sejarah Perang Korea, Militer Amerika Serikat membangun Chosin Few Memorial Gate pada 8 Mei 1999. Situs ini menceritakan kisah heroik tentara AS dalam Pertempuran Waduk Chosin. Menurut Kolonel R. Gleen Hill, dikutip dari laman Marine Military Academy, perang ini merupakan latihan serdadu AS mempertahankan diri dari gempuran tentara Tiongkok dan radang dingin. Kelompok “Chosin Few” diberi medali penghargaan oleh pemerintah AS
Perang Waduk Chosin menimbulkan kerugian telak bagi Amerika Serikat. Tercatat 2500 orang tewas, 5000 orang terluka, dan 8000 orang menderita radang dingin.
ADVERTISEMENT
Berawal dari Keputusan Intervensi Tiongkok
Berita pergerakan militer Amerika Serikat di Semenanjung Korea membuat Mao Zedong bertindak cepat. Mao Zedong menilai bahwa jika Amerika Serikat sampai ke Sungai Yalu, maka Tiongkok dalam bahaya. Sebanyak 260 ribu tentara Tiongkok melakukan long march ke perbatasan Korea Utara-Tiongkok dengan menggunakan kereta api. Misi utama mereka sudah jelas, yaitu membantu tentara Korea Utara dan menghalau pergerakan tentara AS.
Tesis Harry Martin Crocker, dalam Chinese Intervention in Korean War (2002: Louisiana State University) menganalisis kekuatan militer AS dan Tiongkok dalam Perang Korea. Tentara Tiongkok unggul secara kuantitas dan strategi perang, tetapi mereka kalah dari segi alusista dan supremasi angkatan udara.
Di sis lain, Amerika Serikat juga unggul dalam persenjataan dan pengalaman tempur. Akan tetapi, mereka tidak memiliki data intelijen yang memadai soal medan geografis Korea Utara. Blunder AS berikutnya adalah mengenai data kekuatan militer Tiongkok. Data tersebut diperoleh dari laporan tim observasi militer AS terhadap Tentara Nasionalis Cina (Kuomintang) selama Perang Dunia II dan Perang Saudara Tiongkok. Bisa dibilang, AS luput mengkalkulasikan kekuatan militer komunis Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Warisan paling kentara akibat Perang Korea saat ini adalah meningkatnya konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara. Bukti konkret yang bisa terlihat adalah adanya aktivitas militer sepanjang Zona Demiliterisasi Korea.