Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Tindak Lanjut Pascapemilu 2024
11 Februari 2024 8:38 WIB
Tulisan dari Genta Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apa langkah konkret warga Indonesia yang masih diusahakan pascapemilu 2024?
ADVERTISEMENT
Lima hari lagi, warga Indonesia siap menggunakan hak suaranya. Masa kampanye juga akan berakhir pada 10 Februari 2024. Artinya kesempatan para caleg (DPRD Tk. II, DPRD Tk. I, DPR-RI, dan DPD-RI) dan capres dan cawapres menaikkan elektabilitas makin menipis. Akankah ada drama menarik yang akan terjadi selama masa pemilu nanti?
ADVERTISEMENT
Jadi tulisan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat Indonesia dalam ranah politik. Sekali lagi penulis mengingatkan bahwa jangan terlalu berharap (bahkan sampai mengkultuskan) terhadap caleg dan paslon yang Anda pilih. Sebab yang namanya politik, kepentingan menjadi panglima. Tidak ada kamus kawan dan lawan abadi dalam politik.
Hendaknya kita punya jalan hidup sendiri sebelum dijadikan bancakan oleh salah satu pasangan calon. Begitulah kenyataan yang harus kita terima bahwa berharap kepada manusia itu merupakan tindakan blunder yang disengaja. Sebab manusia punya alur kepentingan sendiri, yang mana suatu saat kita akan 'dibuang' ketika ambisi pribadinya tercapai.
Begitu juga dalam konteks hubungan internasional . Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dalam webinar pertahanan Universitas Padjajaran (9/7/2021), mengatakan "setiap negara pasti mendahului kepentingan negaranya. Oleh sebab itu wajar jika satu negara dengan negara lain tampak bermusuhan tetapi bekerja sama dalam bidang lainnya." Pesan yang dapat ditangkap ialah walaupun terdapat konflik bilateral hingga multilateral, sebuah negara sudah mengkalkulasikan untung rugi dari setiap kebijakan.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan drama Pemilu 2024 relevan dengan teori Dramaturgi, yang dibawakan oleh Erving Goffman. Sri Suneki dan Haryono, dalam artikel Paradigma Teori Dramaturgi Terhadap Kehidupan Sosial, memaknai tindakan manusia dipakai sebagai bahan bakar pertunjukkan drama di panggung teater. Setiap aktris berperan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sutradara. Ujung-ujungnya, setiap tindakan aktris di pentas tentu menggunggah emosi dan sikap penonton.
Hal ini relevan dalam pesta demokrasi tahun 2024. Para elite politik sibuk mempromosikan kampanye dengan masyarakat dengan janji-janji muluk dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Ketika berubah arah karena ada relevansi dengan kepentingan pribadi, maka mereka berpaling. Yang lawan menjadi kawan gara-gara kepentingan. Begitu juga sebaliknya.
Akhirnya, kelompok penggemar makin kecewa terhadap sikap junjungannya. Mereka sudah terlanjur dimanfaatkan oleh kepentingan para politikus. Itu pun terjadi ketika publik tidak sadar terhadap pola drama para elite politik. Mau sampai kapan publik sadar dengan permainan drama politikus junjungan mereka?
ADVERTISEMENT
Setelah pesta demokrasi tahun ini, harap-harap publik makin cerdas dalam berpolitik. Hindari fanatik buta yang merugikan. Dengan kemajuan teknologi informasi, kita bisa melacak informasi perilaku para politikus yang selalu dinamis. Setelah itu, kita bisa memilih mana caleg dan paslon yang sejalan dengan gagasan kita tanpa harus menghujat. Tidak kalah penting, jadikan diri kita sebagai pribadi yang bernilai dan penting, yang tidak bisa disetir oleh siapapun.