Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kekeringan Ekstrem di Belu dan Upaya Pemerintah Mengairi NTT
21 Agustus 2018 12:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari George Junior tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bupati Belu (kanan) menerima kunjungan Sesdilu 61 yang dipimpin oleh Kepala Pusdiklat Kemenlu (kedua dari kanan), 14 Agustus 2018 (Foto: UPT Sesdilu)
ADVERTISEMENT
Kurangnya air bersih merupakan salah satu permasalahan serius di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal tersebut diungkapkan Bupati Belu, Willybrodus Lay, saat peserta Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) angkatan ke-61 mengunjungi beliau pada Selasa, 14 Agustus 2018.
Situasi di Belu merupakan lazim di Provinsi NTT. Menurut monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bulan Juli lalu, wilayah NTT umumnya mengalami curah hujan dengan kategori Rendah (0-50 mm). Lebih lanjut, diprediksi sembilan dari 22 kabupaten/kota di NTT pada bulan Agustus ini berada dalam kategori kekeringan ekstrem atau lebih dari 60 hari tanpa hujan.
Kekeringan ini tentu sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat Belu yang umumnya bertani. Dalam perjalanan menuju salah satu obyek wisata di Belu, Bukit Tuamese, saya melihat puluhan lahan tani warga yang retak karena kekeringan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pemandangan dari atas Bukit Tuamese (Foto: dok. pribadi)
Tentunya Pemerintah Kabupaten Belu telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi krisis tersebut. Dalam amanat inspektur upacara HUT ke-73 RI yang kami ikuti, Wakil Bupati Belu, J.T. Ose Loan, menyebutkan beberapa hal yang telah dilakukan untuk mengatasi dampak kekeringan tersebut, seperti pengadaan truk-truk tangki air, penjadwalan distribusi air kepada masyarakat, serta pengeboran delapan sumur baru.
Untuk solusi jangka panjang, Pemerintah Pusat tengah menyelesaikan tujuh bendungan di Provinsi NTT, termasuk Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu. Dalam perjalanan menuju perbatasan Indonesia-Timor Leste pada tanggal 15 Agustus 2018, saya berkesempatan melihat bendungan tersebut yang konstruksinya telah mencapai 98%. Saat beroperasi nanti, Bendungan Rotiklot dapat menampung air hingga 3,2 juta meter kubik.
Gerbang Bendungan Rotiklot (Foto:UPT Sesdilu)
ADVERTISEMENT
Manajemen sumber daya air di Kabupaten Belu dan Provinsi NTT penuh dengan tantangan, tapi sangat krusial bagi kemakmuran masyarakat setempat. Dalam peresmian Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang, Januari lalu, Presiden Joko Widodo menekankan: “Problem utama di provinsi ini sebenarnya hanya satu, kalau bisa kita selesaikan, air. Di sudut manapun NTT ini, kalau bisa menyelesaikan ini kesejahteraan, kemakmuran ekonomi pasti akan naik.”