Konten dari Pengguna

Menggugat Status Quo Politik Elektoral Indonesia Lewat Aldi Taher

Georgius Benny
Politics and Public Policy Enthusiast
30 Mei 2023 22:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Georgius Benny tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aldi Taher di pendaftaran bacaleg dari Partai Perindo, di Kantor KPU Jakarta Pusat, Jumat (15/4). Foto: Haya Syahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aldi Taher di pendaftaran bacaleg dari Partai Perindo, di Kantor KPU Jakarta Pusat, Jumat (15/4). Foto: Haya Syahira/kumparan
ADVERTISEMENT
Aldi Taher adalah fenomena. Namanya muncul sebagai diskursus publik hingga saat ini akibat tingkah laku konyolnya. Aldi Taher dan kekonyolan memang bak anak kembar yang sulit dibedakan. Hal terbaru yang ia lakukan adalah mendaftar sebagai calon legislatif (caleg) dari 2 partai berbeda untuk 2 lembaga perwakilan yang berbeda pula.
ADVERTISEMENT
Awalnya, ia mendaftar sebagai caleg DPRD DKI Jakarta melalui Partai Bulan Bintang (PBB). Namun, belakangan ia juga maju sebagai caleg DPR RI lewat Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Melalui wawancara di salah 1 stasiun televisi, ia mengaku juga bingung terhadap keputusannya sendiri. Sebutnya "Saya juga bingung. Semua manusia bingung, di surga nanti baru ga bingung".
Secara formal dan tradisional, langkah politik Aldi Taher jelas sangat tidak umum dan cenderung konyol. Namun, yang unik adalah respon masyarakat terhadap Aldi Taher justru terbilang positif. Tone positif tersebut dapat dilihat melalui cuitan warganet di sosial media Twitter.
Dukungan terhadap Aldi Taher di Twitter. Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Dukungan terhadap Aldi Taher di Twitter. Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Aldi Taher menjadi simbol corong ketidakpuasan masyarakat akan status quo politik elektoral di Indonesia. Hanya dengan berbekal intro lagu Yellow dari Coldplay sebagai salam pembukaan, Aldi Taher dapat menarik atensi masyarakat dan menghasilkan respon positif.
ADVERTISEMENT
Karier politik Aldi Taher sudah dimulai sejak lama. Ia pernah beberapa kali menyatakan keinginan untuk maju sebagai kepala daerah. Pertama kali ia bergabung dengan Partai Keadilam Sejahtera (PKS) pada tahun 2019 untuk maju sebagai calon bupati dalam Pemilu Bupati Cianjur 2020. Selanjutnya, ia kembali menyatakan akan maju di Pemilu Gubernur Sumatera Barat 2020 sebagai calon gubernur dari PKS. Kemudian, ia manyatakan akan maju sebagai calon wakil gubernur Sumatera Barat melalui jalur independen.
Pada tahun yang sama, ia memutuskan berganti haluan menjadi anggota Partai Golongan Karya (Golkar). 1 tahun di Golkar, ia kembali pindah partai ke Partai Bulan Bintang pada bulan Maret 2021. Setelah mendaftar sebagai caleg DPRD DKI Jakarta lewat PBB, Aldi Taher justru kembali mendaftar sebagai caleg DPR RI lewat Partai Perindo.
ADVERTISEMENT
Dari karier politiknya, Aldi Taher dapat digolongkan sebagai orang yang gigih dalam mencapai tujuannya. Berulang kali berupaya maju di pemilu kepala daerah, meskipun tidak mendapat tiket dari partai. Tahun 2023 ini, Aldi Taher kembali siap bertarung memperebutkan kursi DPR RI.
Jika dilihat melalui bigger picture, maka fenomena Aldi Taher yang maju pemilu melalui 2 partai berbeda ini adalah bukti bahwa ada missing link dalam pola rekrutmen dan kaderisasi partai politik dalam menelurkan calon-calon legislatif yang akan bertarung di pemilu.
Rumus rekrutmen partai politik menjelang pemilu amat mudah ditebak. Barangsiapa punya modal, baik finansial atau popularitas dapat dengan mulus melenggang masuk ke arena pemilu. Maka dari itu, lumrah dijumpai banyak artis yang tiba-tiba bergabung dengan partai politik dan maju dalam pemilihan legislatif.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang pula ditemui, tokoh politik yang banting setir untuk membangun citra publik yang positif. Namun, justru hal ini tereduksi hanya sebagai sebatas pencitraan belaka. Masih hangat di ingatan, bagaimana banyak peserta pemilu yang mencitrakan diri sebagai tokoh yang pro milenial atau pemuda dengan ikut-ikutan naik motor gede, pakai sepatu ala-ala Gen Z, dan lain sebagainya.
Mencuatnya Aldi Taher ke permukaan bukanlah pencitraan yang ia bangun. Melainkan, hanya mempertontonkan kemurnian sifat dan karakter konyolnya. Ia tidak perlu mengubah diri menjadi orang lain demi mendulang dukungan publik. Publik Indonesia justru merindukan sosok yang jujur dan bertindak apa adanya sebagai diri sendiri.
Maka dari itu, Aldi Taher adalah simbol gugatan terhadap politik elektoral di Indonesia. Indonesia butuh Aldi Taher dan kekonyolannya.
ADVERTISEMENT